Darah manusia sebanyak sekitar seperduabelas dari berat badan atau sekitar lima liter. Komposisi darah terdiri dari beberapa jenis sel darah yang membentuk 45
bagian dari darah dan 55 sisanya berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah Pearce, 2012.
Sel darah terdiri dari eritrosit sel darah merah, lekosit sel darah putih, dan trombosit atau butir pembeku Ganong, 2012. Eritrosit mengisi sekitar 99 yang
mengandung hemoglobin dan berfungsi mengedarkan O
2
. Trombosit mengisi sekitar 0,6-1,0 dari sel darah yang berperan dalam proses pembekuan darah. Lekosit mengisi
sekitar 0,2 dari sel darah, yang berperan dalam sistem imun untuk memusnahkan virus dan bakteri yang membahayakan tubuh Syaifuddin, 2012.
Plasma darah adalah larutan air yang mengandung: 91 air, 8 protein, dan 9 mineral. Protein terdiri atas albumin, protrombin, globulin, dan fibrinogen
sedangkan mineral terdiri dari natrium klorida, natrium bikarbonat, garam kalsium, fosfor, magnesium, besi, dan lain-lain. Di samping itu plasma darah juga mengandung
bahan organik seperti glukose, lemak, asam urat, asam amino, urea, kolesterol, dan kreatinin Pearce, 2012.
2.5.2 Kontrol Terhadap Sistem Kardiovaskular
2.5.2.1 Kontrol sistem saraf terhadap kardiovaskular Sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatik dan saraf parasimpatik
mensarafi organ dalam tubuh, yang berperan sebagai homeostasis dengan ujung saraf sensoriknya berada pada dinding pembuluh darah Irianto, 2010.
Serat saraf simpatis meninggalkan spinalis melalui saraf thorakis dan lumbalis, kemudian memasuki kedua sisi kolumna vertebralis. Inervasi arteri kecil dan arteriola
merangsang saraf simpatis pembuluh darah arteri untuk meningkatkan hambatannya, sehingga aliran darah ke jaringan menurun. Inervasi pembuluh darah vena, merangsang
saraf simpatis untuk menurunkan volume aliran, sehingga darah terdorong ke dalam jantung untuk proses pengaturan pompa jantung. Saraf simpatis pada jantung berperan
dalam peningkatan denyut jantung, kekuatan dan volumenya Ganong, 2012. Saraf
parasimpatis berperan dalam pengaturan fungsi otonom dalam tubuh seperti pada regulasi sirkulasi yaitu mengontrol detak jantung melalui nervus vagus dalam
penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas otot jantung Masud, 2012. Bagian yang berperan dalam pengaturan impuls simpatis dan parasimpatis
adalah pusat vasomotor yang terletak di batang otak. Impuls parasimpatis melalui nervus vagus dikirimkan ke jantung dan mengirimkan impuls simpatis melaui serat
spinalis dan saraf simpatis perifer dan selanjutnya menuju ke arteri, arteriola, dan vena Barret dkk., 2012. Pusat vasomotor mengontrol aktivitas jantung dengan mengirim
impuls melalui saraf simpatis ke jantung saat tubuh membutuhkan peningkatan denyut jantung, sedangkan saat tubuh membutuhkan penurunan denyut jantung, vasomotor
mengirimkan sinyal ke nervus vagus untuk mentransmisikan impuls parasimpatik ke jantung, sehingga denyut jantung menurun. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi
meningkat apabila terjadi vasokonstriksi dan penurunan denyut jantung terjadi ketika vasokonstriksi dihambat Guyton dan Hall, 2012.
Peningkatan output saraf dari batang otak ke saraf simpatis menurunkan diameter pembuluh darah, meningkatkan stroke volume, dan denyut jantung. Keadaan
ini berperan penting dalam meningkatkan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah akan meningkatkan aktivitas baroreceptor, yang memberikan sinyal ke batang otak
untuk mengurangi output saraf ke saraf simpatis Barret dkk., 2012. 2.5.2.2 Kontrol hormonal terhadap kardiovaskular
Saraf otonom adalah yang utama mengatur denyut jantung, tetapi epinephrine juga sama perannya. Epinephrin adalah hormon yang disekresikan oleh medulla pada
rangsangan simpatis yang berfungsi untuk mengatur irama jantung. Pengaturan ini dilakukan dengan cara yang sama dengan norepinephrin untuk meningkatkan denyut
jantung. Jadi epinephrin secara langsung dapat memperkuat irama jantung seperti yang dimiliki oleh sistem saraf simpatis Ganong, 2012.
2.5.3 Adaptasi Sistem Kardiovaskular dalam Olahraga