antar-individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
B. Pendekatan Pembelajaran
1. Pendekatan Menurut Sanjaya 2011, pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap suatu proses. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum. Pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan tertentu akan menentukan strategi dan metode yang
digunakan. 2. Pembelajaran
Menurut Trianto 2010, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya mengarahkan
interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran terjadi ketika ada interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru dan siswa berkomunikasi secara intens dan terarah menuju
suatu target yang yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam
kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya Schunk, 2012.
Menurut Sanjaya 2011, pembelajaran instruction itu menunjuk pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan
guru. Dalam pembelajaran, guru harus berperan secara optimal, demikian juga dengan siswa. Perbedaan dominasi dan aktivitas guru dan siswa
hanya menunjuk pada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa tersebut terhadap materi dan proses pembelajaran.
3. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang kita terhadap
proses usaha siswa untuk belajar sebagai akibat perlakuan guru yang masih bersifat umum.
C. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Landasan Teoritis Pembelajaran berbasis masalah berlandaskan pada psikologi
kognitif sebagai pendukung teoritisnya. Peran guru dalam pelajaran yang berbasis masalah kadang-kadang melibatkan presentasi dan penjelasan
sesuatu hal kepada siswa, namun yang lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk
berpikir dan menyelesaikankan masalah oleh mereka sendiri. Arends, 2008.
Menurut Schunk 2012, teori-teori kognitif memberikan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan, pembentukan
struktur mental, dan pengolahan informasi siswa sebagai penyebab utama dari pembelajaran.
Di samping teori kognitif, teori konstruktivisme mendasari pembelajaran berbasis masalah. Keterkaitan konstruktivisme dengan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat proses konstruksi pengetahuan
untuk menyelesaikan masalah. “PBL is in the vein of constructivist learning genre Jonnasen,
1998 as it is found to be consistent with constructivism Savery Duffy, 1995. The term refers to the idea that learners construct knowledge for
themselves: each learner individually and socially constructs meaning as she or he learns. The learner is viewed as an active participant in learning
rather than a passive recipient of knowledge.” Ee Tan, 2009 Pembelajaran berbasis masalah ada dalam arus utama pembelajaran
konstruktivis seperti
yang ditemukan
untuk konsisten
dengan konstruktivisme. Istilah ini mengacu pada ide bahwa siswa membangun
pengetahuan untuk diri mereka sendiri: setiap siswa secara individual dan sosial membangun makna sebagai dia belajar. Siswa dipandang sebagai
peserta aktif dalam belajar daripada penerima pasif pengetahuan. Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa mempelajari materi
pelajaran dengan upaya sendiri dan diharapkan bisa menyelesaikan berbagai masalah. Tujuannya supaya siswa memahami konsep baru yang
menjadi tujuan pembelajaran dengan upaya dari diri sendiri yang serius,
sehingga konsep yang baru tersebut dapat dipahami dengan lebih baik daripda jika konsep tersebut langsung diberitahukan oleh guru tanpa upaya
yang serius dari siswa sendiri. Pengetahuan tidak ditentukan dari luar diri manusia, tapi terbentuk
di dalam diri mereka. Seseorang menghasilkan pengetahuan berdasarkan keyakinan-keyakinan dan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dalam
situasi-situasi yang dihadapi. 2. Pengertian
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Pendekatan ini berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak
lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada pembelajaran yang konvensional. Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa dapat
mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar
sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya Suyatno, 2010. Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang
diawali dengan menggunakan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya prior knowledge sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan
dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil
merupakan poin utama dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah Suyatno, 2010.
Menurut Gagne dalam Wena 2012, dalam memecahkan masalah siswa berproses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang
dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-
aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan
seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat
dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah berhasil
menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan
kemandirian dalam berpikir. 3. Karakteristik
Menurut Suyatno
2009, dalam
melaksanakan proses
pembelajaran berbasis masalah ini, beberapa ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran berpusat dengan masalah. b. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang
mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
c. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.
d. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
e. Siswa aktif dengan proses bersama. f.
Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru. g. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
h. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
i. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
4. Sintaks Menurut Ibrahim dan Nur 2001, pembelajaran berbasis masalah
biasanya terdiri dari 5 tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan pada Tabel Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap
Perilaku Guru Tahap 1
Orientasi siswa pada
masalah Guru
menjelaskan tujuan
pembelajaran, menyajikan masalah, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
Tahap 2 Mengorganisasi
siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar
yang berhubungan
dengan masalah
tersebut menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-
lain. Tahap 3
Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang
sesuai, melaksanakan
penyelidikan individual maupun kelompok
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesa, dan pemecahan masalah.
Tahap 4 Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Menganalisis
dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Ibrahim Nur, 2001: 13 Perilaku yang diinginkan dari guru dan siswa yang berhubungan
dengan masing-masing tahap, dideskripsikan dengan lebih terperinci sebagai berikut.
a. Orientasi Siswa pada Masalah Pada awal pembelajaran, guru mengomunikasikan dengan jelas
maksud pelajarannya, membangun sikap positif terhadap pelajaran itu, dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan untuk dilakukan oleh
siswa. Guru menyodorkan masalah dengan hati-hati atau memiliki prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi
permasalahan. Guru seharusnya menyuguhkan masalah kepada siswa dengan semenarik dan seakurat mungkin Arends, 2008.
b. Mengorganisasi Siswa untuk Belajar Pembelajaran
berbasis masalah
mengharuskan guru
untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara siswa dan
membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama- sama. Pembelajaran berbasis masalah juga mengaharuskan guru untuk
membantu siswa untuk merencanakan tugas investigatif dan pelaporannya Arends, 2008.
c. Membimbing Penyelidikan Individual maupun Kelompok Penyelidikan yang dilakukan secara individual, berpasangan, atau
dalam kelompok-kelompok kecil adalah inti pembelajaran berbasis masalah. Meskipun setiap masalah membutuhkan teknik penyelidikan
yang agak berbeda, kebanyakan melibatkan proses mengumpulkan data dan eksperimentasi, pembuatan hipotesis dan penjelasan, dan
memberikan solusi. Guru seharusnya membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan menyodorkan
berbagai pertanyaan untuk membuat siswa memikirkan tentang permasalahan itu dan tentang jenis informasi yang dibutuhkan untuk
sampai pada solusi yang dapat dipertahankan Arends, 2008. d. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Hasil karya lebih dari sekadar laporan tertulis. Hasil karya termasuk hal-hal seperti rekaman video yang memperlihatkan situasi yang
bermasalah dan solusi yang diusulkan, model-model yang mencakup representasi fisik dari situasi masalah atau solusinya, dan program
komputer serta presentasi multimedia Arends, 2008. e. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tahap terakhir pembelajaran berbasis masalah melibatkan kegiatan- kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun keterampilan
investigatif dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini, guru meminta siswa untuk merekonstruksikan
pikiran dan kegiatan mereka selama berbagai tahap pelajaran Arends, 2008.
5. Hambatan Ada beberapa hambatan yang yang dapat muncul selama proses
belajar dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah : a. Hambatan yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya siswa
dan pengajar dengan metode ini. Siswa dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, yaitu pemberian materi terjadi secara
satu arah Suyatno, 2009. b. Kurangnya waktu. Proses pembelajaran berbasis masalah terkadang
membutuhkan waktu yang lebih banyak. Siswa terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu
pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah harus disesuaikan dengan beban kurikulum Suyatno, 2009.
D. Aktivitas Siswa