1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Suyatno 2009, pembelajaran yang berbasis materi ajar seringkali tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik
perhatian siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan materi ajar seringkali terlepas dari kejadian aktual di masyarakat. Akibatnya, siswa tidak
dapat menerapkan konsep yang dipelajarinya di dalam kehidupan nyata sehari- hari.
Seringkali siswa sulit menerima materi pelajaran yang baru atau yang belum mereka kenal. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat, khususnya matematika sebagai salah satu bidang studi di sekolah yang
mendapat cukup banyak perhatian dalam pengembangan pembelajarannya. Menurut Wena 2012, pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran
adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Untuk
menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka siswa harus dibiasakan untuk menghadapi masalah-masalah
berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Salah satu contoh pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan
untuk menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam pemecahan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran, di
mana proses proses pembelajarannya diawali dengan menggunakan masalah dalam kehidupan nyata yang sudah ditentukan sebelumnya Suyatno, 2009.
Dengan menggunakan masalah dari kehidupan sehari-hari, siswa dirangsang untuk mempelajari masalah tersebut berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman
baru. Dengan demikian, siswa dapat mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Masalah yang dimunculkan harus riil yang ada kaitannya dengan kehidupan siswa, sehingga ada hasrat dan kesediaan untuk memecahkannya.
Siswa di sekolah sering dihadapkan dengan bahan pelajaran yang tidak disadari murid maknanya bagi dirinya sendiri. Ia mempelajarinya karena
terpaksa, karena takut akan kegagalan dan hukuman atau karena diharapkan oleh guru atau orang tua. Karena itu memberi kesempatan bagi siswa untuk
menghadapi masalah nyata tampaknya merupakan suatu pendekatan yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika.
Adanya suatu masalah yang menarik dan bermakna bagi siswa merupakan salah satu hal yang dapat membangun aktivitas siswa di kelas.
Dengan menghadapkan masalah pada siswa, siswa dituntut untuk merumuskan masalah itu, merumuskan hipotesis, dan menguji hipotesis itu. Siswa
memecahkan masalah langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu, siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan sendiri pemecahan
masalah itu. Dengan cara demikian mereka menemukan sendiri aturan yang diperlukan untuk memecahkan masalah itu.
Pada prinsipnya belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa sendiri. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Menurut Wena 2012,
idealnya aktivitas pada pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana
menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan
bidang studi yang dipelajari. Faktor keaktifan siswa sangat menentukan keberhasilan dari tujuan pembelajaran.
Di samping pentingnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, hasil belajar yang baik tentunya sangat diharapkan dan didambakan oleh setiap
siswa yang melakukan kegiatan belajar di sekolah. Dengan adanya tes hasil belajar, dapat terlihat tingkat usaha yang dilakukan siswa selama pembelajaran
khususnya aktivitas siswa. Yakni banyaknya aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran diharapkan hasil belajarnya pun juga baik.
B. Rumusan Masalah