Siklus II Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Hal ini nampak dilihat pada hasil skala yang telah diolah, dimana pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan dari pada saat pra tindakan.

3. Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Mei 2014 dengan alokasi waktu 1x45 menit dan diakhir pertemuan diadakan pengisian angket kepercayaan diri. Pada siklus II, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II ini merupakan tindak lanjut dari siklus sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti menyusun Satuan Pelayanan Bimbingan SPB dengan topik memahami kekurangan dan kelebihan. Pada siklus II ini peneliti kembali menghadirkan outbound. Peneliti harus memberi dorongan yang lebih lagi agar anak lebih percaya diri terhadap dirinya sendiri. Peneliti mengambil topik ini karena masih kurangnya kesadaran anak untuk memahami dirinya sendiri. Sehingga, anak dapat mengekspresikan dirinya secara lebih maksimal. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi kiraan sifat untuk lebih mengetahui perkembangan tingkah laku anak-anak.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan SPB dan rencana kegiatan outbound yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. selama bimbingan kelompok dilaksanakan peneliti dibantu oleh 2 mitra kolaboratif dalam melakukan pengamatan. Materi pada siklus II ini adalah memahami kelebihan dan kekurangan. Adapun deskripsi pelaksanaan bimbingan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1 Kegiatan Awal Pada awal pertemuan di siklus II peneliti menyapa anak-anak dan memberi salam, setelah itu dilanjutkan dengan berdoa secara bersama agar kegiatan yang berjalan pada hari ini berjalan dengan lancar, berdoa dipimpin oleh 1 ketua kelas. Selanjutnya, peneliti mengabsen anak-anak untuk mengecek siapa yang tidak hadir pada pertemuan hari ini. Selanjutnya, peneliti menjelaskan rangkaian kegiatan bimbingan yang akan dilaksanakan pada hari ini. Sebelum masuk kedalam kegiatan inti peneliti memberikan materi singkat mengenai mengenal kelebihan dan kekurangan. Setelah selesai menjelaskan materi dan bertanya jawab secara singkat dengan anak-anak kemudian peneliti mengajak anak-anak untuk mempersiapkan diri mengikuti kegiatan outbound. Selanjutnya, peneliti mengajak anak-anak untuk bergegas ke lapangan. 2 Kegiatan Inti Pada siklus II ini judul permainan yang akan diikuti oleh anak-anak adalah Lubang Berjalan dan Tiup Tepung. Permainan ini dipilih oleh peneliti karena berkaitan dengan materi bimbingan hari ini yaitu memahami kelebihan dan kekurangan. Selanjutnya peneliti menjelaskan aturan permainan yang pertama kepada anak-anak, yaitu lubang berjalan. Aturan dalam permainan ini adalah setiap kelompok harus bergandengan satu sama lain kemudian peneliti akan memberikan tali rafia yang sudah diikat ke tangan peserta pertama dan kemudian tali tersebut akan diestafetkan pada peserta selanjutnya sampai terakhir. Peserta tidak boleh melepaskan gandengan tangan masing-masing. Kelompok yang paling cepat menyelesaikan permainan adalah pemenangnya. Kemudian ada 1 anak yang bertanya, “gimana ini bu? Kelompok saya ada yang gendut”. Kemudian peneliti menjelaskan, “inilah tantangan dari permainan ini kalian harus memahami kekurangan dan kelebihan diri kalian sendiri maupun kelebihan dan kekurangan teman kalian masing- masing”. Kemudian semua kelompok memulai permainan ini, dan peneliti maupu mitra kolaboratif mulai melihat tingkah setiap anak. Untuk permainan kali ini yang berhasil menyelesaikan paling cepat adalah kelompok 3, semua anak di kelompok 3 berperan aktif dan sangat semangat. Mereka juga sangat gesit daripada kelompok lainnya. Setelah permainan sebelumnya selesai peneliti langsung menjelaskan permainan selanjutnya, anak-anak diminta untuk duduk setiap kelompok secara berbaris. Peneliti menjelaskan aturan permainan yang berjudul Tiup Tepung. Aturan permainan ini adalah setiap anak dalam kelompok harus secara bergantian meniup tepung yang ada dalam mangkok menggunakan sedotan, setiap anak mempunyai kesempatan untuk meiup 1 kali. Jika sudah habis sampai peserta yang paling belakang, kembali giliran peserta paling depan untuk meniup. Dan kelompok yang berhasil menghabiskan tepung dalam mangkok secara cepat maka kelompok tersebut yang memenangkan permainan. Kemudian peneliti bertanya kepada anak- anak, “adakah yang belum jelas mengenai aturan permainan ini?”. Anak-anak menjawab, “sudah jelas”. Selanjutnya peneliti memulai permainan dengan 2 kelompok yaitu kelompok 3 dan kelompok 4. Permainan berlangsung dengan sangat seru masing-masing kelompok sangat semangat dan kompak. Mereka tidak takut muka mereka kotor, karena yang peneliti ambil kesimpulan dari permainan ini adalah harus percaya diri meniup dan tidak malu untuk kotor. Pada babak pertama ini yag memenangkan permainan adalah kelompok 3. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok 1 dan 2. Dua kelompok selanjutnya ini juga sangat kompak. Peneliti maupun mitra kolaboratif menilai anak-anak pada outbound kali ini lebih antusias dan kompak satu sama lain dibandingkan dengan outbound pada siklus 1 sebelumnya. Pada babak kedua ini yang memenangkan permainan adalah kelompok 2. Selanjutnya untuk babak final kelompok 2 dan 3 yang akan bertanding. Dua kelompok ini sangat gesit dan kompak. Pada babak final ini yang memenangkan permainan adalah kelompok 2. Setelah permainan selesai, peneliti meminta anak-anak untuk duduk melingkar secara berkelompok. Peneliti meminta masing-masing kelompok untuk menyimpulkan hambatan-hambatan pada permainan kali ini. Diawali dengan kelompok 1 menyebutkan bahwa hambatan permainan yang pertaman adalah ketika dalam kelompok ada yang berbadan gendut dan untuk hambatan yang kedua adalah ketika kelompok malu dan sungkan untuk meniup tepung dalam mangkok. Selanjutnya, kelompok 2 menyebutkan bahwa hambatan pada permaianan yang pertama adalah tali rafialubang nya terlalu kecil dan permainan yang kedua adalah ada anak yang hanya meniup sedikit karena takut kotor. Kelompok 3 menyebutkan bahwa hambatan permainan yang pertama adalah ada beberapa anak yang tidak muat untuk masuk ke dalam tali rafia dan yang permainan yang kedua adalah tepunya terlalu banyak. Kelompok 4 menyebutkan bahwa hambatan permainan yang pertama adalah dikelompok banyak anak yang gendut dan permainan yang kedua adalah sedotan terlalu kecil. Kemudian peneliti menegaskan mengenai 2 permainan pada outbound kali ini. Bahwa masing-masing dari kita harus memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing dan teman kita. Misalnya, pada permainan yang pertama, kita tidak boleh memarahi teman-teman yang gendut karena mereka tidak muat untuk masuk ke dalam tali rafia, namun kelompok harus mengatur strategi agar teman yang gendut bisa masuk ke dalam rafia. Begitu juga dengan permainan kedua kita juga tidak boleh saling menjatuhkan teman kelompok jika mereka kurang bersemangat untuk meniup, tapi kita yang harus memberikan semengat pada teman tersebut. 3 Kegiatan Penutup Di akhir kegiatan peneliti membimbing anak-anak untuk bergegas kembali ke dalam kelas. Selanjutnya, peneliti memberikan lembar refleksi pada masing-masing anak untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan perasaan masing-masing dari mereka saat mengikuti kegiatan hari ini. Setelah selesai mengerjakan lembar refleksi, peneliti membagikan angket kepercayaan diri untuk diisi oleh mereka. Setelah kegiatan selesai peneliti lalu menutupnya dengan salam dan mengingatkan anak-anak agar tidak lupa dengan pertemuan selanjutnya.

c. Data Hasil Angket dan Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat Siklus II

1 Data Hasil Angket Siklus II a Data Skor Subjek Hasil analisis capaian kepercayaan diri anak pada siklus II ini menunjukan peningkatan dibandingkan dengan capaian skor subjek pada siklus I. Hasil analisis skor subjek kepercayaan diri siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Kalasan: Tabel 17. Penggolongan Skor Subjek Pada Tahap Siklus II dan Siklus I Grafik 11. Grafik Penggolongan Skor Subjek pada Tahap Siklus II dan Siklus I Dari grafik di atas dideskripsikan bahwa 25 anak memiliki kategori tinggi, dan 75 anak memiliki kategori sangat tinggi pada siklus II. Pada siklus I 12,50 anak memiliki kategori sedang, 29,10 memiliki kategori tinggi, dan 58,30 memiliki kategori sangat tinggi. 25 75

12.50 29.10

58.30 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 SR R S T ST Kategori Siklus II Kategori Siklus I Rentang Skor Kategori No Subjek Jumlah Subjek Presentase Siklus II Siklus I 30-42 SR 42-54 R 54-66 S 12,50 66-78 T 5,9, 11, 13, 14, 23 6 25 29,10 78-90 ST 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24 18 75 58,30 Pada siklus 2 ini tidak anak yang memiliki kategori sedang, rendah dan sangat rendah. Grafik 12. Grafik Perbandingan Skor Subjek pada Tahap Siklus II dan Siklus I b Data Skor Item Tabel 18. Penggolongan Skor Item Kepercayaan Diri Tahap Siklus II dan Siklus I 20 40 60 80 100 120 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 SKOR SUBJEK S1 S2 Rentang Skor Kategori Siklus II Siklus I Jumlah Presentase Jumlah Presentase 42 SR - - 47,25-60,75 R - - 60,75-74,25 S 3 11,1 22 81,48 74,25-87,75 T 24 88,9 5 18,5 87,75 ST - - Grafik 13. Grafik Penggolongan Skor Item pada Tahap Siklus II dan Siklus I Dari grafik di atas dideskripsikan bahwa 11,1 item memiliki kategori sedang, dan 88,9 item memiliki kategori tinggi. Pada siklus I 81,48 item memiliki kategori sedang, dan 18,5 item memiliki kategori tinggi. Terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II ini tidak item yang memiliki kategori rendah dan sangat rendah.

11.10 88.90

81.48 18.50 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 SR R S T ST S K O R KATEGORI Kategori SII Kategori SI Grafik 14. Grafik Perbandingan Skor Item pada Tahap Siklus II dan Siklus I 2 Data Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat Siklus II Observasi pada penelitian siklus II dilakukan oleh peneliti dan juga rekan peneliti atau observer sehingga observer mendapatkan data tentang gambaran situasi dan kondisi saat kegiatan bimbingan di kelas. Observer mendapatkan data melalui lembar observasi terstruktur yang menjadi pegangan selama kegiatan bimbingan berlangsung. Hasil observasi pada siklus II diperoleh : 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 S K O R ITEM S1 S2 Tabel 19. Hasil Observasi Perilaku Percaya Diri dan Tidak Percaya Diri pada Tahap Siklus II No Perilaku Jumlah Siswa 1 Berani berbicara 13 2 Mendengarkan 23 3 Bertanya 14 4 Memperhatikan 21 5 Menjawab Pertanyaan 11 6 Berani mengacungkan jari 9 7 Berani maju ke depan kelas 8 8 Berani menunjukan hasil pekerjaan 13 9 Diam saja 8 10 Gugup jika berbicara 9 11 Menundukan kepala 12 Tidak mau menunjukan hasil pekerjaan 4 13 Malu menjawab 5 14 Takut maju kedepan 8 Grafik 15. Grafik Hasil Observasi Perilaku Percaya Diri dan Tidak Percaya Diri pada Tahap Siklus II 13 23 14 21 11 9 8 13 8 9 4 5 8 5 10 15 20 25

b. Data Wawancara Siklus II

Wawancara pada penelitian siklus II dilakukam dengan subjek beberapa siswa kelas VIIIA. Proses wawancara dilakukan setelah kegiatan bimbingan seleseai. Berikut adalah beberapa jawaban atas pertanyaan wawancara yang diajukan kepada siswa. 1 Siswa merasa bahwa dirinya lebih antusias dibandingkan dengan hari sebelumnya. 2 Siswa merasa bahwa ia semakin kompak dengan teman-teman dan tidak sungkan lagi. 3 Siswa menilai outbound ini dapat memberikan pengalaman baginya untuk lebih mengenal dirinya sendiri dan lebih memahami teman.

c. Refleksi

Refleksi penelitian tindakan siklus II dilakukan setelah selesai pemberian tindakan dengan mengumpulkan semua data dari angket, hasil pengamatan dan wawancara. Secara keseluruhan, proses siklus II telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan, peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok dengan outbound. Dari proses pengumpulan data yang telah didapatkan pada siklus II telah menunjukkan bahwa ada perbaikan dari pada pada saat siklus I atau sebelum melalui penggunaan outbound. Hal ini nampak dilihat pada hasil skala yang telah diolah, dimana pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari pada saat siklus I.

4. Siklus III