Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Outbound s ebagai salah satu bentuk perubahan model pembelajaran pendidikan non formal merupakan contoh dari evolusi dan reformasi tenaga pendidik dan kependidikan. Dalam kegiatan tersebut terdapat unsur-unsur yang akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri seorang yang tangguh, kerjasama tim yang solid, dan pengembangan rasa percaya diri. Di Indonesia, metode ini merupakan metode yang baru dan belum banyak diterapkan pada instansi-instansi pendidikan. Namun, saat ini outbound mulai dikenal sebagai metode pelatihan untuk pengembangan diri di dalam tim. Outbound merupakan metode pelatihan untuk pengembangan diri personal development dan tim team development dalam proses mencari pengalaman melalui kegiatan di alam terbuka. Masalah kepercayaan diri pada individu menjadi prioritas yang harus dibangun saat ini. Individu yang tak memiliki hambatan pun biasanya memiliki rasa kurang percaya diri. Apalagi pada individu yang memiliki kekurangan fisik dan mental. Rasa percaya diri itu dinamis, naik dan turun. Adakalanya agak sulit untuk membangkitkan kembali rasa percaya diri itu sewaktu kita sedang membutuhkan. Namun, seseorang yang rasa percaya dirinya sedang turun cenderung akan merasa minder. Gejala kurang percaya diri dapat dilihat ketika seseorang berbicara dengan nada yang gagap atau bisa juga ditandai dengan keragu-raguan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sehingga, metode outbound diberikan sebagai bentuk upaya peningkatan kepercayaan diri pada diri seseorang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kadek Suhardita pada kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang memiliki 6 kelas dengan jumlah 138 siswa. Berdasarkan hasil pretest yang telah disebarkan kepada siswa kelas XI didapat sebanyak 24 siswa yang teridentifikasi memiliki percaya diri rendah. Berdasarkan penelaahan data penelitian siswa setelah adanya bimbingan kelompok pada kelas XI SMA Laboratorium percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 20102011 menunjukkan percaya diri yang berkategori sedang. Berdasarkan kreteria penentuan tingkat percaya diri, diketahui rata-rata skor percaya diri siswa sebesar 119 berarti rata-rata percaya diri siswa berada pada kategori sedang. Artinya secara umum siswa kelas XI sudah mampu berperilaku yang baik atau sesuai dengan norma yang ada di sekolah, siswa sudah mampu mengekspresikan emosi dengan tepat dalam lingkungan sosial mereka, dan siswa mampu menumbuhkan sikap percaya pada diri sendiri maupun orang lain. Dengan adanya penelitian di atas, dapat diketahui bahwa tingkat percaya diri pada siswa masih rendah. Hal ini yang kemungkinan juga terdapat pada sekolah-sekolah lain dimana tingkat percaya diri siswa dalam hal interaksi sosial masih sangat rendah. Sehingga, masalah kepercayaan diri pada individu ini menjadi prioritas yang harus dibangun. Individu yang tak memiliki hambatan pun biasanya memiliki rasa kurang percaya diri. Apalagi pada individu yang memiliki kekurangan fisik dan mental. Menurut pengalaman peneliti selama pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan PPL di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, masih banyak siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah. Hal ini dibuktikan, selama peneliti melaksanakan bimbingan klasikal masih banyak siswa yang malu, tidak mau menunujukan hasil pekerjaan, tidak mau maju ketika diminta peneliti, dan ada beberapa ciri-ciri yang lain. Hal ini yang membuat peneliti merasa bahwa kepercayaan diri sangatlah penting untuk di tingkatkan. Sehingga, siswa dapat mencapai perkembangan pribadi yang optimal. Setiap siswa memiliki lingkungan dan latar belakang yang berbeda- beda, sehingga hal itu mempengaruhi kepribadian dan pembentukan rasa percaya dirinya dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan rasa percaya diri yang dimilikinya, siswa akan sangat dengan mudah berinteraksi didalam lingkungan belajarnya. Rasa percaya diri siswa juga banyak di pengaruhi oleh tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Siswa yang percaya diri selalu yakin pada setiap tindakan yang di lakukannya, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginannya dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Tentu hal tersebut dapat menjadi pendorong dan mempermudah dalam proses belajarnya. Namun tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri yang cukup. Perasaan minder, malu, sungkan dan lain-lain, adalah bisa menjadi kendala seorang siswa dalam proses belajarnya disekolah maupun di lingkungannya, karena dengan rasa minder tersebut siswa akan sering merasa tidak yakin dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya, sehingga jadi lebih menutup diri, dan kurang mendapatkan banyak informasi langsung yang dibutuhkan. Siswa yang selalu beranggapan bahwa dirinya tidak mempunyai kemampuan, merasa dirinya tidak berharga, merupakan gambaran diri orang yang mempunyai rasa percaya diri rendah. Hal ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau menyimpang, misal: rendah diri, terisolir, prestasi belajar rendah. Timbulnya masalah tersebut bersumber dari konsep diri yang negatif. Bahkan dengan rasa percaya diri yang rendah siswa akan lebih sering mendapatkan perlakuan pelecehan sosial berupa ejekan atau hal lain yang membuat ia makin sensitif untuk tidak berinteraksi dengan lingkungannya. Rendahnya rasa percaya diri pada siswa ini adalah masalah yang sering diabaikan oleh para guru, tetapi jika keadaan tersebut terus diabaikan, hal ini akan dapat berdampak negatif bagi siswa yaitu hasil belajar yang kurang optimal. Selain itu tingkat kepercayaan diri siswa yang rendah dapat mempengaruhi kinerja siswa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Upaya menumbuhkan rasa percaya diri dimulai dari dalam diri sendiri. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri, diantaranya dapat dilakukan melalui pendekatan outbound. Adanya games dan permainan dalam metode outbound ini dapat membantu siswa untuk lebih percaya dengan dirinya sendiri. Misalnya, dengan melalui berbagai permainan dan rintangan siswa dapat berlatih bagaimana ia dapat percaya dengan dirinya sendiri untuk melalui rintangan tersebut. Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Aktivitas Outbound pada Siswa Kelas VIII SMP ”.

B. Identifikasi Masalah