Keuntungan Bimbingan Kelompok Fungsi Layanan Bimbingan Kelompok Asas-asas Bimbingan Kelompok

g. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungan dengan orang lain. Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh Prayitno Amti, 1994:178 adalah: a. Mampu berbicara di depan orang banyak. b. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain sebagainya kepada orang banyak. c. Belajar menghargai pendapat orang lain. d. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya. e. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi gejolak kejiwaan yang bersifat negatif. f. Dapat bertenggang rasa. g. Menjadi akrab satu sama laina. h. Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.

3. Keuntungan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok memiliki beberapa keuntungan seperti pada berikut ini: a. Anak bermasalah dapat mengenali dirinya melalui teman-teman kelompok. Anak dibantu teman lain dalam menemukan dirinya dan sebaliknya, anak dapat membantu teman lain untuk menemukan dirinya. b. Sikap-sikap positif anak dapat dikembangkan seperti toleransi, salin menghargai, kerjasama, tanggungjawab, disiplin, kreativitas, dan sikap-sikap kelompok lainnya. c. Dapat menghilangkan beban-beban moril seperti malu, penakut dan sifat-sifat egoistis, agresif, manja, dan sebagainya. d. Dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan emosi, konflik- konflik, kekecewaan-kekecewaan, curiga-mencurigai, iri hati, dan sebagainya. e. Dapat mengembangkan gairah hidup dan melakukan tugas, suka menolong, disiplin, dan sikap-sikap lainnya.

4. Fungsi Layanan Bimbingan Kelompok

Winkel 2004:110 menyebutkan fungsi dari layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah sebagai berikut: a. Memberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar. b. Mempunyai pemahaman yang efektif, objektif, tepat dan cukup luas tentang berbagai hal tentang apa yang mereka bicarakan. c. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan sendiri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok. d. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap sesuatu hal yang buruk dan memberikan dukungan terhadap sesuatu hal yang baik. e. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana apa yang mereka programkan semula.

5. Asas-asas Bimbingan Kelompok

Asas-asas yang ada dalam layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah sebagai berikut: a. Asas kerahasiaan: para anggota harus menyimpan dan merahasiakan imformasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain. b. Asas keterbukaan: para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran tentang apa saja yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu. c. Asas kesukarelaan: semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atau pemimpin kelompok. d. Asas kenormatifan: semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku. D. Kajian Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Kadek Suhardita Menurut penelitian Kadek Suhardita yang berjudul Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa pada Sekolah Menegah Atas pada Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 20102011 menjelaskan bahwa latar belakang penelitian ini adalah terdapat sebagian orang tidak menyadari bahwa rendahnya percaya diri dapat menimbulkan hambatan besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Sikap seseorang yang menunjukan dirinya tidak percaya diri antara lain didalam berbuat sesuatu yang penting dan penuh tantangan selalu dihadapi dengan keragu-raguan, mudah cemas, tidak yakin, cenderung menghindar, tidak punya inisiatif, mudah patah semangat, tidak berani tampil didepan orang banyak, dan gejala kejiwaan lain yang menghambat seseorang untuk melakukan sesuatu . Berdasarkan penelahaan data penelitian siswa kelas XI SMA Laboratorium percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 20102011 menunjukkan percaya diri yang berkategori sedang. Berdasarkan kreteria penentuan tingkat percaya diri, diketahui rata-rata skor percaya diri siswa sebesar 119 berarti rata-rata percaya diri siswa berada pada kategori sedang. Artinya secara umum siswa kelas XI sudah mampu berperilaku yang baik atau sesuai dengan norma yang ada di sekolah, siswa sudah mampu mengekspresikan emosi dengan tepat dalam lingkungan sosial mereka, dan siswa mampu menumbuhkan sikap percaya pada diri sendiri maupun orang lain. Gambaran percaya diri siswa pada masing-masing aspek sebelum dan setelah diberikan teknik permainan dalam bimbingan kelompok. Berikut dijelaskan hasil penelitian terhadap siswa setelah mengikuti teknik permainan dalam bimbingan kelompok terhadap kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Adapun hasil yang diperoleh pada masing-masing aspeknya adalah sebagai berikut: Rata-rata Gain Skor Percaya Diri Siswa Secara Umum pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol 2. Penelitian Seska Bawotong Menurut penelitian Seska Bawotong yang berjudul Meningkatkan Percaya Diri Melalui Permainan Outbound Sederhana pada Anak Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo, menjelaskan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah : “Apakah percaya diri anak kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo, dapat ditingkatkan melalui pemainan outbound ? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan percaya diri anak melalui permainan outbound sederhana pada anak kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontal o. Anak yang kurang memiliki percaya diri sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, seperti kurang berani dalam melakukan aktivitas, selalu tergantung kepada orang tua maupun guru, kurang kreatif, tidak mandiri. Dalam PERMEN DIKNAS No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini PAUD pada tingkat pencapaian perkembangan usia 4 – 5 tahun untuk aspek sosial emosional anak dituntut untuk: a menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan; b menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan; cmenunjukkan rasa percaya diri. Berdasarkan hasil analisis dan tindakan pada siklus I pertemuan 1 terjadi perubahan dari 8 anak yang memiliki percaya diri pada observasi awal menjadi 10 anak atau 10 50. Selanjutnya pada siklus I pertemuan 2 diperoleh hasil anak yang telah memiliki percaya diri menjadi 12 anak atau 60. Pada siklus I pertemuan 2 ini dilakukan permainan mencari benda dengan tujuan: a melatih kemampuan, membedakan, menganalisa, mengenali suara; b melatih konsentrasi; c melatih daya ingat; d melatih kepercayaan kepada rekan; e melatih komunikasi. Pada siklus II pertemuan 1 dilakukan permainan outbound palang titian dengan tujuan: a melatih keberanian; b melatih kepercayaan diri; c melatih keseimbangan. Melalui permainan ini anak sangat antusias, sehingga diperoleh hasil anak yang memiliki percaya diri meningkat menjadi 14 anak 70. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 2 dengan permainan outbound terowongan ban mobil dengan tujuan: a anak dapat mengembangkan kemampuan; b tepat dan tegas dalam bertindak; c penuh kesabaran, dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan. Dari pelaksanaan siklus I pertemuan 2 terjadi perubahan yang cukup signifikan, yakni anak yang memiliki percaya diri dari 14 anak 70 pada siklus II pertemuan 1 menjadi 16 anak 80 pada siklus II pertemuan 2; dalam hal ini anak yang kurang memiliki percaya diri 4 anak 20 dari jumlah anak 20 anak. Dari hasil pelaksanaan siklus, pada prinsipnya percaya diri anak, khususnya pada TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo dapat ditingkatkan melalui permainan outbound sederhana.

E. Kerangka Berpikir