58 Dari hasil kuisioner, sebanyak 5,15 masyarakat pernah mengkonsumsi
daging labi-labi dan sebanyak 10,31 pernah mengkonsumsi telur labi-labi. Perilaku masyarakat ini terjadi hingga sebelum tahun 2010 yakni sebelum adanya
wabah kematian yang menurunkan populasi labi-labi. Keprihatinan masyarakat terhadap kematian labi-labi telah menurunkan keinginannya untuk mengkonsumsi
daging atau telur labi-labi, walaupun mereka percaya jika telur labi-labi mempunyai multi manfaat.
Masyarakat di luar Desa Belawa sering melakukan aktivitas mencari ikan di sungai-sungai atau parit di Desa Belawa. Mereka mengambil dengan cara
menyetrum ikan yang sekaligus juga mengenai labi-labi. Banyak labi-labi yang diambil oleh masyarakat luar Desa Belawa. Lokasi yang dicuri biasanya yang
berada di batas-batas desa Belawa yang jauh dari perkampungan masyarakat. Hasil penangkapan dijual ke pengumpul yang ada di Cirebon.
Menurut Spink et al 2002, kontrol terhadap populasi kura-kura E. marmorata merupakan langkah penting dalam melindungi satwa tersebut.
Kontrol tersebut dapat berupa aturan pelarangan penjualan kura-kura hidup untuk bahan makanan dan perlunya penyadaran masyarakat. Masyarakat Desa Belawa
tidak ada yang berkeinginan untuk menjual labi-labi dan saat ini mereka tidak lagi mengkonsumsi daging labi-labi. Seluruh masyarakat menghendaki agar
keberadaan labi-labi di Desa Belawa dapat dipertahankan. Aturan desa terhadap keberadaan labi-labi belum ada.
Masyarakat lebih dominan 93,81 menghendaki adanya aturan untuk melindungi labi-labi dari pemanfaatan telur dan daging labi-labi. Mereka
berkeinginan agar labi-labi dapat berkembangbiak, peningkatan kepedulian dan perhatian dari masyarakat, perangkat desa dan pemerintah terhadap keberadaan
labi-labi, perbaikan sarana dan prasarana pengelolaan serta adanya sangsi-sangsi terhadap orang yang mengambilmencuri labi-labi. Terdapat pula masyarakat yang
menginginkan agar labi-labi di habitatnya dibiarkan saja. Keberadaan labi-labi lain seperti labi-labi Cina yang masih ditemukan di
kolam masyarakat dikhawatirkan akan berakibat buruk terhadap labi-labi lokal. Keberadaan labi-labi labi-labi Cina dan labi-labi Brasil yang dulu pernah ada
harus dimusnahkan, karena keberadaan jenis-jenis ini dikhawatirkan menjadi
59 satwa invasif. Hal tersebut sesuai yang disampaikan Spink 2002, bahwa kontrol
populasi labi-labi adalah dengan melakukan pelarangan pelepasan hewan peliharaan yang tidak diinginkan.
4.2.5. Strategi Pengelolaan Populasi dan Habitat Labi-labi
Pengelolaan satwaliar adalah kegiatan manusia dalam mengatur populasi dan habitatnya, serta interaksi antara keduanya untuk mencapai keadaan yang
sesuai dengan tujuan pengelolaan Alikodra 2002. Tujuan pengelolan labi-labi di Desa Belawa adalah untuk menjaga kelestarian satwa tersebut yang merupakan
maskot Kabupaten Cirebon SK Bupati Cirebon 1993; Dislakan 2008. Keberhasilan pengelolaan labi-labi adalah jika tujuan tersebut dapat tercapai.
Kelestarian atau konservasi labi-labi diperoleh jika populasi, habitat dan peran masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya Alikodra 2002.
4.2.5.1. Populasi
Populasi labi-labi yang berkembang merupakan indikator keberhasilan pengelolaan satwaliar. Penambahan populasi ini tentunya bukan saja dari
jumlahnya, namun juga diperhatikan perbandingan jenis kelamin di setiap kelas umur dan sebaran umurnya. Perkembangan populasi yang baik adalah jika
penambahan populasi baru memiliki nisbah kelamin atau perbandingan jumlah betina yang sekurang-kurangnya sama dengan jumlah jantannya, karena labi-labi
betina merupakan individu penghasil keturunan. Menurut Alikodra 2002 keberhasilan reproduksi sangat menentukan kepadatan populasi. Reproduksi
merupakan faktor penentu dalam memelihara keseimbangan populasi maupun untuk meningkatkan jumlah satwaliar. Menurunnya kondisi reproduksi dapat
membahayakan kelangsungan hidup populasi. Struktur umur yang baik adalah jika jumlah labi-labi pada kelas umur
dibawahnya lebih banyak dibandingkan kelas umur di atasnya. Keadaan ini dapat terwujud bila peluang hidup yakni peluang satwa untuk mencapai kelas umur di
atasnya tinggi. Peluang hidup labi-labi dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab kematiannya, sehingga pengelolaan harus meminimalkan faktor-faktor tersebut.
Strategi untuk meningkatkan jumlah labi-labi di Desa Belawa adalah dengan cara:
60 a.
Penghentian pencarian dan pengumpulan labi-labi di berbagai habitat yang akan dikumpulkan kedalam kolam Cikuya sehingga tidak terjadi pemusatan
penyebarannya. b.
Pengurangan dan pengembalian labi-labi di kolam cikuya ke habitat alaminya sehingga dapat berkembang biak di alam.
c. Pemulihan stok labi-labi di habitat alaminya dengan pelepasliaran tukik dari
hasil pengembangbiakan di kawasan Cikuya. d.
Pengurangan goncangan dalam pengambilan dan penetasan telur yakni dengan membawa telur labi-labi dari kolam indukan ke bak penetasan dengan
menggunakan ember yang diisi dengan pasir dan dalam bak penetasan tidak dipindah-pindah.
e. Penetasan telur dilakukan dengan mengatur suhu di atas 29ºC untuk
memperoleh peluang labi-labi betina lebih tinggi Ewert Nelson 1991. f.
Monitoring secara berkelanjutan populasi labi-labi di kolam masyarakat dan parit untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada populasi
satwa tersebut di alam. g.
Pemusnahan labi-labi Cina yang ada di kolam masyarakat untuk mengantisipasi perkembangbiakan dan penyebarannya karena satwa ini dapat
menjadi invasif. h.
Tidak melakukan introduksi kura-kura atau labi-labi jenis lain ke Desa Belawa seperti kura-kura Brasil Trachemys scripta elegans dan labi-labi
Cina Pelodiscus sinensis.
4.2.5.2. Habitat
Habitat yang baik dapat mendorong peningkatan populasi labi-labi. Labi- labi menyukai habitat perairan seperti kolam, parit dan sungai dengan
kondisi habitat berupa perairan tergenang dan berarus tenang Iskandar 2000. Pemilihan habitat oleh satwaliar dipengaruhi oleh variabel biotik dan fisik. Labi-
labi adalah satwa yang banyak mengalokasikan waktunya berada di dalam air, sehingga kondisi perairan sebagai habitat labi-labi perlu dijaga. Kondisi perairan
harus menjamin kebutuhan hidup baik pakan, ruang ataupun keberlangsungan perkawinan. Perkelahian labi-labi merupakan indikator yang kurang baik yakni