Forecasting Error Variance Decomposition FEVD

20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Persen Periode VD of Y Indonesia DM R IHK I C Y G 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Persen Periode VD of Y Malaysia DM R IHK I C Y G 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Persen Periode VD of Y Singapura DM R IHK I C Y G 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Persen Periode VD of Y Thailand DM R IHK I C Y G 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Persen Periode VD of Y Philipina DM R IHK I C Y G 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Persen Periode VD of Y Korea Selatan DM R IHK I C Y G 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Persen Periode VD of Y Jepang DM R IHK I C Y G Gambar 5.2 FEVD PDB Pada periode pertama, pengaruh dari pengeluaran pemerintah terhadap PDB di Philipina sebesar 60.50. Pada periode kedua pengaruhnya naik menjadi 77.30, tetapi pada periode selanjutnya pengaruhnya terus turun hingga pada periode ke-15 menjadi 63.71. Variabilitas dari komponen PDB itu sendiri pada awalnya sebesar 39.50, tetapi pada periode selanjutnya cenderung turun hingga pada periode ke-15 menjadi 2.03. Pengaruh dari suku bunga terus mengalami peningkatan dari 0.94 pada periode kedua menjadi 21.49 pada periode ke-15. Komposisi PDB di Korea Selatan dipengaruhi oleh PDB itu sendiri hampir seratus persen pada periode pertama. Kemampuan PDB memengaruhi dirinya sendiri pada periode selanjutnya cenderung mengalami penurunan, hingga pada periode ke-15 pengaruhnya hanya sebesar 60.01. Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDB sangat kecil sekali, pada periode ke-15 pengaruhnya hanya sebesar 1.10. Pengaruh konsumsi dan IHK masing-masing sebesar 10.37 dan 11.29. Komposisi PDB di Jepang sangat dipengaruhi oleh PBD itu sendiri, pada periode awal pengaruh dari PDB sendiri sebesar 98.94. Pengaruh ini cenderung berkurang dan pada periode ke-15 pengaruhnya sebesar 70.31. Variabilitas dari pengeluaran pemerintah tidak telalu besar, sampai pada periode ke-15 pengaruhnya hanya sebesar 1.16. Pengaruh konsumsi pada periode kedua yang hanya sebesar 0.36 terus mengalami peningkatan hingga mencapai 16.29 pada periode ke-15.

5.5.3 Derajat Pass-Through

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa derajat pass-through terhadap variabel PDB disemua negara lebih kecil dari satu, yang mengindikasikan adanya incomplete pass-through. Pada komponen PDB, derajat pass-through terbesar terjadi di Indonesia sebesar 0.56, selanjutnya diikuti oleh Negara Philipina sebesar 0.48. Derajat pass-through di Malaysia dan Thailand relatif sama yaitu sebesar 0.35. Kenaikan pengeluaran pemerintah di Indonesia sebesar satu persen akan berdampak pada peningkatan PDB sebesar 0.56. Pada umumnya kenaikan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan PDB kecuali di Singapura dan Jepang. Peningkatan pengeluaran pemerintah di Singapura berdampak pada penurunan PDB sebesar 0.40 dan di Jepang terjadi penurunan sebesar 0.05. Tabel 5.2 Derajat pass-through G terhadap PDB No Negara Derajat Pass-Through 1 Indonesia 0.56 2 Malaysia 0.35 3 Singapura -0.40 4 Thailand 0.32 5 Philipina 0.48 6 Korea Selatan 0.03 7 Jepang -0.05 Sumber: diolah

5.5.4 Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap PDB

Berdasarkan analisis IRF terlihat bahwa pengaruh pengeluaran pemerintah di Negara ASEAN+3 mempunyai pengaruh yang hampir sama kecuali Singapura dan Jepang. Guncangan pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan pada PDB. Ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan kenaikan pada PDB. Indonesia merupakan negara yang paling besar merespon kenaikan pemerintah kemudian diikuti oleh Negara Philipina, Malaysia dan Thailand. Negara Korea Selatan mempunyai pengaruh positif tetapi tidak terlalu besar. Anomali terjadi di Singapura dan Jepang, kenaikan pengeluaran pemerintah direspon dengan penurunan PDB. Berdasarkan FEVD, faktor utama yang memengaruhi PDB di Negara-negara ASEAN+3 adalah PDB itu sendiri, kecuali Indonesia dan Philipina. Pada kedua negara ini yang paling memengaruhi PDB adalah pengeluaran pemerintah. Berdasarkan teori Rostow dalam Mangkoesoebroto 1997 bahwa pada awalnya peranan pemerintah lebih dominan kemudian akan cenderung turun seiring dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peranan pemerintah akan digantikan oleh peranan swasta, sehingga pemerintah hanya menyediakan pelayanan yang bersifat sosial, seperti program kesejahteraan hari tua dan pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afonso 2009, pengeluaran pemerintah di Jerman menyebabkan penurunan pada PDB, ini dicerminkan dengan penurunan investasi. Menurut Scully dalam Chao 1997 peningkatan porsi pengeluaran pemerintah terhadap PDB sampai pada tingkat tertentu memberikan pengaruh yang lebih tinggi pada