5.4 Analisis Kointegrasi
Konsep kointegrasi ini dikemukakan oleh Engle dan Granger pada tahun 1987 sebagai fenomena kombinasi linier dari dua atau lebih variabel yang tidak
stasioner akan menjadi stasioner. Kombinasi linier ini dikenal dengan istilah persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan
keseimbangan jangka panjang diantara variabel. Metode pengujian kointegrasi didasarkan pada metode Johansen.
Terdapat lima asumsi deterministic trend dalam uji kointegrasi, untuk menentukan pilihan trend yang digunakan bisa dilihat dari hasil summary, serta
pilihan lag yang digunakan adalah lag optimal. Pemilihan asumsi dengan summary disesuaikan berdasarkan kriteria informasi AIC dan SC, dipilih salah
satu. Setelah dilakukan uji kointegrasi, maka untuk hubungan antara keenam variabel yang digunakan terjadi kointegrasi, artinya secara multivariate terdapat
persamaan linier jangka panjang yang dikandung dalam model. Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa Negara Indonesia, Malaysia dan
Singapura dengan nilai trace statistic terdapat dua rank kointegrasi pada taraf 5. Negara Thailand terdapat lima rank kointegrasi. Negara Philipina ada tiga rank
kointegrasi, Korea Selatan terdapat satu rank kointegrasi, sedangkan Negara Jepang terdapat empat rank kointegrasi pada taraf 5. Jumlah rank ini digunakan
sebagai model koreksi kesalahan yang akan dimasukkan kedalam model VAR menjadi VECM.
Tabel 5.1 Analisis Kointegrasi
No
Hipotesis
Trace Statistics Ina Mal Sgp Thai Phil Kor Jpn
1 Rank= 0 162.84 180.11 177.30 194.63 224.79 141.38 241.62
2 Rank=1 105.76 122.39 127.09 140.65 149.29 87.78 157.32
3 Rank=2
67.59 83.78 84.50 98.21 88.66 56.02 97.87
4 Rank=3
37.75 56.94 50.46 64.87 49.27 33.89 66.92
5 Rank=4
21.63 34.06 31.82 37.94 24.85 18.55 40.62
6 Rank=5
9.412 20.12 18.73 17.01 14.37 7.23 21.18 7
Rank=6 1.56 7.69 7.18 2.72 6.81 0.49 9.21
Sumber: lampiran Cetak tebal menunjukkan Trace statistics 5 critical value dan terjadi kointegrasi
5.5 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap PDB 5.5.1 Analisis
Impulse Response Function
Pada Gambar 5.1 terlihat bahwa pada saat terjadi guncangan pada pengeluaran pemerintah, respon PDB yang paling tinggi terjadi di Indonesia.
Kenaikan satu standar deviasi pada pengeluaran pemerintah akan meningkatkan PDB sebesar 5.26 dalam jangka panjang. Pada periode awal respon PDB hanya
sebesar 2.08, respon ini cenderung meningkat secara bertahap pada setiap periode dan mencapai kestabilan pada periode ke-25. Respon positif terbesar
kedua terjadi di Philipina, kenaikan pengeluaran pemerintah direspon dengan kenaikan PDB sebesar 1.74 pada awal periode dan mencapai kestabilan pada
periode ke-29 dengan nilai sebesar 5.21. Respon terbesar ketiga terjadi di Thailand, respon berfluktuasi antara 1.34
sampai 2.75. Kenaikan satu standar deviasi pada pengeluaran pemerintah menyebabkan kenaikan pada PDB sebesar 2.75 pada periode keempat. Pada
periode ini PDB merespon positif dari guncangan pengeluaran pemerintah dengan respon yang paling besar. Respon selanjutnya mengalami penurunan dan
mencapai kestabilan pada periode ke-26 dengan respon sebesar 2.10 Negara Malaysia dan Korea Selatan juga mengalami respon yang positif
terhadap guncangan pengeluaran pemerintah, tetapi tidak terlalu besar. Malaysia pada awal periode merespon kenaikan pengeluaran pemerintah dengan kenaikan
PDB sebesar 0.78. Respon ini cenderung mengalami peningkatan dan mencapai kestabilan pada periode ke-15 dengan respon sebesar 1.61. Respon PDB di
Korea Selatan cenderung berfluktuasi pada awal periode, pada periode kedua responnya sebesar 1.11, setelah itu responnya cenderung berkurang dan
mencapai kestabilan pada peride ke-24 sebesar 0.10. Respon sebaliknya terjadi di Jepang dan Singapura, kenaikan pengeluaran
pemerintah direspon negatif oleh PDB dikedua negara tersebut. Respon PDB di Jepang mengalami penurunan mulai dari awal periode, kestabilan baru terbentuk
pada periode ke-21 dengan respon sebesar -0.20. Penurunan PDB terbesar terjadi di Singapura, kenaikan satu standar deviasi pada pengeluaran pemerintah
direspon dengan penurunan PDB sebesar 2.33 dalam jangka panjang.