karena itu pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga cukup tinggi. Sementara itu pengeluaran pemerintah tidak mengalami pertumbuhan secepat
konsumsi rumah tangga karena didukung oleh sektor swasta dan sekaligus investasi yang dinyatakan dalam pembentukan modal tetap bruto. Walaupun
ekspor sudah cukup tinggi, namun kecepatan impor masih lebih besar daripada ekspor.
Jika dilihat dari distribusi komponen penyusunnya, persentase terbesar didominasi oleh konsumsi rumahtangga, seperti halnya negara-negara lain di
dunia. Pada masa ketergantungan terhadap non migas tahun 1990–1996 kontribusi pengeluaran rumah tangga mengalami kenaikan, walaupun pada tahun 1990–1993
sempat menurun, yaitu dari sebesar 54.35 tahun 1990 menjadi 52.43 tahun 1993. Kenaikan cukup tinggi terjadi pada tahun 1996 menjadi 61.13. Persentase
konsumsi rumah tangga terus meningkat hingga pada masa krisis yang terjadi pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dengan konsumsi rumahtangga sebesar
73.94 pada tahun 1999. Sejalan dengan kemajuan perekonomian, pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga cenderung menurun hingga pada tahun 2008
sebesar 60.95.
4.4 Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Belanja pemerintah mencakup upah
pekerja pemerintah dan pembelanjaan untuk kepentingan umum. Peranan terbesar pengeluaran pemerintah terhadap PDB terjadi di Jepang, peranan pengeluaran
pemerintah hampir mencapai 20. Sedangkan untuk negara yang lainnya kurang dari 15, terlihat pada Gambar 4.5.
Peranan pengeluaran pemerintah terhadap PDB di Indonesia relatif lebih kecil dibandingkan negara yang lain. Kontribusi pengeluaran konsumsi
pemerintah merupakan komponen yang diatur khusus dengan sistem sehingga besarnya relatif stabil, dengan flukutuasi sesuai dengan kondisi perekonomian dan
sosial budaya serta politik yang sedang terjadi. Justru pada waktu krisis moneter pada tahun 1998, konsumsi pemerintah Indonesia mengalami penurunan
persentase hingga mencapai 5.69 pada tahun tersebut.
Sumber: IFS diolah
Gambar 4.5 Peranan pengeluaran pemerintah terhadap PDB
4.5 Investasi
Secara umum pertumbuhan tingkat investasi riil di ASEAN+3 pada saat setelah krisis mengalami perlambatan. Melambatnya pertumbuhan investasi
menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Hal ini tercermin dari rasio pembentukan modal tetap bruto terhadap PDB yang
cenderung menurun setelah terjadinya krisis ekonomi Gambar 4.6. Negara Malaysia sempat mengalami peranan investasi terhadap PDB yang tertinggi pada
tahun 1995 sampai tahun 1997 sebesar 43. Peranan investasi terhadap PDB yang relatif stabil terjadi di Korea Selatan, dengan peranan rata-rata sebesar 30
setelah krisis ekonomi. Belum kembalinya investasi ke level sebelum krisis meskipun
perekonomian sudah membaik mencerminkan efek jangka panjang dari krisis terhadap perekonomian Negara ASEAN+3. Terhadap fakta tersebut, Barro dalam
Arifin 2008 mengemukakan bahwa dampak krisis terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi dan investasi dapat berlangsung dalam jangka panjang.
Fenomena yang terjadi di negara-negara Asia yang terkena krisis sejalan dengan temuan Barro tersebut. Fenomena di negara-negara tersebut menunjukkan bahwa
efek krisis nilai tukar dapat dengan segera terhenti namun dampak dari krisis perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi berlangsung lebih lama.
5 7
9 11
13 15
17 19
21
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
Persen
Ind Mal
Sgp Thai
Phil Kor
Jpn