Inflasi GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

Sumber: IFS diolah Gambar 4.7 Tingkat inflasi negara-negara ASEAN+3 Kondisi tersebut bertolak belakang ketika di pertengahan tahun 1997 krisis mulai menerpa negara-negara di ASEAN+3. Saat itu rata-rata seluruh nilai tukar uang lokal negara-negara di kawasan ASEAN+3 cenderung terus merosot tajam terhadap dolar Amerika USD. Hal ini sebagai dampak dari terus membanjirnya jumlah mata uang lokal yang dilepas di pasaran secara bersamaan oleh para spekulan, sehingga menyebabkan tingkat inflasi yang sudah relatif stabil tersebut kemudian menjadi tinggi pada akhir tahun 1997 hingga akhir tahun 1999. Diantara negara-negara di kawasan ASEAN+3, Indonesia merupakan negara yang mengalami peningkatan inflasi yang paling tajam, yaitu dari 6.22 pada tahun 1997 meningkat menjadi 58.39 pada tahun 1998. Indonesia di era 1990-an dinilai mempunyai fundamental mikroekonomi yang lebih kuat dibanding Thailand pada saat itu, ternyata tidak mampu membendung dampak dari krisis ekonomi yang menghantam Thailand dengan memburuknya nilai baht Thailand terhadap USD. Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 1999 terus membaik dari 58.39 tahun 1998 menjadi 20.48 tahun 1999, namun belum sepenuhnya pulih ke tingkat yang lebih stabil di bawah 10 seperti era 1990-an. Setelah tahun 2000-an inflasi Indonesia relatif berfluktuasi, inflasi terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 3.72 dan terbesar pada tahun 2006 dengan inflasi ‐10 10 20 30 40 50 60 70 Indeks Ind Mal Sgp Thai Phil Kor Jpn sebesar 13.11. Negara-negara yang lainnya mempunyai tingkat inflasi dibawah 10.

4.7 Suku Bunga

Perkembangan suku bunga deposito dari tahun 1990-2008, Indonesia cenderung tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN+3 lainnya, seperti terlihat pada Gambar 4.8. Sebelum krisis ekonomi melanda Asia tahun 1998, pergerakan suku bunga relatif stabil, ketika terjadinya krisis ekonomi suku bunga di semua negara kecuali Jepang mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Suku bunga di Indonesia pada tahun 1998 sampai pada level 39.07, ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lainnya. Pada tahun yang sama, tingkat suku bunga di Korea Selatan sebesar 13.29 diikuti Philipina sebesar 12.11. Umumnya setelah krisis ekonomi, tingkat suku bunga di masing-masing negara ASEAN+3 lebih rendah jika dibandingkan dengan sebelum krisis. Suku bunga terendah terjadi di Jepang, rata-rata suku bunga selama 19 tahun adalah 1.02, selanjutnya di Singapura dengan rata-rata 2.17. Sumber: IFS diolah Gambar 4.8 Tingkat suku bunga negara-negara ASEAN+3 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Persen Ind Mal Sgp Thai Phil Kor Jpn

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum memasuki tahapan analisis model VARVECM, maka sebelumnya dilakukan pengujian-pengujian pra-estimasi. Pengujian-pengujian tersebut meliputi uji akar unit unit root test, pengujian stabilitas VAR dan pengujian lag optimal. Pengujian-pengujian ini penting karena dalam model multivariate time series kebanyakan data yang digunakan mengandung akar unit sehingga akan membuat hasil estimasi menjadi semu dan tidak valid Gujarati 2006.

5.1 Uji Stasioneritas Data

Metode pengujian yang digunakan untuk melakukan uji stasioneritas data dalam penelitian ini adalah metode ADF augmented Dickey Fuller dengan menggunakan taraf nyata lima persen. Jika t-ADF lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan adalah stasioner tidak mengandung akar unit. Pengujian akar-akar unit ini dilakukan pada tingkat level sampai dengan first difference. Hasil uji stasioneritas dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengujian akar unit menunjukkan bahwa variabel- variabel yang digunakan pada penelitian ini tidak seluruhnya stasioner pada tingkat level. Ketidakstasioneran data dapat dilihat dari nilai t-ADF yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon pada taraf nyata lima persen. Oleh karena itu, pengujian akar unit ini perlu dilanjutkan pada tingkat first difference. Setelah dilakukan pengujian pada first difference, barulah semua data stasioner pada taraf nyata lima persen. Artinya data yang digunakan pada penelitian ini terintegrasi pada ordo satu atau dapat disingkat menjadi I1. Menurut Sims dalam Hasanah 2007, penggunaan data perbedaan pertama tidak direkomendasikan karena akan menghilangkan informasi jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menganalisis informasi jangka panjang akan digunakan data level sehingga model VAR akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan menjadi VECM.