75 perlu mengatur operasi penangkapan ikan yang ada, dan secara berkala memberi
penyuluhanpembinaann akan pentingnya kelestarian stok sumberdaya ikan.
5.1.2 Pengelolaan Potensi Ekonomi Lestari Sumberdaya Ikan
Hasil tangkapan utama nelayan di Kabupaten Indramayu, seperti ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol mempunyai potensi ekonomi
yang sangat besar. Potensi ekonomi tersebut memberi ruang untuk pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut. Hasil analisis kapasitas stok yang dijelaskan pada
bagian sebelumnya memberi arahan tentang jumlah ikan yang dapat dimanfaatkan secara maksimum, tanpa mengganggu kelestarian kelima sumberdaya ikan
tersebut. Konversi kapasitas stok lestari ke dalam nilai uang memberi informasi tentang potensi ekonomi lestari sumberdaya ikan tersebut. Pada Bab 4 dijelaskan
bahwa potensi ekonomi lestari MEY sumberdaya ikan manyung di Kabupaten Indramayu mencapai 16.471.401.174 per tahun. Potensi ekonomi lestari ini
sangat besar dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Sparre dan Venema 1999 menyatakan bahwa optimalisasi pemanfaatan potensi ekonomi lestari sumberdaya
ikan dapat dilakukan selama pemanfaatan yang ada saat ini tidak melebihi kapasitas stok lestari yang ada dan ini diindikasi oleh upaya penangkapan aktual
yang masih rendah. Upaya penangkapan aktual Eaktual sumberdaya ikan manyung di
Kabupaten Indramayu sekitar 1569 trip per tahun, sedangkan upaya penangkapan ekonomi optimal Emey sekitar 4738 trip per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
upaya penangkapan yang ada saat ini masih bisa ditingkatkan. Terkait dengan ini, maka usaha perikanan jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT,
payang, dan rawai tetap dapat dikembangkan lebih lanjut untuk tujuan penangkapan berupa ikan manyung. Namun demikian, pengembangan tersebut
perlu dilakukan secara terkendali sehingga tidak terjadi kelebihan upaya tangkap dan biaya produksi tinggi yang menyebabkan TR = TC kondisi OA, keuntungan
0. Wilson, et. al 2002 menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan potensial dapat dilakukan dengan memobilisasi secara tepatterkendali usaha
perikanan yang sesuai dan hal ini harus didukung secara integratif oleh semua
76 komponen perikanan terkait. Partisipasi dan dukungan yang positif dari
komponenstakeholders perikanan harus diberikan sehingga pengelolaan tersebut bisa memberi manfaat maksimal bagi nelayan dan masyarakat pesisir secara
keseluruhan di Kabupaten Indramayu. Untuk sumberdaya ikan tenggiri dan peperek, masing-masing mempunyai
potensi ekonomi lestari MEY sekitar Rp 31.745.619.591 per tahun dan Rp 54.907.433.923 per tahun. Potensi ekonomi lestari kedua jenis ikan termasuk
besar, namun untuk ikan tenggiri sudah terjadi kelebihan tangkap. Hasil analisis sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tenggiri
di Kabupaten Indramayu ini mencapai 122,72 , terjadi kelebihan tangkap sekitar 22,72 dari potensi lestari yang ada. Hal ini juga ditunjukkan oleh upaya
penangkapan aktual ikan tenggiri Eaktual = 5998,06 trip per tahun yang lebih tinggi daripada upaya penangkapan ekonomi optimal Emey = 3125 trip per
tahun. Oleh karena itu, operasi penangkapan ikan tenggiri perlu dikurangi di perairan Kabupaten Indramayu. Hal ini merupakan tindakan pengelolaan yang
perlu diambil untuk kapasitas stok sumberdaya ikan tenggiri tetap lestari di perairan Kabupaten Indramayu dan juga dapat memberi manfaat ekonomi yang
berkelanjutan bagi generasi mendatang. Tomascik, et. al 1997 menyatakan bahwa kegiatan pengelolaan tidak hanya dimaksudkan untuk mengatur dan
memanfaatkan suatu sumberdaya tetapi juga merupakan kegiatan pengendalian dan pencegahan sehingga terjadi keseimbangan ekologis pada sumberdaya
tersebut dan lingkungan sekitarnya. Untuk sumberdaya ikan peperek karena tingkat pemanfaatannya baru
mencapai 66,39 , maka dapat ditingkatkan mendekati potensi ekonomi lestari yang ada. Terkait dengan ini, maka jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap
JIT, dan payang dapat dikembangkan lagi dengan fokus utama pada penangkapan sumberdaya ikan peperek tersebut. Namun demikian,
pengembangan ini juga harus ada kelanyakan pengembangan usaha perikanan tangkap tersebut ekonomi. Bagian 5.3 akan membahas kelayakan pengembangan
setiap usaha perikanan yang digunakan dalam pemanfaatan kelima jenis sumberdaya ikan potensial yang ada. Bila melihat upaya penangkapannya, maka
upaya penangkapan aktual ikan peperek Eaktual = 845,04 trip per tahun masih
77 jauh lebih rendah daripada upaya penangkapan ekonomi optimalnya Emey =
3177 trip per tahun sehingga sangat berpeluang untuk dikembangkan. Dibandingkan dengan lima sumberdaya ikan lainnya, potensi ekonomi
lestari MEY ikan kembung termasuk paling kecil, yaitu sekitar Rp 9.911.840.550 per tahun. Upaya penangkapan ekonomi optimal Emey ikan
kembung ini mencapai 11820 trip per tahun, sedangkan upaya penangkapan aktualnya Eaktual mencapai 11830,73 trip per tahun. Terkait dengan ini, maka
upaya penangkapan ikan kembung sudah melebihi upaya penangkapan maksimum yang dapat menjamin kelestarian sumberdaya ikan tersebut. Hal ini juga
ditunjukkan oleh tingkat pemanfaatannya yang sudah mencapai 139,64 dari kapasitas stok lestari yang ada. Sedangkan Mamuaya, et. al 2007 dalam
penelitiannya menyatakan bahwa pemanfaatan yang melebihi daya dukung akan sangat cepat menyebabkan kelangkaan sumberdaya ikan dan memerlukan waktu
puluhan tahun. Bila upaya penangkapan tersebut terus ditingkatkan, maka bukan tidak
mungkin upaya penangkapan mendekati Eoa 14150 trip per tahun, sehingga menyebabkan usaha perikanan tidak memperoleh keuntungan dari operasi
penangkapan ikan kembung yang dilakukannya TR = TC. Terkait dengan ini, maka operasi penangkapan ikan kembung menggunakan jaring insang hanyut
JIH, jaring insang tetap JIT, dan jaring klitik JK sebaiknya dikurangi dan penangkapan dialihkan kepada sasaran yang potensial lainnya, misalnya ikan
manyung, peperek, dan tongkol. Fauzi 2010 menyatakan bahwa kondisi dimana penerimaan total total revenueTR menurun akibat upaya penangkapan yang
berlebihan sehingga mendekati biaya operasional penangkapan total total costTC akan memberi dampak yang kurang baik pengelolaan perikanan, dimana
pendapatan nelayan menurun, terjadi perebutan fishing ground, daya beli turun, harga beli tidak stabil, dan lainnya.
Potensi ekonomi lestari MEY ikan tongkol di perairan Kabupaten Indramayu mencapai Rp 42.547.409.047 per tahun. Potensi ekonomi ini termasuk
besar dan bila melihat tingkat pemanfaatannya baru sekitar 48,01 , maka sangat terbuka peluang untuk pengembangannya. Suman, et.al 1993 menyatakan
bahwa pemanfaatan sumberdaya dapat ditingkatkan hingga mendekati potensi
78 lestariya, dan bila hal ini dilakukan secara konsisten, maka dapat menjamin
keberlanjutan pemanfaatan ekonomi sumberdaya ikan tersebut di masa mendatang. Terkait dengan ini, maka pengaturan dan pengawasan pemanfaatan
oleh usaha jaring insang hanyut JIH, jaring klitik JK, rawai tetap, dan handline perlu dilakukan secara serius oleh nelayan, aparat terkait, dan masyarakat. Oleh
karena di Kabupaten Indramayu, usaha perikanan ini umumnya terpusat di PPI Karangsong, maka pengaturan dan pengawasan tersebut lebih mudah dilakukan.
Untuk memberi manfaat ekonomi yang memadai bagi nelayan pelakunya, maka disamping dari jenis ikan potensial yang ditangkap, usaha perikanan tangkap
harus layak secara finansial untuk dilakukan. Bagian berikut akan menjelaskan hal ini, sehingga terjadi keberlanjutan ekonomi berbasis usaha perikanan di
Kabupaten Indramayu.
5.2 Keberlanjutan Usaha Perikanan Tangkap 5.2.1 Kelayakan Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap