Formulasi Data dan Simulasi Pengujian Konsistensi dan Sensitivitas Interpretasi Hasil Analisis Rente Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap

35 Tabel 3.1 Skala banding berpasangan Tingkat Kepentingan Keterangan Penjelasan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan ¾ Kedua elemen sama pentingnya. ¾ Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. ¾ Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lain. ¾ Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen yang lain. ¾ Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain. ¾ Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. ¾ Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. ¾ Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan. ¾ Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya. ¾ Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya. ¾ Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek. ¾ Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. ¾ Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. Sumber : Saaty 1993

d. Formulasi Data dan Simulasi

Formulasi data merupakan kegiatan menginput data hasil analisis skala banding berpasangan ke dalam struktur hierarki. Pembuatan hierarki dan input data ini dilakukan menggunakan sofware Expert Choice. Sedangkan data yang diinput disiapkan menggunakan program MS Excell, SPSS, atau lainnya. Setelah data diinput semua, maka dilakukan simulasi untuk mengetahui kinerja dari data yang digunakan.

e. Pengujian Konsistensi dan Sensitivitas

Tahapan ini bertujuan untuk menguji konsistensi dan sensitivitas dari hasil simulasi yang telah dilakukan. Bila dari hasil simulasi diperoleh rasio inconsistency 0,1 atau lebih, maka hasil simulasi tidak konsistensi dan harus 36 dilakukan pengambilan data ulang. Pengujian konsistensi dilakukan bersamaan dengan perhitungan uji banding berpasangan. Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sensitivitas hasil simulasi terhadap berbagai intervensiperubahan yang mungkin. Tabel 3.2 menyajikan kriteria uji konsistensi dan uji sentivitas yang digunakan. Tabel 3.2 Kriteria uji konsistensi dan uji sensitivitas Jenis Pengujian Kriteria Rasio inconsistency 0,1 Sensitivity test Diharapkan tidak terlalu sensitif Sumber : Expert Choice 9.5

f. Interpretasi Hasil Analisis

Tahapan interpretasi ini merupakan tahapan penggunaan hasil analisis hierarki dalam menjelaskan dan memberikan rekomendasi prioritas strategi pengembangan ekonomi berbasis sumberdaya perikanan di Kabupaten Indramayu. Kegiatan interpretasi ini juga menjelaskan berbagai hal yang mungkin bila strategi prioritas diimplementasikan di lokasi. 37 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Kapasitas Stock dan Potensi Ekonomi Lestari Sumberdaya Ikan di Kabupaten Indramayu

4.1.1 Hasil Tangkapan dan Upaya Penangkapan Ikan di Kabupaten Indramayu

Potensi sumberdaya ikan, kemampuan armada dan kondisi perairan sangat mempengaruhi jumlah hasil tangkapan dan tingkat upaya penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan, termasuk di Kabupaten Indramayu. Sumberdaya ikan yang dominan dan menjadi hasil tangkapan utama nelayan di Kabupaten Indramayu diantaranya adalah ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol. Menurut DPK Kabupaten Indramayu 2010b, hasil tangkapan kelima jenis ikan tersebut mencapai 85,6 dari total produksi ikan laut di Kabupaten Indramayu. Tabel 4.1 menyajikan hasil tangkapan ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol selama periode tahun 1996 -2010 di Kabupaten Indramayu. Tabel 4.1 Hasil tangkapan ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol selama periode tahun 1996 -2010 di Kabupaten Indramayu Tahun Hasil Tangkapan tontahun Manyung Tenggiri Peperek Kembung Tongkol Total 1996 1136.70 1319.50 3669.00 857.00 2327.60 9309.80 1997 1666.00 1061.02 3173.00 827.00 2531.30 9258.32 1998 1534.00 1214.72 3176.00 1015.00 3630.80 10570.52 1999 953.80 1397.00 4236.00 603.00 3031.70 10221.50 2000 866.10 844.00 3428.00 787.00 3439.00 9364.10 2001 882.48 564.08 3242.20 1021.80 2585.50 8296.06 2002 1217.30 738.00 2684.00 996.00 1693.40 7328.70 2003 1396.20 900.90 3051.00 593.50 2177.60 8119.20 2004 965.90 705.42 2889.00 758.00 2081.90 7400.22 2005 807.20 697.20 2890.00 548.20 1904.90 6847.50 2006 862.15 755.38 3306.00 956.70 2440.20 8320.43 2007 1123.20 759.90 3013.90 753.60 2298.20 7948.80 2008 977.70 1044.34 3104.50 1213.00 2547.60 8887.14 2009 1082.20 885.02 2806.30 939.80 1720.40 7433.72 2010 989.10 1375.30 2807.10 1586.00 4074.00 10831.50 Sumber : Hasil olahan data 2011 38 Hasil tangkapan ikan tersebut sangat dipengaruhi oleh upaya penangkapan ikan yang dilakukan usaha perikanan tangkap yang bersesuaian di lokasi. Suatu jenis usaha perikanan tangkap dapat menangkap satu atau lebih dari jenis ikan hasil tangkapan utama yang ada. Tabel 4.2 menyajikan upaya penangkapan standar ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol selama periode tahun 1996 -2010 di Kabupaten Indramayu. Tabel 4.2 Upaya penangkapan standar ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol selama periode tahun 1996 -2010 di Kabupaten Indramayu Tahun Effort Standard triptahun Manyung Tenggiri Peperek Kembung Tongkol 1996 3491.09 1525.06 4065.82 4084.58 11027.80 1997 4192.51 2468.30 4942.41 5345.08 6754.25 1998 7226.39 3202.12 5249.87 23888.58 3172.38 1999 3308.44 2860.52 4212.03 10639.08 3111.07 2000 2806.22 3244.87 5160.43 3797.53 1043.24 2001 3557.59 3331.70 5422.75 5536.27 3009.33 2002 5379.61 3690.00 5051.77 8955.41 2837.35 2003 5742.28 5292.06 6049.94 13087.02 7353.34 2004 4862.35 4918.65 4733.97 10616.68 351.71 2005 2476.30 5119.65 3514.16 7880.76 1127.68 2006 2370.24 3293.43 2355.19 5259.55 1009.83 2007 3039.08 2917.08 3013.90 8473.96 2156.74 2008 6476.78 2984.61 2910.03 11863.04 1600.63 2009 2010.75 2402.58 1810.15 9858.75 6372.56 2010 1568.57 5998.06 845.04 11830.73 3748.93 Sumber : Hasil olahan data 2011 Ikan manyung umumnya ditangkap menggunakan jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, payang, dan rawai tetap. Tenggiri ditangkap menggunakan jaring insang hanyut JIH, payang, dan handline. Peperek ditangkap menggunakan jaring insang hanyut JIH, payang, dan handline. Kembung menggunakan jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, dan jaring klitik JK. Sedangkan tongkol ditangkap menggunakan jaring insang hanyut JIH, jaring klitik, rawai tetap, dan handline. Upaya penangkapan dari setiap usaha perikanan tangkap tersebut berbeda-beda tergantung musim ikan sasaran dan jumlah hari operasi setiap trip penangkapan. Secara umum, jaring 39 insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, dan payang umumnya dioperasikan sekitar 15 hari atau lebih setiap trip operasi penangkapan, rawai tetap sekitar 4 hari setiap trip operasi penangkapan, serta handline dan jaring klitik JK umumnya dioperasikan sekitar 1 hari setiap trip operasi penangkapannya.

4.1.2 Kapasitas Stok Sumberdaya Ikan di Kabupaten Indramayu

Penentuan kapasitas stock sumberdaya ikan potensi maksimum lestari sumberdaya ikan ini dilakukan menggunakan metode holistik sederhana yang dikenal dengan model produksi surplus Sparre dan Venema, 1999. Tujuan penggunaan model produksi surplus adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang. Hasil tangkapan maksimum yang lestari juga disebut kapasitas stok sumberdaya ikan yang bisa ditangkap secara lestari atau Maximum Sustainable Yield MSY. Berdasarkan hasil regresi terhadap CPUE dan effort selama kurun waktu lima belas tahun terakhir didapatkan nilai fungsi CPUE ikan manyung CPUEmanyung = 0,5516 a – 0,00006 b, nilai fungsi CPUE ikan tenggiri CPUEtenggiri = 0,700005 a – 0,00011 b, nilai fungsi CPUE ikan peperek CPUEpeperek = 2,61615 a – 0,00040 b, nilai fungsi CPUE ikan kembung CPUEkembung = 0,19922 a – 0,00001 b, dan nilai fungsi CPUE ikan tongkol CPUEtongkol = 2,65441 a – 0,00033 b. Hasil analisis detail disajikan pada Lampiran 6, 11, 16, 21, dan 26. Nilai intercept a dan independent b kemudian digunakan untuk menganalisis kapasitas stok sumberdaya ikan lestari MSY dan upaya penangkapan effort optimum Emsy. Hasil analisis kapasitas stok lestari MSY ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol, upaya penangkapan optimalnya Emsy di Kabupaten Indramayu disajikan pada Tabel 4.3. Pada Tabel 4.3 tersebut juga disajikan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan saat ini Kabupaten Indramayu. 40 Tabel 4.3 Kapasitas stok lestari MSY, upaya penangkapan optimal Emsy, dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Indramayu Uraian Sumberdaya Ikan Manyung Tenggiri Peperek Kembung Tongkol MSY tontahun 1291.37 1120.70 4227.93 1135.76 5343.58 Emsy triptahun 4683 3202 3232 11402 4026 Tingkat Pemanfaatan 70.32 122.72 66.39 139.64 48.01 Berdasarkan Tabel 4.3, kapasitas stok lestari MSY sumberdaya ikan manyung mencapai 1291,37 ton per tahun. Sedangkan hasil tangkapan aktual sekitar 908,10 ton per tahun tahun 2010. Kondisi ini tentu memberi peluang bagi pengembangan usaha perikanan jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, payang, dan rawai tetap yang selama ini digunakan untuk menangkap sumberdaya ikan manyung. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan manyung saat ini baru mencapai 70,32 . Kapasitas stok lestari MSY sumberdaya ikan tenggiri dan peperek masing- masing mencapai 1120,70 ton per tahun dan 4227,93 ton per tahun. Kapasitas stok lestari tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal pada kondisi upaya penangkapan ikan tenggiri dan peperek masing-masing 3201,74 ton per tahun dan 3232,18 ton per tahun. Namun bila dihubungkan dengan kondisi saat ini, maka upaya penangkapan ikan tenggiri sudah berlebihan, dimana upaya penangkapan aktual pada tahun 2010 mencapai 5998,06 trip per tahun Lampiran 9. Kondisi juga menyebabkan hasil tangkapan melebihi MSY ikan tenggiri tingkat pemanfaatan 122,72 . Terkait dengan ini, maka jaring insang hanyut JIH, payang, dan handline yang banyak menangkap ikan tenggiri selama ini sebaiknya dialihkan kepada penangkapan sumberdaya ikan lain yang upaya penangkapannya masih rendah. Untuk ikan peperek, hasil tangkapan aktualnya 2807,10 ton per tahun belum melebihi kapasitas stok lestari MSY, sehinggga masih ada peluang ditingkatkan pemanfaatannya. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan peperek saat ini baru mencapai 66,39 . 41 Kapasitas stok lestari MSY sumberdaya ikan kembung dan tongkol masing-masing mencapai 1135,76 ton per tahun dan 5343,58 ton per tahun. Sedangkan upaya penangkapan optimumnya masing-masing sekitar 11402 trip per tahun dan 4026 trip per tahun. Bila kapasitas stok lestari MSY dihubungkan kondisi hasil tangkapan nelayan saat ini di Kabupaten Indramayu, maka untuk ikan kembung sudah terjadi kelebihan tangkap tingkat pemanfaatan 139,64 sedangkan ikan tongkol masih ada peluang untuk ditingkatkan pemanfaatanpenangkapannya tingkat pemanfaatan baru mencapai 48,01 . Terkait dengan ini, maka operasi penangkapan ikan kembung menggunakan jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, dan jaring klitik JK perlu dikendalikan sementara, dan operasi penangkapan dapat dialihkan kepada sumberdaya ikan lainnya yang peluang masih besar seperti ikan manyung, peperek, dan tongkol. Usaha penangkapan ikan tongkol menggunakan jaring insang hanyut JIH, jaring klitik, rawai tetap, dan handline tetap dapat dilanjutkan bahkan sangat berpeluang untuk ditingkatkan. Dalam kaitan dengan kapasitas stok lestari MSY ini, secara umum usaha perikanan tangkap yang dikelola nelayan selama ini di Kabupaten Indramayu dapat terus dijalankan karena ikan ekonomis penting lainnya masih berpeluang untuk ditingkatkan pemanfaatannya. Hal ini akan dievaluasi terkait pada Bagian 4.2 terkait rente ekonomi.

4.1.3 Potensi Ekonomi Lestari Sumberdaya Ikan di Kabupaten Indramayu

Analisis potensi ekonomi lestari maximum economic yieldMEY ini dilakukan dengan pendekatan bio-ekonomi yang dalam operasionalnya menggunakan model Gordon Schaefer. Pendekatan bio-ekonomi bertujuan untuk melihat dari aspek ekonomi apakah suatu usaha perikanan tersebut menguntungkan dengan batasan-batasan dari aspek sumberdaya ikan. Pendekatan ini diperkenalkan oleh Gordon-Schaefer dimana analisisnya tergantung pada biaya operasional cost per satuan upaya yang terdiri dari biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variabel cost. Dalam penggunaan model bio-ekonomi ini perlu dikembangkan beberapa asumsi yang relevan yang memungkinkan perhitungan potensi ekonomi lestari 42 dapat diketahui secara akurat. Menurut Fauzi 2004, asumsi yang biasa digunakan diantaranya biaya per satuan upaya dan harga per satuan hasil tangkapan bernilai tetap konstan, yang berarti hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan. Berdasarkan hasil survai dan penelusuran pustaka, pengeluaran rata-rata per trip tersebut dapat mencakup biaya operasional, biaya tenaga kerja, dan biaya ekonomi tetap. Nilai tersebut merupakan biaya nominal nominal cost, dan selanjutnya dikoreksi dengan indeks harga konsumen IHK untuk mengetahui biaya riil real cost dalam operasi penangkapan suatu jenis sumberdaya ikan tertentu. Harga jual hasil tangkapan mengacu kepada harga jual ikan hasil tangkapan rata-rata yang bisa dinikmati nelayan selama ini, dan selanjutnya dikoreksi dengan IHK untuk mengetahui harga real berdasarkan pengukuran pada saat penelitian. Hasil analisis potensi ekonomi lestari MEY ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol di Kabupaten Indramayu disajikan pada Gambar 4.1 – Gambar 4.5. Gambar 4.1 Hubungan antara potensi ekonomi lestari MEY ikan manyung dan upaya penangkapannya di Kabupaten Indramayu selama tahun 1995 – 2010 5000000000 10000000000 15000000000 20000000000 25000000000 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Effort trip P e n er im a an , B ia ya R p TC TR OA Emey MEY = Rp 16471401174tahun Emsy Eoa Eaktual 43 Gambar 4.2 Hubungan antara potensi ekonomi lestari MEY ikan tenggiri dan upaya penangkapannya di Kabupaten Indramayu selama tahun 1995 – 2010 Gambar 4.3 Hubungan antara potensi ekonomi lestari MEY ikan peperek dan upaya penangkapannya di Kabupaten Indramayu selama tahun 1995 – 2010 Gambar 4.4 Hubungan antara potensi ekonomi lestari MEY ikan kembung dan upaya penangkapannya di Kabupaten Indramayu selama tahun 1995 – 2010 5000000000 10000000000 15000000000 20000000000 25000000000 30000000000 35000000000 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Effort trip P e n er im a an , B ia ya R p TC TR OA Emey MEY = Rp 31745619591tahun Emsy Eoa Eaktual 10000000000 20000000000 30000000000 40000000000 50000000000 60000000000 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Effort trip P en er im aan , B iaya R p 000 TC TR OA Emey MEY=Rp 54907433923tahun Emsy Eoa Eaktual 2000000000 4000000000 6000000000 8000000000 10000000000 12000000000 14000000000 16000000000 5000 10000 15000 20000 25000 Effort trip P e n er im aan , B iaya R p 00 TC TR OA Emey MEY=Rp 9911840550tahun Emsy Eoa Eaktual 44 Gambar 4.5 Hubungan antara potensi ekonomi lestari MEY ikan tongkol dan upaya penangkapannya di Kabupaten Indramayu selama tahun 1995 – 2010 Berdasarkan Gambar 4.1 dan Gambar 4.2, potensi ekonomi lestari MEY sumberdaya ikan manyung dan ikan tenggiri di perairan Kabupaten Indramayu masing-masing mencapai Rp 16.471.401.174 per tahun dan Rp 31.745.619.591 per tahun. Potensi ekonomi lestari MEY ikan manyung didapat pada upaya penangkapan ekonomi optimal Emey sekitar 4738 trip per tahun untuk ikan manyung dan 3125 trip per tahun untuk ikan tenggiri. Sedangkan upaya penangkapan aktual Eaktual sumberdaya ikan manyung dan ikan tenggiri masing-masing 1568,57 trip per tahun dan 5998,06 trip per tahun. Terkait dengan ini, maka upaya penangkapan ikan manyung yang ada saat ini masih bisa ditingkatkan, sedangkan upaya penangkapan ikan tenggiri perlu dikurangi. Bila upaya penangkapan ekonomi optimal dibandingkan upaya penangkapan optimal berdasarkan potensi lestari Emsy, maka Emey sumberdaya ikan manyung lebih tinggi sedangkan Emey sumberdaya ikan tenggiri lebih rendah. Potensi ekonomi lestari MEY sumberdaya ikan peperek, kembung, dan tongkol masing-masing mencapai Rp 54.907.433.923 per tahun, Rp 9.911.840.550 per tahun, dan Rp 42.547.409.047 per tahun Gambar 4.3 – Gambar 4.5. Potensi ekonomi lestari MEY sumberdaya ikan peperek, kembung, dan tongkol dicapai pada upaya penangkapan ekonomi optimal Emey masing-masing sekitar 3177 trip per tahun, 11820 trip per tahun, dan 4029 trip per tahun. Upaya penangkapan aktual Eaktual sumberdaya ikan peperek sekitar 5000000000 10000000000 15000000000 20000000000 25000000000 30000000000 35000000000 40000000000 45000000000 50000000000 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 Effort trip P en e ri m aan , B iay a R p 00 TC TR OA Emey MEY=Rp 42547409047tahun Emsy Eoa Eaktual 45 845,04 trip per tahun, sehingga masih terbuka untuk ditingkatkan guna memanfaatkan potensi ekonomi lestari yang mencapai Rp 54.907.433.923 per tahun. Upaya penangkapan aktual Eaktual sumberdaya ikan kembung mencapai 11830,73 trip per tahun. Upaya penangkapan aktual Eaktual ini sedikit lebih tinggi daripaya upaya penangkapan ekonomi optimal Emey ikan kembung, sehingga operasi penangkapan ikan kembung saat ini sudah perlu dikendalikan. Hal ini juga bersesuaian dengan hasil analisis Bagian 4.1.2 yang menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan saat ini tahun 2010 sudah melebihi potensi lestari sumberdaya ikan kembung. Upaya penangkapan aktual Eaktual ikan tongkol mencapai 3748,93 trip per tahun lebih rendah daripada upaya penangkapan ekonomi optimal Emsy, sehingga dari segi ekonomi, operasi penangkapan ikan tongkol masih bisa dikembangkan di perairan Kabupaten Indramayu.

4.2 Rente Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap

Usaha perikanan tangkap yang banyak dikembangkan di Kabupaten Indramayu umumnya terdiri dari jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, payang, rawai tetap, handline, dan jaring klitik. Usaha perikanan JIH, JIT, dan payang umumnya diusahakan dalam skala besar, sedangkan rawai tetap, handline, dan jaring klitik diusahakan dalam skala menengah ke bawah. Keberlanjutan usaha perikanan tangkap tersebut di Kabupaten Indramayu sangat tergantung pada perimbangan penerimaan benefit dan biaya cost dalam pengusahaannya. Konsep rente ekonomi merupakan konsep analisis yang memberi perhatian pada nilai surplus dari penerimaan benefit dan biaya cost dari suatu usaha perikanan. Nilai surplus tersebut merupakan suatu keuntungan dari menjalankan usaha perikanan tangkap, yang nilai selalu diharapkan positif 0. Tabel 4.4 menyajikan hasil analisis rente ekonomi usaha perikanan JIH, JIT, payang, rawai tetap, handline, dan jaring klitik di Kabupaten Indramayu. 46 Tabel 4.4 Rente Ekonomi usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu Usaha Perikanan Tangkap Rente Ekonomi Rp JIH 1,029,134,326 JIT 579,915,247 Payang 992,640,822 Rawai Tetap 263,338,992 Handline 56,725,341 Jaring Klitik 76,184,501 Berdasarkan Tabel 4.4, usaha perikanan JIH mempunyai rente ekonomi paling tinggi, yaitu mencapai Rp 1.029.134.326. Hal ini berarti bahwa usaha perikanan JIH memberikan kelebihan penerimaan dari semua biaya yang dikeluarkan yang lebih besar daripada usaha perikanan tangkap lainnya. Usaha perikanan JIH dan payang juga mempunyai rente ekonomi yang tinggi, yaitu masing-masing Rp 579.915.247 dan Rp 992.640.822. Usaha perikanan handline dan jaring klitik mempunyai rente ekonomi yang lebih kecil, yaitu masing-masing Rp 56.725.341 dan Rp 76.184.501. Kecilnya nilai rente ekonomi ini tidak selalu mengindikasikan bahwa usaha perikanan tangkap tersebut tidak dapat dilaksanakan secara berjelanjuran di lokasi. Hal ini sangat tergantung pada tingkat pengembalian rate of return usaha perikanan tangkap tersebut terhadap modal yang dikeluarkan. Tabel 4.5 menyajikan hasil analisis rate of return usaha perikanan JIH, JIT, payang, rawai tetap, handline, dan jaring klitik di Kabupaten Indramayu. Tabel 4.5 Rate of return usaha perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu. Usaha Perikanan Tangkap Standar Rate of Return JIH 6,25 42.01 JIT 6,25 31.35 Payang 6,25 56.72 Rawai Tetap 6,25 58.52 Handline 6,25 66.74 Jaring Klitik 6,25 43.53 47 Berdasarkan Tabel 4.5, semua usaha perikanan rate of return keenam usaha perikanan tangkap mempunyai rate of return yang lebih tinggi daripada suku bunga deposito 6,25 . Kondisi ini memberi indikasi bahwa menggunakan uangmodal untuk berinvestasi pada JIH, JIT, payang, rawai tetap, handline, dan jaring klitik masih lebih baik daripada menabung uang tersebut di bank. Hal ini tentu lebih baik untuk menjamin keberlanjutan usaha perikanan tangkap tersebut, karena nelayan Kabupaten Indramayu masih lebih tertarik menjalankan usaha perikanan tangkap tersebut daripada menyimpan uang investasinya di bank. Handline mempunyai rate of return yang lebih tinggi daripada lima usaha perikanan tangkap lainnya, yaitu mencapai 66,74 . Rate of return payang 56,72 dan rawai tetap 58,52 juga termasuk tinggi di Kabupaten Indamayu. Meskipun JIT umumnya diusahakan dalam skala besar dan mendatangkan keuntunganrente ekonomi tinggi setiap tahunnya sekitar Rp 579.915.247, tetapi rate of returnnya paling kecil 31,35 . Modal usaha perikanan JIT yang besar mencapai Rp 1.850.000.000 sangat mempengaruhi capaian nilai rate of return tersebut.

4.3. Intensitas Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap