16
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persediaan kacang kedelai di Indonesia sebanyak 50 persen dikonsumsi dalam bentuk tempe, 40 persen dalam bentuk tahu, dan sisanya 10 persen
dikonsumsi dalam bentuk produk lain
1
. Tahu dan tempe merupakan salah satu jenis makanan olahan kacang kedelai yang dapat menambah asupan protein bagi
tubuh. Komposisi kandungan gizi makanan olahan kacang kedelai dalam bentuk tahu dan tempe dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan KOMPONEN KADAR
Protein 35 – 45
Lemak 18 – 32
Karbohidrat 12 – 30
Air 7
Sumber : Esti dan Sediadi 2000
Tabel 1 memperlihatkan dalam 100 gram tahu atau tempe, mengandung kadar protein sebesar 35 persen sampai dengan 45 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa produk olahan kacang kedelai yaitu tahu dan tempe, memiliki kandungan protein tinggi yang sangat dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu upaya
meningkatkan asupan protein untuk tubuh, dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan konsumsi pada produk olahan kacang kedelai berupa tahu dan tempe.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan konsumsi protein harian Indonesia dalam bentuk kacang kedelai pun ikut meningkat seperti
yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Konsumsi Kacang Kedelai Indonesia untuk Rumah Tangga Tahun 2005-
2007
Konsumsi Tahun
Volume juta ton Persentase
2005 1,89 -
2006 1,88 -0,53
1
Wikipedia. Kedelai. http:
id.wikipedia.org
17 2007 2,01
6,91 Laju Pertumbuhan Rata-rata per tahun
0,70 Sumber : BPS 2008
Pada Tabel 2 menunjukkan tingkat konsumsi kedelai di Indonesia cenderung fluktuaktif. Ini terlihat dari penurunan konsumsi kedelai pada tahun
2005 sebesar 1.890.000 ton menjadi 1.880.000 ton pada tahun 2006, yang kemudian pada tahun 2007 terjadi peningkatan konsumsi menjadi 2.010.000 ton.
Jika dilihat dari sisi ketersediaannya, produksi kacang kedelai di Indonesia hanya dapat memenuhi sebagian kebutuhan kacang kedelai nasional Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Kacang Kedelai Indonesia Tahun 2004-2008
Tahun Luas Area
Ha Produktivitas
QuHa Produksi ton
2004 565.155 12,8 723.483 2005 621.541 13,01 808.353
2006 580.534 12,88 747.611 2007 459.116 12,91 592.534
2008 579.593 13,13 761.206
Sumber : www.bps.go.idsectoragripangantable3_2008.shtml
Pada Tabel 3 dapat dilihat produksi kedelai nasional dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan. Jumlah produksi kacang
kedelai nasional pada tahun 2007 yang sebesar 592.534 ton, belum dapat mencukupi tingkat konsumsi kedelai nasional pada tahun yang sama. Oleh karena
itu Indonesia mengimpor sebagian besar persediaan kacang kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional, dimana volume impor ini secara jelas dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2006
Negara Volume kg
Nilai US United States
1.233.447.895 325.061.683
Argentina 1.026.362.770 237.496.990
India 624.638.500 140.175.177
Brazil 396.891.778 94.758.879
Malaysia 17.771.065 8.420.300
Lainnya 81.138.243 24.922.992
TOTAL 3.380.250.251
830.836.021
Sumber : www.deptan.go.id
18
Tabel 4 menunjukkan bahwa volume impor kacang kedelai Indonesia pada tahun 2006 mencapai 3 juta ton lebih dengan nilai 830.836.021 US, dimana
negara pengimpor terbesarnya adalah Amerika Serikat. Berdasarkan data tersebut, terlihat Indonesia mengalami ketergantungan pasokan kacang kedelai impor yang
cukup banyak. Akibatnya saat harga kacang kedelai meningkat dari Rp 2.500 per kilogram menjadi Rp 8.000 per kilogram pada tahun 2007, banyak pengrajin tahu
dan tempe yang mengalami kerugian dan menghentikan usahanya
2
. Sebagai bagian dari agroindustri dalam bentuk industri kecil dan rumah
tangga atau yang umum dikenal Usaha Kecil Menengah UKM, pengrajin tahu dan tempe secara langsung memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu
negara termasuk Indonesia. Peranan UKM dalam perekonomian antara lain dapat meningkatkan pendapatan para pelaku usaha, menyerap tenaga kerja,
meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong munculnya industri yang lain Soekartawi,2000. Banyaknya usaha dan tenaga kerja yang terserap oleh industri
kecil dan kerajinan rumah tangga ini dapat dialihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2006-2007
3
Jumlah Pelaku Usaha usaha
Jumlah Tenaga Kerja orang
No. Skala Usaha
2006 2007 2006 2007
1. Usaha Mikro
46.746.567 47.702.310 2,04 75.453.589 77.061.669 2,13 2. Usaha
Kecil 1.917.897 2.017.926 5,22 9.599.480 9.970.644 3,87
3. Usaha Menengah
114.687 120.253 4,85 4.494.693 4.720.005 5,01
Usaha Kecil dan Menengah 48.779.151 49.840.489 2,18 89.547.762 91.752.318 2,46
4. Usaha Besar
4.398 4.527 2,93 2.445.595 2.520.707 3,07
JUMLAH 48.783.549 49.845.016
2,18 91.993.357 94.273.025 2,48
Tabel 5 menunjukkan UKM merupakan usaha terbesar yang ada di Indonesia, dengan jumlah usaha sebanyak 48.779.151 usaha pada tahun 2006
yang meningkat pada tahun 2007 menjadi 49.840.489 usaha. Tenaga kerja yang terserap pada UKM juga merupakan yang terbesar, dengan jumlah sebanyak
89.547.762 orang pada tahun 2006 yang meningkat menjadi 91.752.318 orang
2
Kompas Cyber Media. Bogor : Pengrajin Tempe Tahu Berharap Kedelai Stabil. http: www.kompas.com. Senin, 14 Januari 2008
3
DEPKOP. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2006-2007. http:www.depkop.go.id. Senin, 13 Juli 2009
19
39,30 39,25 16,76 16,84
43,94 43,91
20 40
60 80
100
2006 2007
Tahun P
er s
en ta
se
UK UM
UB
pada tahun 2007. Besarnya jumlah UKM di Indonesia membuat usaha tersebut memiliki kontribusi cukup besar dalam Produk Domestik Bruto PDB nasional,
yang dengan jelas dapat terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1.
Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar UB Terhadap PDB Nasional Tahun 2006-2007
4
Pada Gambar 1 terlihat bahwa kontribusi UKM terhadap PDB nasional merupakan yang terbesar, dengan total persentase sebesar 56,06 persen pada tahun
2006, yang meningkat pada tahun 2007 menjadi 56,09 persen. Berdasarkan hal tersebut maka jelas UKM memang memiliki peranan penting dalam
perekonomian nasional, termasuk didalamnya adalah usaha tahu dan tempe.
1.2. Perumusan Masalah