39
TVC = Biaya variabel total
TFC = Biaya tetap total
Daerah A = Daerah laba atau untung
Daerah B = Daerah rugi
P =
Pendapatan, biaya
Q =
Volume penjualan
Berdasarkan Gambar 2 terlihat titik impas terjadi pada titik perpotongan TR dan TC, saat volume penjualan sebesar Q menghasilkan
pendapatan sebesar P. Jika penjualan lebih kecil dari Q sebelah kiri maka usaha terkait akan mengalami kerugian, karena pendapatan yang menurun
membuat biaya total tidak tertutupi dan akan untung jika yang terjadi sebaliknya. Titik impas ini dapat berubah dengan adanya perubahan harga
input, output, dan teknologi. Menurut Prawironegoro dan Ari 2008, semua produk seyogyanya
harus dihitung titik impasnya, guna mengetahui apakah usaha yang bersangkutan memperoleh laba atau menderita kerugian. Setelah
mengetahui titik impas, maka kemudian dapat diketahui kemampuan suatu usaha dalam memperoleh laba yang disebut juga profitabilitas.
Profitabilitas dapat ditentukan oleh besarnya nilai Margin of Safety MOS dan Maginal Income Ratio MIR.
Menurut Munawir 1995, MOS menunjukkan tingkat penurunan produksi atau penjualan yang dapat ditoleransi. MIR yaitu bagian hasil
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Semakin besar nilai MOS dan nilai MIR suatu usaha, maka semakin besar nilai
kemampuan usaha tersebut dalam memperoleh laba dan sebaliknya jika semakin kecil.
3.1.4. Analisis Nilai Tambah
40
Menurut Hardjanto dalam Furqanti 2003, nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional pada komoditi
terkait. Input fungsional dapat berupa proses mengubah bentuk atau form utility, memindahkan tempat place utility, maupun menyimpan time utility. Analisis nilai
tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai. Selain itu analisis nilai tambah juga
menunjukkan bagaimana kekayaan perusahaan tercipta melalui proses produksi dan bagaimana distribusi kekayaan tersebut dilakukan.
Komoditas pertanian yang memperoleh perlakuan mengalami perubahan nilai sehingga menimbulkan nilai tambah, yang dipengaruhi oleh teknologi yang
digunakan dalam proses pengolahan. Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya
terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain, nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan pengolah
Gambar 3.
Gambar 3. Nilai Tambah dan Marjin Hasil Pengolahan
Sumber : Soeharjo 1991
Melalui analisis nilai tambah, maka dapat teranalisa faktor mana dari proses produksi yang menghasilkan atau menaikkan nilai tambah dan sebaliknya.
Analisis nilai tambah juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hayami,
= Nilai Tambah = Bahan Baku
= Input Lainnya
+
= Marjin
Keuntungan Pengolah Imbalan bagi Modal dan Manajemen
Imbalan bagi Tenaga Kerja Input Lainnya
Bahan Baku
41
dimana perhitungannya berdasarkan satu satuan bahan baku utama dari produk jadi Hayami, 1987. Analisis nilai tambah melalui metode Hayami ini dapat
menghasilkan beberapa informasi penting, antara lain berupa : a
Perkiraan nilai tambah, dalam rupiah b
Rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi, dalam persen c
Imbalan jasa tenaga kerja, dalam rupiah d
Bagian tenaga kerja, dalam persen e
Keuntungan yang diterima perusahaan, dalam rupiah f
Tingkat keuntungan perusahaan, dalam persen
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka untuk melihat perkembangan usaha tahu dan tempe yang menjadi objek penelitian diperlukan
analisa pada aspek keuangannya. Analisa aspek keuangan ini dapat dilakukan melalui pendekatan analisis biaya dengan penelaahan pada komponen biaya,
volume penjualan, dan harga jual. Dari analisis biaya ini kemudian dapat terlihat bagaimana kondisi usaha tahu dan tempe yang menjadi objek studi, menggunakan
analisis titik impas dan nilai tambah. Melalui analisis titik impas akan terlihat nilai impas atau kondisi rugi tidak
rugi usaha yang selanjutnya akan terkait dengan profitabilitas usaha yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan analisis profitabilitas dapat terlihat seberapa besar
kemampuan usaha tahu dan tempe yang menjadi objek studi dapat memperoleh laba atau untung. Analisis profitabilitas dilihat melalui nilai MOS dan MIR usaha
terkait, yang dihitung berdasarkan nilai impas. Analisis nilai tambah yang dilakukan menunjukkan besarnya nilai tambah
dari proses pengolahan kedelai pada usaha tahu dan tempe. Analisis nilai tambah pada penelitian ini menggunakan alat analisis metode Hayami, dimana
berdasarkan analisis yang dilakukan dapat terlihat pengolahan mana yang memiliki nilai tambah yang lebih besar. Selain itu informasi lain yang bisa