Perumusan Masalah Analisis Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor)

19 39,30 39,25 16,76 16,84 43,94 43,91 20 40 60 80 100 2006 2007 Tahun P er s en ta se UK UM UB pada tahun 2007. Besarnya jumlah UKM di Indonesia membuat usaha tersebut memiliki kontribusi cukup besar dalam Produk Domestik Bruto PDB nasional, yang dengan jelas dapat terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar UB Terhadap PDB Nasional Tahun 2006-2007 4 Pada Gambar 1 terlihat bahwa kontribusi UKM terhadap PDB nasional merupakan yang terbesar, dengan total persentase sebesar 56,06 persen pada tahun 2006, yang meningkat pada tahun 2007 menjadi 56,09 persen. Berdasarkan hal tersebut maka jelas UKM memang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, termasuk didalamnya adalah usaha tahu dan tempe.

1.2. Perumusan Masalah

Terkait dengan kenaikan harga kedelai beberapa waktu lalu, pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan subsidi untuk kacang kedelai sebesar Rp 1.000 untuk pembelian tiap kilogram kedelai selama kurang lebih empat bulan 5 . Ini dilakukan guna meningkatkan semangat para pengrajin tahu dan tempe untuk tetap berproduksi dan tidak lama setelah kebijakan tersebut dikeluarkan harga kedelai turun menjadi Rp 6.000 per kilogram. Pada sisi lain harga jual dari tahu dan tempe itu sendiri sulit untuk naik, yang membuat para pengrajin tahu dan tempe kesulitan dalam menentukan harga jual dari produk mereka. Hal ini terjadi karena kebanyakan konsumen menganggap tahu dan tempe merupakan produk murah, padahal bahan baku tahu dan tempe sebagian besar 4 DEPKOP. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2006-2007. http:www.depkop.go.id. Senin, 13 Juli 2009 5 KCM. Pengrajin Tahu Tempe Segera Disubsidi. http: www.kompas.com . Selasa, 15 Juli 2008. 20 diperoleh secara impor 6 . Harga jual untuk tahu dan tempe yang kini beredar di pasaran, tidak berbeda jauh dengan harga jual pada saat sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Saat ini tahu berada dalam kisaran harga Rp 200 sampai dengan Rp 400 per potong, sedangkan untuk tempe berada dalam kisaran harga Rp 1.000 sampai dengan Rp 6.000 per potong. Permasalahan yang timbul akibat kenaikan harga kedelai ini tidak hanya mempengaruhi pengrajin tahu dan tempe nasional, tapi juga pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia PRIMKOPTI Kota Bogor, diketahui saat harga kedelai naik pada tahun 2007 PRIMKOPTI tidak dapat menyediakan pasokan kacang kedelai bagi para pengrajin. Bahkan saat itu terjadi penurunan jumlah anggota pengrajin tahu dan tempe, dari 177 pengrajin menjadi 156 pengrajin. Banyaknya jumlah pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor baik yang merupakan anggota maupun non anggota PRIMKOPTI saat ini dapat dilihat pada Tabel 6. 6 KCM. Pengrajin Tahu Tempe Segera Disubsidi. http: www.kompas.com . Selasa, 15 Juli 2008. 21 Tabel 6. Kebutuhan Kedelai Anggota dan Non Anggota Pengrajin Tahu Tempe Kota Bogor Tahun 2008 Jenis Produksi Wilayah Kecamatan Tempe Tahu Tauco Kebutuhan Kedelai KgBulan Tegallega I 8 15.850 Tegallega II 10 16.900 Tegallega III 7 22.300 Bantarjati I 3 2 10.900 Bantarjati II 5 18 23.220 Bantarjati III 4 9.850 Tegal Gundil I 16 9.620 Ciluar 5 6.150 Kebonpedes I 7 11.000 Kebonpedes II 2 2.600 Cimanggu 1 6.000 Cilendek Timur 15 26.950 Cilendek Barat 19 10.225 Lawanggintung 5 2 7.500 Bondongan 11 3 12.200 Empang 1 3 2.500 Pasir Kuda 3 1 10.000 Gugahsari 4 6.000 Jumlah Anggota 109 43 3 209.795 Non Anggota 47 19 91.599 TOTAL 156 62 3 301.394 Sumber : PRIMKOPTI 2008 Tabel 6 menunjukkan PRIMKOPTI pada Tahun 2008 memiliki anggota sebanyak 155 yang terdiri dari pengrajin tahu sebanyak 43 orang, tempe sebanyak 109 orang, dan tauco sebanyak 3 orang. Menurut wilayah kecamatan terlihat kebutuhan kedelai terbesar untuk pengrajin tahu berada pada wilayah Kecamatan Tegalgundil I sebesar 9.620 kilogram per bulan, sedangkan untuk pengrajin tempe berada pada wilayah Cilendek Timur sebesar 26.950 kilogram per bulan. Berdasarkan keterangan tersebut maka penelitian ini pun dilakukan pada kedua wilayah kecamatan tersebut, dengan mengambil salah satu usaha sebagai objek studi kasus pada masing-masing wilayah. Usaha tahu yang menjadi objek studi dalam penelitian ini mengambil usaha milik Bapak Mumu yang berada di Kecamatan Tegalgundil, sedangkan untuk usaha tempe mengambil usaha milik Bapak Sularno yang berada di Kecamatan Cilendek Timur. Masing-masing pengrajin tahu dan tempe yang 22 menjadi objek studi tersebut menyatakan, bahwa mereka menetapkan harga jual tahu dan tempe berdasarkan keinginan konsumen tanpa mengetahui kondisi usaha mereka sebenarnya untung, rugi, atau impas. Padahal harga jual yang ditetapkan seharusnya dapat menutupi semua ongkos produksi, bahkan lebih dari itu yaitu untuk mendapatkan laba Swastha dan Sukotjo, 1998. Terkait dengan kenaikan harga kedelai yang terjadi pada dua tahun lalu, data produksi dan penjualan pada kedua usaha yang menjadi objek penelitian secara pasti tidak dapat ditampilkan karena tidak adanya pencatatan yang detail. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara kedua pengrajin tersebut yang merupakan anggota PRIMKOPTI menyatakan, usaha mereka sedikit terganggu dengan adanya kenaikan harga kedelai secara tiba-tiba pada beberapa waktu lalu. Berdasarkan uraian tersebut maka terlihat beberapa pokok permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini, antara lain : 1. Langkah-langkah penyesuaian apa yang dilakukan pengrajin untuk mempertahankan usaha? 2. Berapa besar keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin tahu dan tempe, dengan mengambil studi kasus pada pengrajin tahu di Kelurahan Tegal Gundil dan pengrajin tempe di Kelurahan Cilendek Timur? 3. Berapa nilai tambah kacang kedelai untuk tahu dan tempe?

1.3. Tujuan Penelitian