61
Berdasarkan Gambar 6 terlihat, bahwa pembuatan tempe membutuhkan waktu yang agak lama dibanding pembuatan tahu. Jika tahu hanya membutuhkan
waktu satu hari dalam pembuatannya, maka tempe membutuhkan waktu empat hari untuk satu kali produksi. Ini karena kedelai yang diolah sebelum menjadi
tempe melewati proses fermentasi, dengan menambahkan ragi yang akan memunculkan lapuk berwarna putih atau kapang pada kedelai tersebut.
Tahap awal sebelum memulai pengolahan, kedelai direbus dan didiamkan dalam jembung plastik terlebih dahulu selama satu malam, kemudian digiling
dengan mesin penggiling. Kedelai yang telah digiling lalu disaring terlebih dahulu guna melepas kulit arinya, kemudian dicuci lalu disimpan dalam luak dan
dicampur dengan ragi. Setelah seperempat jam kemudian kedelai yang telah dicampur ragi disaring, dengan cara memiringkan luak tempat kedelai tersebut
disimpan agar air dalam luak hilang. Setelah air dalam luak hilang kemudian dilakukan proses pengemasan ke
dalam plastik, dengan berbagai ukuran sesuai pesanan dan didiamkan selama satu malam. Keesokan harinya kedelai yang telah terfermentasi dan mengeras,
dirapihkan dan disiapkan berdasarkan pesanan untuk diantar ke konsumen pada sore atau esok harinya.
5.2. Langkah Penyesuaian Usaha Terhadap Kenaikan Harga Kedelai
Terdapat lima fungsi utama dalam suatu manajemen usaha, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan.
Kelima fungsi manajemen ini penting dalam setiap kali menjalankan kegiatan usaha, agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan lancar dengan baik sehingga
tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Setiap kegiatan usaha tentunya memiliki tujuan, dimana untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu perencanaan
terlebih dahulu yang mengambarkan tentang apa, bagaimana, mengapa, dan kapan dilakukan.
Perencanaan merupakan fungsi terpenting dari semua fungsi manajemen yang ada, karena menjadi pedoman awal suatu usaha berjalan. Kegunaan dari
perencanaan itu sendiri antara lain dapat mengurangi ketidak pastian serta perubahan pada waktu mendatang, agar dapat fokus pada tujuan, dan untuk
meringankan biaya. Naiknya harga kacang kedelai beberapa waktu lalu yang
62
secara langsung mempengaruhi usaha tahu tempe di berbagai daerah, maka fungsi manajemen perencanaan haruslah sangat berperan penting agar berupa langkah-
langkah penyesuaian dapat meringankan biaya produksi. Berdasarkan studi kasus di salah satu usaha tahu dan tempe di Kota Bogor,
terlihat adanya langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan masing-masing pengrajin saat sebelum dan setelah terjadi peningkatan harga kedelai pada
usahanya. Jauh sebelum terjadi peningkatan harga kedelai, baik usaha tahu atau usaha tempe sama-sama melakukan pengelolaan dalam penjualan berupa
penetapan harga jual yang berbeda untuk beberapa konsumennya. Perbedaan penetapan harga jual pada beberapa konsumen ini dilakukan, karena tahu dan
tempe yang dijual oleh kedua usaha merupakan produk dengan harga jual yang sulit untuk naik.
Dengan menetapkan harga jual yang berbeda untuk beberapa konsumen, pengrajin berharap akan memperoleh keuntungan yang lebih. Hal ini terbukti pada
saat terjadi kenaikan harga kedelai, kedua usaha tersebut masih dapat bertahan dan mampu menghasilkan keuntungan dengan juga melakukan beberapa langkah
penyesuaian pada struktur biaya usaha. Langkah penyesuaian yang dilakukan salah satunya dengan beralih menggunakan bahan bakar alternatif, dari minyak
tanah menjadi kayu bakar dan serbuk kayu. Selain itu untuk menghemat biaya produksi masing-masing usaha
berusaha untuk menghasilkan bahan baku penunjang lainnya sendiri, seperti usaha tahu menggunakan air sisa pengolahan kedelai menjadi pengganti asam cuka.
Usaha tempe juga melakukan hal yang sama dengan membuat sendiri sebagian ragi untuk proses fermentasi kedelai menjadi tempe, yang dibuat dari sisa
pengolahan kedelai. Selain bahan bakar dan bahan baku, kedua usaha juga melakukan penghematan biaya pada beberapa peralatan produksinya dengan
membuatnya sendiri menggunakan bahan yang ada disekitar usahanya. Peralatan produksi tersebut untuk usaha tahu antara lain berupa kain
sebagai penutup cetakan, sedang untuk usaha tempe yaitu tusukan dan geblekan untuk meratakan dan memberi udara pada tempe yang sudah dicetak. Harga jual
untuk masing-masing usaha tidak mengalami perubahan, kecuali tahu yang menaikkan harga sebanyak Rp 100 sampai dengan Rp 200 untuk tahu yang dijual
63
secara per potong. Dari segi output produk, kedua pengelola usaha tetap mempertahankan bobot dan bentuk outputnya.
Ini dilakukan agar eksistensi kedua usaha tetap terjaga mengingat persaingan untuk industri tahu dan tempe sangat ketat, yaitu dengan
mempertahankan kepercayaan konsumen yang telah lama menjadi pelanggan tetap. Berdasarkan uraian sebelumnya terlihat baik usaha tahu maupun usaha
tempe, telah melakukan perencanaan yang cukup baik dalam kegiatan usahanya. Oleh karena itu kedua usaha tersebut masih dapat bertahan dan menghasilkan laba
sampai dengan saat ini.
64
VI ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE
6.1. Analisis Biaya 6.1.1. Biaya