Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Sampel

43 Keterangan : : Alur Pemikiran : Ruang Lingkup Penelitian Gambar 4. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada usaha tahu dan tempe di Kota Bogor, dimana untuk usaha tahu mengambil tempat yang berlokasi di Kecamatan Tegal Gundil. • Produktivitas Produksi • Nilai Output • Nilai Tambah • Balas Jasa Tenaga Kerja Metode Hayami Analisis Nilai Tambah Profitabilitas Analisis Biaya Analisis Titik Impas • Biaya • Volume Penjualan • Harga Jual • Harga jual tahu dan tempe yang sulit naik K t d h Tujuan Usaha : Memperoleh Laba 44 Sedang untuk usaha tempe mengambil tempat yang berlokasi di Kecamatan Cilendek Timur. Penelitian dilakukan selama lima bulan yang dimulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan bulan April 2009.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Penelitian pada usaha pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor dilakukan dengan mengambil salah satu usaha untuk masing-masing produk tahu dan tempe secara sengaja purpossive. Tabel 6 menunjukkan wilayah kecamatan yang lebih banyak mengolah kedelai menjadi tahu saja adalah wilayah Kecamatan Tegal Gundil. Adapun jumlah total kedelai yang diolah pada Kecamatan Tegal Gundil setiap bulannya adalah 9.620 kilogram, dengan jumlah usaha yang berproduksi tahu pada wilayah kecamatan tersebut adalah 16 usaha. Banyaknya kedelai yang dibutuhkan untuk diolah pada masing-masing usaha tahu di wilayah Kecamatan Tegal Gundil, secara jelas dapat terlihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Kebutuhan Kedelai Usaha Tahu di Kecamatan Tegal Gundil Tahun 2008 No Nama Pengrajin Kebutuhan Kedelai kgbulan 1. H.E. Kosasih 1.160 2. H.E. Koswara 640 3. Supardi 520 4. Jaenudin 400 5. Pupung 400 6. Mumu 2.100 7. Toyib 400 8. Nana H. 350 9. Nana S. 400 10. Olih 400 11. Een S. 300 12. A. Fadillah 350 13. Ade Caca 300 14. Kundang M. 1.000 15. Suherman 500 16. Maman 400 Sumber : PRIMKOPTI 2008 Pada Tabel 8 terlihat banyaknya kedelai yang dibutuhkan usaha tahu di Kecamatan Tegal Gundil tidak merata. Berdasarkan data pada Tabel 8, maka penelitian pun dilakukan dengan mengambil salah satu usaha pada kecamatan bersangkutan. Selain itu Tabel 8 juga memperlihatkan bahwa usaha tahu yang mengolah kedelai paling banyak adalah usaha tahu milik Bapak Mumu sebesar 45 2.100 kilogram per bulan, yang menjadikan usaha beliau sebagai objek pada penelitian. Pemilihan usaha yang mengolah kedelai lebih besar sebagai objek penelitian dilakukan, karena usaha dengan skala produksi tinggi lebih bisa mengefisiensikan beberapa jenis biaya terutama biaya tetap. Sama halnya seperti usaha tahu, berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan wilayah kecamatan yang lebih banyak mengolah kedelai menjadi tempe adalah wilayah Kecamatan Cilendek Timur. Adapun jumlah total kedelai yang diolah pada Kecamatan Cilendek Timur adalah 26.950 kilogram, dengan jumlah usaha yang berproduksi tempe saja sebanyak 15 usaha. Banyaknya kedelai yang dibutuhkan untuk diolah pada masing-masing usaha tempe di wilayah Kecamatan Cilendek, secara jelas dapat terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kebutuhan Kedelai Usaha Tempe di Kecamatan Cilendek Timur Tahun 2008 No Nama Pengrajin Kebutuhan Kedelai kgbulan 1. Marjani 1.750 2. Kasman 1.000 3. Kartijan 1.400 4. Amat K. 2.000 5. Sularno 9.000 6. Noto 2.000 7. Fadoli 1.400 8. Cahyono 1.400 9. Hambali 1.000 10. Mustadi 1.000 11. M. Khusen 1.000 12. Rusdi 1.000 13. M. Khasan 1.000 14. Wargiono 1.000 15. Abdul Chalim 1.000 Sumber : PRIMKOPTI 2008 Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa sama halnya seperti usaha tahu, banyaknya kedelai yang dibutuhkan usaha tempe di Kecamatan Cilendek Timur juga tidak merata. Ini menjadikan penelitian dilakukan dengan mengambil salah satu usaha pada kecamatan bersangkutan, dengan melihat jumlah pengolahan kedelai yang terbesar. Adapun usaha tempe dengan kebutuhan dan pengolahan 46 kedelai terbesar adalah usaha milik Bapak Sularno sebanyak 9.000 kilogram per bulan.

4.3 Desain Penelitian