Analisis Deskriptif dan Kuantitatif Usaha Garam Rakyat

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Padelegan Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Pamekasan 2014, Kecamatan Pademawu merupakan salah satu dari 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan. Kecamatan ini terdiri atas delapan desa, yakni Desa Dasok, Desa Tanjung, Desa Majungan, Desa Bunder, Desa Padelegan, Desa Pademawu Timur, Desa Pagagan, dan Desa Baddurih. Desa penelitian adalah Desa Padelegan. Desa ini terletak di sebelah tenggara Kecamatan Pademawu. Secara geografi, batas-batas Desa Padelegan adalah sebagai berikut : 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung, 2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Madura, 3 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Majungan, dan 4 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung. Desa Padelegan memiliki luas sebesar 906,7 Ha dengan rincian penggunaan lahan sebagai berikut : a. Sawah : 42,0 Ha b. Ladang : 58,0 Ha c. Pemukimanperumahan, jalan dan lainnya : 542,1 Ha d. Kolamtambakperkebunanhutan rakyat : 140,8 Ha e. Tanah bengkok : 11,8 Ha f. Lahan garam : 112,4 Ha Wilayah Desa Padelegan pada umumnya adalah dataran rendah dan banyak sekali terdapat pantai. Rata-rata ketinggian daerah di desa ini adalah kisaran 0 hingga 1,5 meter di atas permukaan air laut. Sama halnya dengan daerah lainnya di kabupaten Pamekasan, dalam satu tahun berlaku dua musim. Musim penghujan pada bulan Oktober hingga April dan musim kemarau pada bulan April hingga Oktober. Curah hujan di Desa Padelegan tidak jauh berbeda dengan desa lainnya di Kecamatan Pademawu, namun struktur tanah Desa Padelegan yang tidak kedap air menyebabkan sektor pertanian masih banyak berharap pada musim hujan. Kondisi ini sering menyebabkan kekeringan di beberapa kecamatan ketika musim kemarau datang. Rata-rata suhu maksimum di Desa Padelegan tidak jauh berbeda dengan suhu maksimum di Kabupaten Pamekasan mencapai 30 Celcius dan rata- rata suhu minimum mencapai 28 Celcius. Rata-rata kelembaban udara di desa ini mencapai 80 . Desa Padelgan sendiri memiliki enam wilayah administratif, yakni Dusun Bangkal, Dusun Modung, Dusun Dajah Tambak, Dusun Laok Tambak, Dusun Asambatur, dan Dusun Muarah. Jumlah penduduk di Desa Padelegan adalah sejumlah 3.457 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 1.720 orang dan perempuan 1.737 orang. Jumlah penduduk ini tersebar dalam 1.070 Kepala Keluarga KK. Rata-rata penduduk Desa Padelegan beragama islam, bahkan jumlah tersebut hampir mencapai 99 . Rata-rata jenis pekerjaan yang digeluti oleh penduduk Desa Padelegan adalah nelayan atau pertambakan garam, yakni sejumlah 556 orang dengan rincian 552 orang laki-laki dan hanya empat orang perempuan. Pekerjaan lainnya adalah ibu rumah tangga dan banyak penduduk yang masih berstatus sebagai pelajar.

5.2 Kondisi Usaha Garam Rakyat di Desa Padelegan

Usaha garam rakyat di Desa Padelegan dapat dikatakan dalam kondisi yang kondusif. Rata-rata penduduk desa menggantungkan hidupnya pada usaha garam ini. Bukan hanya penduduk asli desa ini, penduduk pendatang juga sangat menggantungkan hidupnya pada usaha ini. Penduduk pendatang ini adalah petani garam dengan lahan bagi hasil yang pada umumnya bekerja musiman sebagai petani penggarap. Mereka berasal dari Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Jumlah kelompok PUGAR Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat yang aktif di Desa Padelegan adalah delapan kelompok dengan jumlah anggota 77 orang. Rata-rata kemampuan mengolah lahan dari seorang petani garam adalah sebelah 0,83 Ha orang. Atinya, setiap petani garam yang tergabung dalam kelompok PUGAR mampu mengolah lahan garam seluas 0,83 Ha. Terdapat empat aspek utama dalam menganalisis kondisi suatu usaha garam rakyat, yakni aspek teknis, aspek sumberdaya manusia, aspke pemasaran, dan aspek finansial Nurdiani 2013. Secara umum, aspek teknis sangat berpengaruh nyata dalam usaha garam rakyat. Teknik yang baik dalam usaha garam akan menghasilkan produksi garam yang baik pula. Pun sebaliknya, jika teknik yang digunakan masih buruk, maka hasil produksi garamnya pun akan buruk. Secara umum, teknik produksi garam rakyat terbagi menjadi dua, yakni teknik Portugis dan teknik Maduris. Teknik Portugis merupakan suatu metode produksi garam yang dilakukan di atas lantai garam yang terbuat dari kristal garam. Kristal garam ini sebelumnya telah dibuat selama 30 hari dan setiap 10 hari berikutnya dilakukan pemanenan garam. Teknik Maduris merupakan suatu metode produksi garam yang dilakukan dengan cara memungut garam di atas lantai lahan garam. Artinya, lahan garam menjadi lantai produksi garam rakyat dimana setiap 7 hingga 10 hari dilakukan pemanenan garam di atas lantai lahan garam tersebut. Pada umumnya, petani garam rakyat di Desa Padelegan melakukan produksi garam dengan menggunakan teknik Maduris Selain teknik produksi, hal penting lainnya yang sangat perlu diperhatikan dalam produksi garam adalah faktor alam. Usaha garam rakyat sangat bergantung terhadap faktor alam. Nurdiani 2013 menyebutkan bahwa faktor alam tersebut adalah : 1 Air Laut Mutu air laut terutama dari segi kadar garamnya sangat berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk proses pemekatan penguapan. 2 Konsisi Cuaca Kondisi cuaca dipengaruhi oleh tiga hal, yakni panjang musim kemarau, curah hujan dan kecepatan angin, serta kelembaban dan suhu udara. 3 Tanah atau Lahan Garam Sifat prorositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan kebocoran air laut ke dalam tanah yang terdapat di tempat peminihan atau di meja garam. Jika kecepatan perembesan tanah lebih besar daripada kecepatan penguapan air laut, maka proses produksi garam akan mengalami kegagalan. Di samping itu, tanah atau lahan garam juga mempengaruhi warna dan tingkat kemurnian garam yang dihasilkan. 32