Fungsi Pemasaran Analisis Saluran Pemasaran Garam Rakyat

lebih kecil daripada Saluran Pemasaran 1, yakni sebesar 86,96 . Nilai marjin pemasaran Saluran Pemasaran 1 juga memiliki nilai yang paling kecil di antara saluran pemasaran lainnya. Selain itu, lembaga yang terlibat di Saluran Pemasaran 1 juga lebih sedikit jumlahnya. Hal inilah yang membuat Saluran Pemasaran 1 dapat disimpulkan sebagai saluran pemasaran paling efisien untuk garam kualitas KP 1 di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Tabel 6.9 Farmer’s Share Saluran Pemasaran Garam Rakyat Saluran Pemasaran Harga di Tingkat Petani RpTon Harga di Tingkat Tengkulak RpTon Farmer’s Share KP 1 Saluran Pemasaran 1 575.000 600.000 95,83 Saluran Pemasaran 2 500.000 575.000 86,96 KP 2 Saluran Pemasaran 1 450.000 475.000 94,74 Saluran Pemasaran 2 450.000 525.000 85,71 KP 3 Saluran Pemasaran 1 400.000 425.000 94,12 Saluran Pemasaran 2 400.000 475.000 84,21 Sumber : Data Primer Diolah 2015 Tabel 6.9 di atas menyajikan informasi mengenai nilai farmer’s share yang diterima oleh petani untuk masing-masing saluran pemasaran garam kualitas KP 2. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Saluran Pemasaran 1 masih memiliki nilai farmer’s share yang paling besar dibandingkan dua saluran pemasaran lainnya. Sebesar 94,74 bagian dari harga yang diterima petani diterima oleh petani. Artinya, petani akan memperoleh keuntungan yang nilainya lebih besar jika melakukan penjualan di Saluran Pemasaran 1. Saluran Pemasaran 2 dirasa kurang menguntungkan bagi petani karena nilai farmer’s share-nya lebih kecil daripada Saluran Pemasaran 1. Selain itu, marjin pemasaran pada Saluran Pemasaran 2 lebih besar daripada nilai marjin pemasaran Saluran Pemasaran 1. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah Saluran Pemasaran 1 adalah saluran pemasaran yang paling efisien untuk pemasaran garam kualitas KP 2 di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Tabel 6.9 memberikan informasi bahwa Saluran Pemasaran 1 masih saja konsisten untuk memberikan bagian yang besar dalam pemasaran kepada petani, yakni sebesar 94,12 . Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa petani mendapatkan bagian pemasaran sebesar 94,12 , sisanya dinikmati oleh lembaga pemasaran lainnya. Saluran Pemasaran 2 memberikan bagian pemasaran kepada petani sebesar 84,21 . Nilai tersebut tidak terlalu buruk. Namun jika dibandingkan dengan Saluran Pemasaran 1, Saluran Pemasaran 1 masih kalah efisien dengan Saluran Pemasaran 1. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perhitungan di atas adalah Saluran Pemasaran 1 adalah saluran pemasaran yang paling efisien bagi petani untuk memasarkan garam kualitas KP 3. Dua alat analisis efisiensi saluran pemasaran garam rakyat di Desa Padelegan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan memberikan kesimpulan bahwa Saluran Pemasaran 1 adalah saluran pemasaran yang paling efisien. Nilai marjin pemasaran yang diperoleh dari Saluran Pemasaran 1 adalah nilai yang paling kecil jika dibandingkan dengan dua saluran pemasaran lainnya. 54 Begitu pula dengan nilai farmer’s share dari Saluran Pemasaran 1 yang nilainya paling besar dari nilai yang lainnya. Saluran Pemasaran 1 dirasa paling menguntungkan bagi petani, baik petani dengan lahan sendiri, lahan sewa, maupun lahan bagi hasil. Saluran pemasaran yang pendek juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator keefisienan saluran pemasaran. Dengan demikian, petani dapat menggunakan Saluran Pemasaran 1 dalam memasarkan garam rakyat di masa mendatang. Perbedaan Tingkat Efisiensi Saluran Pemasaran Garam Terdapat dua saluran pemasaran garam uatama yang dianalisis, yakni Saluran Pemasaran SP 1 dan Saluran Pemasaran SP 2. Peranan tengkulak dalam saluran pemasaran begitu besar. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, tengkulak adalah lembaga pemasaran pertama yang melakukan pembelian dan pembelian yang dilakukannya adalah pembelian langsung direct selling kepada petani. Semua hasil produksi dari petani yang menjadi responden melakukan penjualan pertama kali kepada tengkulak. Keberadaan tengkulak sebagai lembaga pemasaran pertama yang melakukan pembelian diindikasikan bahwa saluran pemasaran yang dihadapi oleh petani garam selama ini tidak efisien. Saluran pemasaran yang efisien dapat diukur dengan beberapa indikator, di antaranya adalah : 1 Pendeknya saluran pemasaran, 2 Terdapat nilai tambah value-added terhadap produk yang dipasarkan, 3 Nilai Marjin Pemasaran MP, 4 Nilai Farmer’s Share FS yang tinggi, 5 Terlaksananya fungsi pemasaran oleh lembaga pemasaran, dan 6 Adanya kesetaraan equaty antar lembaga pemasaran. Berdasarkan hasil analisis, saluran pemasaran garam yang selama ini dihadapi oleh petani memaang relatif pendek. Dalam satu saluran pemasaran hanya terdapat tiga hingga empat lembaga pemasaran saja yang terlibat. Dengan demikian, indikator yang pertama dapat terpenuhi. Indikator yang kedua adalah terdapat nilai tambah value-added terhadap produk yang dipasarkan. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden yang merupakan petani dan tengkulak, menyatkan bahwa produk yang dipasarkan tidak terlalu banyak memiiki nilai tambah value-added dari petani ke tengkulak. Nilai tambah value-added cenderung diberikan oleh Perusahaan Pengolah Garam yang memang memiliki peralatan memadai untuk memproduksi garam yang siap dikonsumsi oleh konsumen. Nilai tambah value-added dari petani ke tengkulak hanya sebatas pembedaan garam berdasarkan KPnya, yakni KP 1, KP 2, dan KP 3. Pemberian nilai tambah value-added lainnya dilakukan oleh Perusahaan Pengolah Garam. Dengan demikian, indikator yang kedua ini dirasa kurang mampu dipenuhi. Indikator selanjutnya adalah besarnya nilai Marjin Pemasaran MP. Suatu saluran pemasaran dikatakan efisien jika nilai MP yang dimilkinya adalah rendah. Semakin rendah nilai MP suatu saluran pemasaran, maka semakin efisien saluran pemasaran tersebut. Tabel 6.6 hingga Tabel 6.8 menyajikan informasi mengenai MP yang diterima oleh lembaga pemasaran dalam setiap saluran pemasaran. Nilai 55 MP dari setiap saluran pemasaran dapat dikatakan relatif rendah. Namun, jika kita teliti lagi, lembaga pemasaran yang menerima marjin adalah Tengkulak. Bahkan dapat dikatakan bahwa marjin pemasaran tersebut berasal dari Tengkulak. Hal inilah yang membuat saluran pemasaran menjadi tidak efisien dan mengindikasikan adanya ketidaksetaraan unequaty. Sehingga indikator ketiga ini belum dapat terpenuhi. Selanjutnya, saluran pemasaran dikatakan efisien jika saluran tersebut memiliki nilai FS yang tinggi. Asmarantaka 2012 menyatakan bahwa nilai FS minimal 60 sudah mencerminkan saluran pemasaran yang efisien. Berdasarkan hasil analisis di Tabel 6.9, nilai FS untuk setiap saluran pemasaran telah melebihi 60 . Dengan demikian, indikator keempat ini dirasa telah dapat terpenuhi. Indikator kelima adalah terlaksananya fungsi pemasaran oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan analisis fungsi pemasaran pada Tabel 6.5, baik petani maupun tengkulak telah melakukan fungsi pemasaran yang sesuai. Namun, fungsi pemasaran yang dilakukan belum mampu memberikan nilai tambah value added terhadap produk yang dipasarkan. Sehingga, kesimpulan yang dapat diambil adalah indikator ini belum terpenuhi. Indikator yang terakhir adalah adanya kesetaraan equaty antar lembaga pemasaran. Indikator ini menjadi adalah indikator yang paling utama. Adanya kesetaraan equaty diharapakan dapat meningkatkan posisi tawar bargaining postion petani dalam penentuan harga. Namun, pada pembahasan di atas menyatakan bahwa masih banyak keridaksetaraan unequaty antar lembaga pemasaran, salah satunya adalah dalam penentuan harga garam. Terlebih bagi petani BH yang mana cenderung sebagai pice taker. Bukan hanya itu, dalam pembelian garam, petani BH seolah berkewajiban untuk menjual kepada Tengkulak. Hal ini berbeda dengan Petani MS dan Petani SW yang cenderung lebih bebas melakukan penjualan garam kepada siapapun. Perbedaan perlakuan ini juga dikatakan sebagai salah satu ketidaksetaraan unequaty. Dengan demikian, indikator ini belum dapat terpenuhi. Dari beberapa indikator, poin 2 dan 6 adalah indikator yang paling penting. Hasil ananlisis menyatakan bahwa kedua indikator ini belum dapat terpenuhi. Kesimpulan yang dapat diambil adalah saluran pemasaran garam di Desa Padelegan belum dapat dikatakan sebagai saluran pemasaran yang efisien. Saluran pemasaran ini masih sangat banyak dominansi peran tengkulak di dalamnya. Namun, jika membandingkan saluran pemasaran mana yang paling efisien, maka Saluran Pemasaran 1 lebih efisien daripada Saluran Pemasaran 2.

6.7 Estimasi Penerimaan dan Pendapatan Tengkulak dalam Pemasaran

Garam Rakyat Analisis ini terdiri atas analisis penerimaan tengkulak dan analisis pendapatan tengkulak. Analisis penerimaan tengkulak digunakan untuk melihat tingkat penerimaan tengkulak sebagai dampak adanya perbedaan harga garam sebelum memperhitungkan biaya yang dikeluarkan oleh tengkulak. Analisis pendapatan digunakan untuk melihat pendapatan yang benar-benar diterima oleh tengkulak setelah memperhitungkan biaya yang dikeluarkan oleh tengkulak. 56

6.7.1 Estimasi Penerimaan Tengkulak dalam Pemasaran Garam Rakyat

Analisis ini digunakan untuk mengestimasi penerimaan Tengkulak sebagai akibat dari adanya permainan harga yang dilakukannya. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan harga jual yang diterima petani garam rakyat dan harga jual yang diterima tengkulak. Penerimaan tengkulak diestemasi melalui perkalian antara jumlah hasil produksi yang dijual kepada tengkulak dan perbedaan harga. Hasil produksi yang dijual dibedakan berdasarkan jenis garam, yakni KP 1 , KP 2, dan KP 3. Selanjutnya, akan dihitung penerimaan total tengkulak TR T Kabupaten Pamekasan. Jumlah tengkulak yang dianalisis berjumlah tiga orang, yakni Tengkulak 1, Tengkulak 2, dan Tengkulak 3. Langkah pertama adalah mengestimasi penerimaan masing-masing tengkulak dengan cara mengalikan perbedaan harga yang dia terima dari perusahaan garam dan harga yang dia berlakukan kepada petani terhadap jumlah garam yang dibelinya selama satu musim terakhir. Tabel 6.10 memberikan informasi mengenai penerimaan tengkulak untuk masing- masing kulaitas garam KP 1, KP 2, dan KP 3. Tabel 6.10 Analisis Penerimaan Tengkulak dari Kualitas Garam Tengkulak Komponen Harga RpTon Jumlah Garam yang Dibeli Ton Total Penerimaan Rp P r P f ∆P KP 1 1 600.000 575.000 25.000 48.418 1.240.450.000 2 675.000 500.000 175.000 3.240 567.000.000 3 575.000 500.000 75.000 3.000 225.000.000 Total 54.658 2.032.450.500 Rata-rata 18.219 677.483.500 KP 2 1 475.000 450.000 25.000 24.209 605.225.250 2 650.000 450.000 200.000 2.160 432.000.000 3 525.000 450.000 75.000 2.160 162.000.000 Total 28.529 1.199.225.250 Rata-rata 9.509 399.741.750 KP 3 1 425.000 400.000 25.000 8.069 201.741.750 2 - - - - - 3 475.000 400.000 75.000 1.680 126.000.000 Total 9.749 327.741.750 Rata-rata 4.875 163.870.900 Total Penerimaan Tengkulak 3.559.417.500 Rata-rata Penerimaan Tengkulak 1.186.472.500 Sumber : Data Primer Diolah 2015 Garam Kualitas KP 1 Data di Tabel 6.10 memberikan informasi bahwa total penerimaan semua tengkulak Tengkulak 1, Tengkulak 2, dan Tengkulak 3 adalah sebesar Rp 2.032.450.500 dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp 677.483.500 per orang selama musim 2014 kemarin. Total pembelian garam dari seluruh petani di Kabupaten Pamekasan hampir mencapai 54.660 ton dengan rata-rata pembelian sebesar 18.219,34 ton per orang. 57