36
PETA WILAYAH KELURAHAN PONDOK LABU
Keterangan:
: RW 06
: RW 09
: RW 01
: RW 08
: RW 10
: RW 03
: RW 07
: RW 02
: RW 04
: RW 05
: Lokasi RW 10
37
4. Kependudukan Kelurahan Pondok Labu
a Jumlah Penduduk
Tabel 3.1 Data Penduduk Kelurahan Pondok Labu No.
Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki
25.629 orang 2.
Perempuan 25.346 orang
Total 50.975 orang
Sumber: Kelurahan Pondok Labu, 2016.
b Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Pondok Labu
Wilayah Kelurahan Pondok Labu berkorelasi dengan mata pencaharian sebagian besar penduduk yaitu sebagian besar buruh, cleaning
service, pegawai swasta, Pegawai Negeri Sipil, pedagang, dll.
Tabel 3.2 Jenis Pekerjaan di Kelurahan Pondok Labu
Jenis Pekerjaan Jumlah
Buruh 3.269 orang
Pegawai Negeri Sipil 2.737 orang
Pedagang 1.807 orang
Swasta 2.925 orang
Pengrajin 529 orang
38 Supir
1.334 orang Tukang Ojek
1.054 orang Montir
399 orang Dokter
203 orang Suster
292 orang Kepala sekolah
25 orang Guru
864 orang Dosen
212 orang Manager
44 orang Sekretaris
57 orang Security
737 orang Cleaning service
1.520 orang PramugariPramugara
75 orang Sales
585 orang Engenering
148 orang Mekanik
490 orang
39 TNIPOLRI
372 orang
Total
19.678 orang
Sumber: Kelurahan Pondok Labu, 2016.
Dari tabel ini terlihat bahwa dari total jumlah penduduk Kelurahan Pondok Labu 50.975 orang meyoritas masyarakat di Pondok Labu ini bekerja
sebagai buruh dan swasta.
5. Kondisi Pendidikan
Secara umum wilayah Kelurahan Pondok Labu memiliki pendidikan yang cukup tinggicukup bagus, karena dapat dilihat dari data kondisi
pendidikannya.
Tabel 3.3 Kondisi Pendidikan di Kelurahan Pondok Labu
Kondisi Pendidikan Jumlah
Belum sekolah 6.870 orang
Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah
1.456 orang
Pernah sekolah tapi tidak tamat 3.724 orang
Tamat SD sederajat 6.129 orang
SLTP sederajat 7.976 orang
SLTA sederajat 8.054 orang
40 D-1
4.870 orang D-2
2.081 orang D-3
1.745 orang S-1
5.765 orang S-2
2.090 orang S-3
206 orang
Total 50.975 orang
Sumber: Kelurahan Pondok Labu, 2016.
Melihat dari latar belakang kondisi pendidikan di Kelurahan Pondok Labu dapat diartikan bahwa tingkat pendidikannya cukup baik atau seimbang
dengan melihat pendidikan wajib belajar dua belas tahun.
6. Agama
Meskipun sebagian besar masyarakat Pondok Labu beragama Islam, agama lain leluasa menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. Antara
pemeluk agama saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Pemuka agama memiliki peranan penting dalam kehidupan keagamaan dan mereka
dijadikan figure sebagai panutan masyarakat.
41
Tabel 3.4 Keagamaan Kelurahan Pondok Labu
Agama Jumlah
Islam 30.850 orang
Kristen 9.034 orang
Katholik 8.367 orang
Hindu 2.308 orang
Budha 416 orang
Total 50.975 orang
Sumber: Kelurahan Pondok Labu, 2016.
Dari tabel ini terlihat bahwa dari total jumlah penduduk Kelurahan Pondok Labu 50.975 orang mayoritas masyarakat di Pondok Labu ini beragama
Islam. Tetapi dengan perbedaan keyakinan tersebut kehidupan masyarakatnya sangat rukun dan tentram.
6. Etnis
Wilayah Kelurahan Pondok Labu adalah wilayah yang cukup ramai, sebagian besar penduduknya merupakan pendatang dari berbagai daerah dan
berbagai macam etnis.
42
Tabel 3.5 Etnis di Kelurahan Pondok Labu
Etnis Jumlah
Jawa 19.063 orang
Sunda 8.584 orang
Betawi 18.482 orang
Batak 2.182 orang
Padang 2.341 orang
Manado 1.010 orang
Bugis 695 orang
Ambon 595 orang
Makassar 567 orang
Aceh 1.456 orang
Total 50.975 orang
Sumber: Kelurahan Pondok Labu, 2016.
Dari data etnis masyarakat Kelurahan Pondok Labu di atas dapat menggambarkan bahwa betapa banyaknya suku budaya Indonesia.
43
B. RT 01 RW 10 Kelurahan Pondok Labu Jakarta Selatan
Dalam penelitian ini di mana ketiga industri kecil tahu masuk kedalam kawasan RT 01 RW 10 Kelurahan Pondok Labu yang berbatasan dengan Kali
Grogol dan Kelurahan Lebak Bulus. RT 01 dipimpin oleh Inat Turjaman, beliau juga merupakan salah satu pemilik usaha tahu yang akan peneliti lakukan, dan
ketua RW 10 dipimpin oleh H. Marsim.
Peta Lokasi Industri Kecil Tahu
44
1. Jumlah Penduduk
Wilayah ini memiliki jumlah penduduk sekitar 489 orang dan KK 135. a
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di RT 01 RW 10
Laki-laki Perempuan
234 orang 255 orang
Sumber: Dokumen RT 01, 2016.
b Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di RT 01 RW 10
Usia Jumlah
0 tahun – 10 tahun
130 orang 11 tahun
– 20 tahun 105 orang
21 tahun – 30 tahun
95 orang 31 tahun
– 40 tahun 97 orang
41 tahun - 62 orang
Total
489 orang
Sumber: Dokumen RT 01, 2016.
2. Jenis Pekerjaan
Sebagian besar masyarakat di wilayah ini bekerja sebagai buruh, pedagang dan karyawan swasta.
45
Tabel 3.8 Jenis Pekerjaan di RT 01 RW 10
Jenis Pekerjaan Jumlah
Buruh 56 orang
Pedagang 33 orang
Guru 25 orang
Ojek 35 orang
Swasta 44 orang
Security 19 orang
Supir 40 orang
Bidan 2 orang
Total
254 orang
Sumber: Dokumen RT 01, 2016.
Dalam kaitannya mengenai keberadaan industri kecil tahu, Pak Inat selaku RT memiliki tanggung jawab sebagai ketua wilayah kepada para pemilik
industri untuk selalu menjaga lingkungan sekitar industri, karena industri- industri yang berada diwilayah ini dilalui sebuah Kali yang sangat berhadapan
dengan industri, Kali tersebut adalah Kali Grogol. Dalam observasi yang peneliti lakukan beberapa saat lalu terlihat saluran pembuangan dari industri-industri
tersebut disalurkan ke Kali Grogol ini, sesuai dengan penuturan Pak Inat selaku Ketua RT:
“Waktu tahun 2012 Walikota sama Dinas Kesehatan pernah dateng kedaerah sini karena waktu itu lagi banyak isu ikan-ikan di Kali Jawa Barat
pada mati karena limbah pabrik tahu, jadi Walikota sama Dinas Kesehatan nge-
46 check kali sekitar sini kan disini banyak pabrik tahu terus ngasih informasi
tentang AMDAL. Hasilnya sih baik-baik aja disini gak ada masalah kimia- kimia. Tapi semenjak itu pabrik-pabrik disini harus bikin spiteng untuk
pembuangan limbah tahu, tapi tetep masih pada buang limbahnya ke Kali. Lagi pula Kali disini kan ngalir kalaupun kita buang limbah ke Kali gak mengendap,
kecuali Kali disini gak ngalir baru kita buang ke spiteng punya kita.”
37
Dari sesi wawancara peneliti kepada masyarakat sekitar, wilayah ini sering sekali terjadi banjir, entah dikarenakan adanya keberadaan industri atau
kiriman dari wilayah lain. Karena menurut menuturan beberapa masyarakat, dahulunya Kali ini banyak sekali ikan-ikan akan tetapi sekarang ikan tersebut
terus berkurang dan warna Kali berubah, terlihat juga ada beberapa sampah yang menyangkut dipinggir Kali.
Hadirnya kawasan industri pun merubah mata pencaharian sebagian warga, seperti hadirnya warung-warung makan, warung minuman, warung
kelontong, dan kontrakan-kontrakan. Sehingga kehadiran industri tidak hanya memberikan dampak negatif kepada masyarakat sekitar, akan tetapi membawa
keberuntungan pada sebagian masyakat.
3. Etnis
Sebagian besar masyarakat di wilayah ini bekerja adalah pendatang.
Tabel 3.9 Etnis di RT 01 RW 10 Suku
Jumlah
Jawa 229
37
Wawancara Pribadi dengan Ketua RT 01 Bapak Inat Turjaman, Jakarta: 20 Mei 2016 pukul 14.15 WIB.
47 Sunda
121 Batak
19 Betawi
102 Aceh
16 Papua
2
Total 489 orang
Sumber: Dokumen RT 01, 2016.
C. Sejarah Industri Tahu 1.
Industri Kecil Tahu HRM
Pemilik industri kecil tahu HRM adalah Bapak Hermanto yang biasa disebut dengan Pak Heri. Jauh sebelum Bapak Hermanto mendirikan usaha
sendiri, pada tahun 1979 Bapak Hermanto sudah berada di Jakarta bekerja di tempat saudaranya yang merupakan pengusaha tahu. Dari situlah beliau belajar
mengenai tentang tahu. Akhirnya Bapak Hermanto memberanikan diri untuk mendirikan industri tahu HRM ini pada 4 hari sebelum Hari Raya Idul Fitri
tahun 2009 yaitu tanggal 17 September dengan modal usaha pertama meminjam di bank.
38
Awal didirikan industri tahu HRM adalah untuk meningkatan taraf kehidupan keluarga pemilik industri tahu tersebut. Lama-kelamaan industri tahu
HRM ini membutuhkan pekerja yang lebih banyak oleh karena itu Bapak Hermanto merekrut orang-orang disekitar industrinya yang berasal dari
38
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hermanto, Jakarta: 21 Februari 2016 Pukul 12.35 WIB.
48 kampung dan masih menganggur untuk dijadikan pekerja di usahanya tersebut.
Sehingga berdirinya industri tahu HRM ini memberikan kebaikan bagi diri Bapak Hermanto dan keluarga, selain untuk meningkatkan taraf kehidupan
untuk keluarganya sendiri, Bapak Hermanto juga memberikan peluang kerja
untuk masyarakat sekitar.
Dengan memiliki usaha sendiri Bapak Hermanto mendapatkan keuntungan-keuntungan dari usahanya tersebut. Beliau pun juga memikirkan
tanggungan para pekerjanya dengan memberikan upah yang sesuai pekerjaan si pekerja, selain itu Bapak Hermanto memberikan fasilitas tempat tinggal agar
para pekerjanya tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membayar kontrakan atau pun listrik, dan beliau juga menyediakan kendaraan bermotor untuk
mempermudah para pekerjanya apabila membutuhkan kendaraan.
Dengan begitu didirikannya industri tahu HRM ini bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga para pekerjanya. Selain mendapatkan keuntungan dari
penjualanannya, Bapak Hermanto selaku pemilik industri pun mempunyai kendala-kendala dalam usaha tersebut. Seperti beberapa waktu lalu, harga
kacang kedelai impor sangat mahal sehingga mengharuskan Bapak Hermanto untuk mencampur kacang impor dengan kacang lokal.
Hingga sekarang industri kecil tahu HRM ini sudah mempunyai 14 orang pekerja pembuat tahu dan pedagang keliling sekitar 50 orang.
49
Tabel 3.10 Daftar Pekerja Industri Tahu HRM No.
Nama Umur
Jabatan
1. Azis
22 th Menggiling
2. Saliman
45 th Menggiling
3. Masdi
33 th Merendam
4. Taswin
60 th Merebus
5. Bayu
24 th Menyetak
6. Karta
29 th Menyetak
7. Prio
23 th Menyetak
8. Lili
31 th Menyetak
9. Maryati
34 th Menyetak
10. Toni
20 th Membungkus
11. Afif
20 th Membungkus
12. Feri
35 th Membungkus
13. Teguh
19 th Mengupas
14. Romli
17 th Mengupas
Sumber: Wawancara Pribadi, 2016.
Para pekerja disini sebagian besar dari orang-orang luar kota, sesuai dengan penuturan Bapak Hermanto:
“Orang-orang kampung yang pergi ke Jakarta biasanya pada nyari kerjaan. Sedangkan kerjaan di Jakarta aja harus sekolah tinggi baru dapet
kerjaan. Gimana bisa orang-orang kampung kerja dikantoran atau kerjaan yang lain, sekolahnya aja pada lulusan SD SMP doang jarang yang SMA. Makanya
awal saya buka tempat ini alesannya begitu, banyak orang-orang dari kampung
50 seperti saya sendiri nyari kerjaan di Jakarta susah, jadi kuli orang mulu, gaji
gak seberapa, kerjanya capek.”
39
Jam kerja para pekerja dimulai pukul 3 subuh untuk bagian menggiling kedelai, merendam kedelai, merebus kedelai, kemudian bagian lainnya seperti
menyetak, membungkus dan mengupas tahu dimulai pukul 8 pagi. Sistem gaji pun berbeda, sesuai bagian dan panjangnya jam kerja si pekerja, seperti bagian
menggiling kedelai, merendam kedelai dan merebus kedelai diberikan upah sebesar Rp. 100.000hari termasuk uang makan, dan bagian lainnya seperti
mencetak, membungkus dan mengupas tahu dibayar sebesar Rp. 75.000hari, itu sudah termasuk dengan uang makan tetapi belum ditambah dengan upah lembur
dan jaminan kesehatan yang diberikan Pak Hermanto. Industri kecil tahu HRM memproduksi sekitar 17 kwintalsehari kacang
kedelai pada hari senin – jumat dan hari libur seperti sabtu – minggu hanya 14
kwintalhari kacang kedelai yang akan dijadikan tahu China. Tahu ini berbentuk segiempat dan berbagai macam ukuran, yaitu 10cm x 10cm, 5cm x 5cm dan
2,5cm x 2,5cm. Harga setiap ukuran pun berbeda-beda. Dimulai yang paling besar Rp 2.500, Rp. 1.500 dan Rp 800.
Tahu ini nantinya akan didistribusikan kepada konsumen secara langsung, melalui pedagang keliling dan ketempat-tempat yang telah menjalin
kerjasama dengan industri kecil tahu HRM seperti pasar swalayan, pasar-pasar tradisional sekitar Jakarta dan Tangerang Selatan.
39
Wawancara Pribadi dengan Bapak Hermanto, Jakarta: 21 Februari 2016 Pukul 12.35 WIB.
51 Industri kecil tahu HRM memiliki luas tanah ± 200 meter. 100 meter
digunakan untuk bangunan utama pembuatan tahu yang berada di bawah, cukup tinggi jarak antara bangunan diatas untuk kamar-kamar para pekerja. Sehingga
keadaan industri ini tidak pengap, banyak lubang-lubang ventilasi yang tidak sengaja di tutup rapat sehingga sirkulasi udara sangat baik. Akan tetapi saat
melihat lantai industri sangatlah berbanding terbalik, lantai dipenuhi air sehingga saat berjalan harus berhati-hati. Kemudian kamar-kamar untuk para pekerjanya
cukup rapih, setiap kamar bisa diisi 2 – 3 orang pekerja.
40
Sisa tanah lainnya dibangun untuk garasi kendaraan seperti sepeda motor dan mobil engkel, serta gudang tempat menaruh kacang kedelai dan batang-
batang pohon untuk bahan bakar. Fasilitas yang diberikan oleh pemilik industri tahu HRM seperti gaji
pokok, uang lembur, kamar-kamar tidur, truk untuk mendistribusi tahu-tahu, kendaraan bermotor untuk para pekerja sewaktu-waktu membutuhkan, dan
kesehatan untuk para pekerja.
41
2. Industri Kecil Tahu Inat Turjaman
Industri tahu ini adalah usaha turun temurun yang berada di Bandung. Industri ini memproduksi tahu kuning. Semenjak tahun 1979 usaha ini dipegang
oleh Bapak Inat Turjaman. Kemudian pada tahun 1990 Pak Inat dan istrinya Ibu Elli memindahkan usahanya ke Jakarta tepatnya di Jalan Haji Kamang Bawah
RT 01 RW 10 Kelurahan Pondok Labu Jakarta Selatan, alasannya karena usaha
40
Observasi pada Industri Kecil Tahu HRM. Jakarta: 21 Februari 2016.
41
Observasi pada Industri Kecil Tahu HRM. Jakarta: 21 Februari 2016.
52 tahu kuning di Bandung sudah terlalu banyak saingan sehingga penjualanan
tahunya menjadi kurang lancar. Ternyata prediksi beliau untuk memindahkan usaha ke Jakarta sangat tepat. Karena tahu kuning yang dibuat Pak Inat cukup
diminati masyarakat.
42
Awal mulanya tahu ini dipasarkan hanya ke pasar-pasar tradisional seperti pasar pondok labu, pasar cengkareng, pasar kebayoran dan dipasarkan
juga oleh pedagang keliling ke kampung-kampung. Lama-kelamaan usaha tahu kuning bandung ini dipasarkan ke pasar swalayan seperti Aneka Buana AB
yang tempatnya tidak jauh dengan tempat produksi tahu Pak inat masih berada diwilayah Pondok Labu.
Karena permintaan pasar yang terus meningkat mengharuskan Pak Inat untuk menambah kapasitas produksi. Untuk memenuhi permintaan pasar, Pak
Inat merekrut tenaga kerja mencapai 30 orang. Dari tahun 1990-1996 produksi beliau stabil. Dalam setiap pembuatan tahu kuning Pak Inat selalu menghabiskan
1 ton kedelaiminggu. Tahu kuning yang dihasilkan berasal dari kedelai yang dikirim setiap minggunya dari Pancoran.
Tahu kuning ini cukup diminati oleh masyarakat, sehingga selama 6 tahun sejak tahun 1990
– 1996 berjalan Pak Inat sudah banyak mendapatkan pelanggan. Ini semua tidak lepas dari komitmen antara suami dan istri tersebut
yaitu tetap menjaga kualitas tahu. Hanya bahan alami yang dipakai untuk membuat tahu kuning bandung, ungkapnya:
42
Wawancara Pribadi dengan Bapak Inat Turjaman. Jakarta: 24 April 2016 Pukul 15.00 WIB
53 “Kami cuma pakai kunyit dan garam aja untuk membuat tahu kuning ini,
tidak pakai formalin atau bahan apapun.”
43
Pada saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997, usaha tahu bandung Pak Inat sempat mengalami kesulitan yang cukup menyesakkan.
Karena krisis ini, orang-orang banyak yang terkena PHK yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat dan berdampak menurunnya daya beli
masyarakat. Inipun berdampak pada produksi tahu kuning Pak Inat dimana omsetnya menurun drastis, karena penurunan permintaan pasar akibat daya beli
masyarakat yang berkurang. Sebelum krisis, Pak Inat dapat menghabiskan 4 kwintal kedelaihari, namun setelah krisis hanya menghabiskan ± 20 kg
kedelaiharinya atau sekitar 750 tahu yang dibuatnya sesuai pesanan.
Karena permintaan tidak sebanyak dulu sehingga Pak Inat akhirnya harus mengurangi jumlah tenaga kerjanya dan lahan industrinya pun akhirnya
diperkecil.
Pak Inat yang dibantu istrinya pun tidak berhenti disitu mereka tetap berjuang mempertahankan usaha tahu kuning bandung warisan keluarga dengan
dibantu 6 orang pekerja yang tersisa hingga sekarang.
44
Karena situasi yang sulit ini, menaikkan harga itu tidak mungkin karena akan menyebabkan penjualan
semakin berkurang. Untuk menyiasati masalah tersebut Pak Inat hanya memperkecil ukuran tahu saja tanpa menaikkan harganya dan mengurangi
kualitasnya.
43
Wawancara Pribadi dengan Bapak Inat Turjaman. Jakarta: 24 April 2016 Pukul 15.00 WIB
44
Observasi pada Industri Kecil Tahu Bapak Inat. Jakarta: 24 April 2016 Pukul 15.00 WIB
54
Tabel 3.11 Daftar Pekerja Industri Tahu Inat Turjaman
No. Nama
Umur Jabatan
1. Imas Nurmala
43 tahun Menyetak dan Membungkus
Tahu 2.
Idan Solihin 45 tahun
Merendam dan Menggiling Kacang Kedelai
3. Imih
57 tahun Menyetak dan Membungkus
Tahu 4.
Darmilah 44 tahun
Mengunyit 5.
Cucu 46 tahun
Menyetak dan Membukus Tahu 6.
Mang Encep 60 tahun
Mencari Kayu
Sumber: Wawancara Pribadi, 2016.
Ke-6 pekerja Pak Inat memulai pekerjaan dari pukul 06.00 pagi hingga 14.00 siang sesuai dengan banyaknya pesanan.
45
Langganan yang masih setia dengan produk hasil industri Pak Inat adalah Swalayan Aneka Buana AB
Pondok Labu yang biasa memesan 400-an tahuhari, di Ciganjur memesan 150 tahuhari, Swalayan Aneka Buana AB Cirendeu sekitar 100-an tahuhari, dan
para pedagang-pedagang keliling kampung lainnya sekitar 100-an tahuhari. Upah yang diberikan ke para pekerjanya pun bervariasi seperti untuk
bagian menggiling kacang kedelai, merendam kacang kedelai, merebus kacang kedelai dan mencari kayu di beri upah lebih besar sekitar Rp 60.000
– Rp
45
Observasi pada Industri Kecil Tahu Bapak Inat. Jakarta: 24 April 2016 Pukul 15.00 WIB
55 70.000hari, dan pekerja lainnya seperti mengunyit tahu, menyetak tahu dan
membungkus tahu kisaran Rp 40.000 – Rp 50.000hari. Para pekerja diberikan
makan sehari tiga kali yaitu pagi siang sore yang telah disiapkan oleh Ibu Elli. Selain itu, fasilitas yang diberikan oleh Pak Inat adalah dibebaskan dari
pembayaran kontrakan, sehingga para pekerja tidak perlu membayar kontrakan. Dengan begitu masih berdirinya industri tahu Pak Inat hingga sekarang
dan mempertahan keenam pekerja yang sejak dahulu bekerja dengannya, setidaknya dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerjanya.
Kemudian berbicara mengenai lahan, industri Pak Inat sangat bersebalahan dengan rumah utama yang ditinggali oleh Pak Inat dan keluarga.
46
Semula luas lahan industri ini ± 400 meter², akan tetapi sejak krisis tahun 1997- an Pak Inat harus memperkecil lahan industrinya dan sekarang yang tersisa
hanya 100 meter
2
saja. Lahan bekas industrinya tersebut dijadikan kontrakan 2 pintu sebagai tempat tinggal para pekerjanya dan tempat pembuatan tahu.
Ruangan tempat pembuatan tahu yang diantaranya merebus kacang, mengunyit, mencetak dan membungkus menjadi satu dengan tempat menyimpan
kayu-kayu. Kemudian jarak antara lantai hingga plafon bangunan sangat pendek sekitar 2 meter saja sehingga saat peneliti masuk kedalam industri kecil tahu
tersebut sangat pengap sekali. jendela hanya ada 3 dan berukuran kecil.
46
Observasi pada Industri Kecil Tahu Bapak Inat. Jakarta: 24 April 2016 Pukul 15.00 WIB
56 Sehingga serikulasi udara sangat kurang, selain itu kayu-kayu untuk bahan bakar
pun berserakan diluar industri sehingga mempersempit lahan.
47
3. Industri Kecil Tahu Paimin
Awal mula berdirinya industri tahu ini adalah Paimin beserta istrinya merantau ke Jakarta dari Ngawi untuk mendapatkan penghidupan yang lebih
baik. Di Jakarta mulai tahun 1993 Paimin membuka industri tahunya dengan bantuan kedua saudaranya dari kampung sebagai tenaga kerja.
48
Industri milik Paimin membuat tahu kulit karena di kawasan ini belum ada yang membuka
usaha seperti itu. Lama-kelamaan pesanan tahu Paimin semakin meningkat dari pasar kepasar dan para pedagang keliling, sehingga Paimin menambah tenaga
kerjanya hingga sekarang sekitar 20 orang.
Tabel 3.12 Daftar Pekerja Industri Tahu Paimin
No. Nama
Umur Jabatan
1. Dana
24 th Menggiling
2. Rudi
39 th Menggiling
3. Rahmat
27 th Merendam
4. Rohman
42 th Merendam
5. Amir
30 th Merendam
6. Agus
35 th Merebus
47
Observasi pada Industri Kecil Tahu Bapak Inat Turjaman. Jakarta: 24 April 2016 Pukul 15.00 WIB
48
Wawancara Pribadi dengan Bapak Paimin, Jakarta: 14 Mei 2016 Pukul 11.20 WIB.
57 7.
Husein 60 th
Merebus 8.
Andi 29 th
Merebus 9.
Nur 45 th
Merebus 10.
Cici 51 th
Menyetak 11.
April 34 th
Menyetak 12.
Tini 42 th
Menyetak 13.
Ati 38 th
Menyetak 14.
Siti 27 th
Menyetak 15.
Nurahmah 40 th
Menyetak 16.
Mito 41 th
Menggoreng 17.
Nazar 29 th
Menggoreng 18.
Marwan 54 th
Menggoreng 19.
Toni 43 th
Menggoreng 20.
Sudi 35 th
Menggoreng
Sumber: Wawancara Pribadi, 2016.
Pada tahun 1995 Paimin menjadi anggota PRIMKOPTI Jakarta Selatan. PRIMKOPTI adalah Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia yang
merupakan sebuah perkumpulan koperasi yang merupakan wadah satu-satunya untuk menghimpun dan menggerakkan daya kreasi dan potensi serta membina
produsen pengolah bahan makanan dari kedelai yang terdiri dari pengrajin tempe, tahu dan makanan sejenisnya. Dengan menjadi anggota PRIMKOPTI
yang dituturkan oleh Paimin yaitu:
58 “Alhamdulillah neng masuk PRIMKOPTI lumayan ngebantu. kalau
kekurangan modal uangkacang bisa ngutang dulu disana, nanti baru dibayar kalo ini tahu udah laku jadi gak ribet-ribet minjem duit sama tetangga atau bank
kan harus pake boreh. Istilahnya mah ikut PRIMKOPTI gak bakal kekurangan kacang buat bahan tahu kan disana ngestock banyak.”
49
Dengan industri tahunya yang telah dipercaya oleh masyarakat luas sehingga usahanya masih berproduksi sampai sekarang, dan dengan begitu
keluarga Paimin semakin membaik, seperti contohnya sekarang Paimin bisa membangun rumah utamanya menjadi lebih bagus yang sangat berdekatan
dengan Industrinya.
50
Industri Pak Imin memang tidak terlalu besar sekitar ± 150 meter² yang sangat berdekatan dengan rumah utama keluarga Pak Imin. Bangunan sebagai
pembuatan tahu cukup luas seperti industri tahu HRM sehingga ruang gerak antara pekerja saat melakukan tugasnya tidak berdekatan dan tidak mengganggu
yang lain. Selain rumah utama dan bangunan pembuatan tahu, bagian samping dan dibelakang industri tahu diberikan kamar-kamar untuk para pekerjanya.
Kamar untuk para pekerjanya tidak terlalu besar, dan diisi dengan barang-barang pemiliknya yang sudah berkeluarga sehingga mempersempit ruangan tersebut.
51
Fasilitas yang diberikan pemilik selain tempat tinggal, para pekerjanya diberikan gaji. Gaji yang diberikan untuk para pekerjanya sekitar Rp. 20.000 10
Kg kacang kedelai, sehingga gaji para pekerjanya sesuai dengan ukuran kacang kedelai yang telah diproduksi setiap harinya. Dalam sehari industri Pak Imin
49
Wawancara Pribadi dengan Bapak Paimin, Jakarta: 14 Mei 2016 Pukul 11.20 WIB.
50
Observasi pada Industri Kecil Tahu Bapak Paimin. Jakarta: 14 Mei 2016 Pukul 11.20 WIB.
51
Observasi pada Industri Kecil Tahu Bapak Paimin. Jakarta: 14 Mei 2016 Pukul 11.20 WIB.
59 menghabiskan 35 Kg sehingga gaji yang didapat para pekerjanya sekitar Rp
70.000 hari.
Semua pekerja di sini dari bagian mana pun dimulai dari pukul 5 pagi karena dibutuhkan waktu yang lama. Meniriskan air dari tahu dimulai pukul 7
pagi hingga pukul 1 siang karena tahu yang diproduksi adalah tahu kulit yang memang diharuskan untuk digoreng sehingga dibutuhkan waktu yang lama
untuk meniriskan air yang berada di tahu tersebut.
Dalam sehari para pekerja bekerja dari pukul 5 pagi hingga 5 sore. Industri Pak Imin menghabiskan 35 Kg dalam sehari dan membutuhkan 2,5
kwintal kacang kedelai dalam seminggu. Tahu tersebut dijual ke berbagai pasar di Jakarta, dimulai dari pasar Pondok Labu hingga Pasar Palmerah, kemudian
para pedagang kelilingnya sekitar 10 orang. Tahu yang dibuat Pak Imin adalah tahu kulit, tahu kulit berbeda dari tahu kuning dan tahu china, sehingga
menjualnya pun bukan satuan tetapi per-box, 1 box dijual dengan harga Rp 150.000.
52
D. Profile Informan
Sebelumnya peneliti akan terlebih dahulu membahas informan yang akan menjadi sumber data dari skripsi ini. Berikut adalah informan dari masing-masing
ketiga industri tahu.
52
Wawancara Pribadi dengan Bapak Paimin, Jakarta: 14 Mei 2016 Pukul 11.20 WIB.
60 1.
Nama :
Imas Nurmala
Usia :
43 tahun
Pekerjaan :
Menyetak dan membungkus tahu di industri tahu Pak Inat Turjaman
Jumlah Anak :
3 anak
2. Nama
: Taswin
Usia :
60 tahun Pekerjaan
: Merebus tahu di industri tahu HRM
Jumlah Anak :
5 anak
3. Nama
: Cici Sukesih
Usia :
51 tahun Pekerjaan
: Menyetak tahu di industri tahu Paimin
Jumlah Anak :
2 anak
4. Nama
: Kosim Mardani
Usia :
56 tahun
Pekerjaan :
Warung Kelontong Jumlah Anak
: 4 anak
5. Nama
: Sri Astuti
Usia :
38 tahun Pekerjaan
: Warung Nasi
Jumlah Anak :
1 anak
6. Nama
: Hj. Raniti
Usia :
65 tahun Pekerjaan
: Usaha Kontrakan
Jumlah Anak :
6 anak
7. Nama
: Sugeng
61 Usia
: 25 tahun
Pekerjaan :
Penjual Kue Pancong
8. Nama
: Aisyah
Usia :
32 tahun Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Jumlah Anak :
2 anak
62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Indikator Dampak
Merujuk pada Bab II halaman 19 dampak merupakan suatu akibat atau pengaruh yang dapat menyebabkan perubahan dari suatu kegiatan atau program
dengan mengakibatkan perubahan positif maupun negatif. Seperti industri yang berada di RT 01 RW 10 Kelurahan Pondok Labu Cilandak Jakarta Selatan
membawa dampak pada masyarakat sekitar. Untuk mengetahui hal tersebut peneliti menggunakan indikator dampak agar dapat mengukur dampak dari kehadiran
industri dengan membandingkan antara keadaan tanpa proyek industri dan keadaan dengan proyek industri, misalnya:
1. Keadaan Tanpa Proyek
Pengukuran ini dilakukan pada saat penelitian, dibantu dengan beberapa orang yang mengetahui informasi mengenai keadaan dan perkembangan
didaerah tersebut dari waktu-waktu yang lalu hingga sekarang. Berikut penuturan Nenek Hj. Raniti beliau sudah tinggal di sini sejak tahun 1974
sehingga beliau sangat mengetahuinya: “Nenek tinggal di sini sebelum ada pabrik tahu neng. Dulu masih banyak
pohon-pohon gede, Kali itu lebar dulunya, masih banyak ikan, terus banyak lapangan di sini jadi anak-anak kecil pada mandi di situ. Kalo sekarang mah
udah banyak rumah-rumah, pabrik udah ada tiga, anak-anak susah kalo mau maen sekarang mah. Berubah kalo di bandingin sama yang dulu. Tapi ada
63 untungnya ada pabrik di sini, orang-orang jadi bikin usaha, jadi kalo mau beli
kebutuhan apa aja gak jauh- jauh jalannya.”.
53
Dari hasil wawancara di atas telah diketahui bahwa sebelum adanya industri keadaan lingkungan sekitar masih terbayang betapa asrinya lingkungan
karena banyaknya pepohonan, kemudian sebelum adanya industri pun lingkungan ini dahulunya jauh dari fasilitas-fasilitas umum untuk dijangkau,
akan tetapi hadirnya industri membuat semuanya berubah seperti sekarang fasilitas-fasilitas umum semakin banyak, hadirnya industri pun membuka usaha-
usaha baru dilingkungan sekitar industri. Oleh karena itu hanya ada tiga pilihan untuk menarik garis besar dari
perkembangan suatu keadaan lingkungan tanpa adanya proyek, yaitu: a
Keadaan kualitas lingkungan yang apabila tanpa proyek makin lama makin meningkat.
b Keadaan kualitas lingkungan yang tidak akan berubah dari waktu ke
waktu apabila tidak ada proyek yang dibangun. c
Keadaan lingkungan yang sekalipun tidak ada proyek yang dibangun makin lama makin buruk.
2. Keadaan Dengan Proyek
Dampak suatu proyek pada kenyataannya lebih kompleks, karena diperlukan pendugaan dampak suatu proyek tersebut untuk jangka pendek dan
jangka panjang yang biasanya memberikan dampak positif pada suatu komponen tetapi dapat memberikan dampak negatif juga pada komponen lain. Misalnya,
53
Wawancara Pribadi dengan Ibu H. Raniti, Pemilik Usaha Kontrakan. Jakarta: 24 September 2016 Pukul 16.30 WIB.