Ketiga pemilik unit usaha
100 dilingkungan pemukiman ini. Jarak antara unit usaha dan industri tahu
sangat dekat hanya selisih 2-6 rumah. Bangunan unit usaha adalah permanen: temboknya menggunakan batu bata, atapnya menggunakan asbes
atau pun genteng, lantainya sudah menggunakan menggunakan keramik.
2. Mencari tahu profile ketiga pemilik unit usaha.
a Warung Kelontong
Warung kelontong ini dimiliki oleh Bapak Kosim Mardani. Bapak Kosim asli orang Jakarta dan dari lahir beliau memang tinggal di
sini. Warung kelontong ini berisikan berbagai macam sembako, rokok, makanan ringan, minuman, alat tulis, dan lain-lain. Warung ini berdiri
sejak bapak Kosim sudah tidak lagi bekerja, tepatnya bapak Kosim tidak mengingatnya. Warung ini buka setiap harinya dari pukul 8 pagi
hingga 10 malam. Beliau menjaga dari buka warung sampai pukul 3 sore, setelah itu digantikan dengan anak terakhir beliau sepulang kuliah.
Dalam sehari bapak Kosim mendapatkan Rp 350.000. b
Warung Nasi warteg Warung nasi ini dimiliki oleh Ibu Sri Astuti. Beliau berasal dari
Tegal, berdirinya warung ini dalam keadaan mendesak karena awalnya ibu Sri merantau ke Jakarta ingin bekerja akan tetapi mencari kerjaan di
Jakarta sangat sulit akhirnya beliau dan suami yang berprofesi sebagai tukang ojek dengan nekat mengontrak rumah dan membuat usaha
warung nasi ini. Dengan keadaan lingkungan sekitar yang menunjang
101 perekonomian dekat dengan tiga industri, akhirnya lama kelamaan
warung nasi ini selalu ramai dikunjungi para pekerja dari ketiga industri tahu tersebut dan rumah kontrakan yang dijadikan sebagai tempat usaha
beliau pun bisa dibelinya. Dalam sehari ibu Sri bisa mendapatkan Rp 500.000 dari penjualanan nasinya. Jam buka warung nasi ibu Sri juga
lumayan panjang dari 7 pagi sampai 6 sore, kadang sampai malam kalau diterusi jaga oleh suami ibu Sri. Aliran Kali Grogol berada tepat
dibelakang warung nasi. Kali yang sering tercium bau amis, akan tetapi tidak menurunkan jumlah para pelanggannya untuk menyambangi
warung nasi milik itu ibu Sri ini.
c Kontrakan
Pemilik kontrakan ini bernama Hj. Raniti. Kontrakan ini sangat dekat dengan ketiga industri tahu tersebut. Hanya di jarakkan dengan
Kali Grogol yang berhadapan langsung dengan kontrakan tersebut. Salah satu bangunan dari industri tahu tersebut adalah milik nenek Hj.
Raniti. Dulunya beliau dan suami memiliki usaha tahu, karena beliau dan suami sudah tidak sanggup untuk meneruskan usaha tersebut dan
anak-anak nenek Hj. Raniti tidak ada yang melanjutkan, sehingga bangunan industri tersebut di sewa oleh Bapak Hermanto pemilik
industri tahu HRM. Dalam setahun Bapak Hermanto membayar ke nenek Hj. Raniti sebesar Rp 10.000.000. Selain itu nenek Hj. Raniti
memiliki 10 rumah kontrakan, dan rumah kontrakan tersebut diisi oleh
102 sebagian pekerja industri tahu. Sebulan rumah kontrakan tersebut
dihargai Rp 800.000 belum termasuk listrik, sehingga dalam sebulan nenek Hj. Raniti mempunyai penghasilan Rp 8000.000
– Rp 9.000.000 an.