Struktur komunitas Analisis data .1 Lingkungan Batimetri

d= Banyaknya species yang tidak terdapat dalam contoh A dan B ?=Indeks dominansi simpson. Indeks Morisita merupakan indeks similaritas antara dua grup komunitas atau assemblages. Apabila kedua group sama maka nilainya adalah 1, sedangkan bila tidak terdapat jenis yang sama didalam group maka nilainya adalah 0 Bengen 2000. Untuk mengetahui ketidaksamaan antara dua grup komunitas atau assemblages dipergunakan indeks jarak yaitu indeks Bray curtis yang dibatasi sebagai: n n B= ? ¦ X ij – X ik ¦ ? X ij – X ik i=1 i=1 Dimana: B = Indeks ketidak samaan dissimilaritas Bray curtis indeks kesamaan = 1-B. X ij = Banyaknya individu spesies ke- i dalam setiap contoh grup ke-j. X ik = Banyaknya individu spesies ke- i dalam setiap contoh grup ke-k. n = Banyaknya spesies dalam contoh.

3.2.4.4 Struktur komunitas

1 Pola penyebaran ikan Menurut Ludwig dan Reynolds 1988 untuk menggambarkan pola penyebaran suatu organisme dapat diketahui dengan membandingkan antara nilai rata-rata mean µ dengan nilai variansnya s 2 dengan batasan sebagai berikut: Acak Random à s 2 = µ Mengelompok ClumpedAgregated à s 2 µ Merata Uniform à s 2 µ 2 Kekayaan jenis, keanekaragaman, dominansi dan kemerataan Analisa struktur komunitas dimulai dengan menentukan keanekaragamannya. Kekayaan jenis diukur dengan menggunakan indeks kekayaan jenis Indeks Margalef : R MG = S-1ln n Dimana: S= jumlah jenis biota ; n=jumlah seluruh biota dari seluruh jenis. Konsep kedua untuk mengetahui keanekaragaman adalah dengan menggunakan nilai indeks yaitu: keanekaragaman H’, keragaman E, dan dominansi C. Indeks keanekaragaman yang umum digunakan adalah indeks Shannon Krebs 1985 dengan rumus: H’ = ? [n i n ln n i n] Dimana: n = Jumlah seluruh biota dari seluruh jenis ikan; n i = Jumlah dari jenis ikan ke i Logaritma natural ln biasanya digunakan untuk komunitas ikan karena ikan merupakan biota yang mobile aktif bergerak, memiliki kelimpahan relatif tinggi dan preferensi habitat tertentu Bengen 2000. Indeks keanekaragaman digolongkan dalam kriteria sebagai berikut: H’= 2 : Keanekaragaman kecil 2 H’= 3 : Keanekaragaman sedang H’ 3 : Keanekaragaman tinggi Dengan menggunakan indeks Shanon dilakukan uji perbedaan antara kedua lokasi S4 dan S5 dengan menggunakan uji t yaitu: Ragam indeks Shanon perairan S4: Var H’1 = ? pi ln pi 2 – ? pi ln pi 2 N - s-12N 2 Ragam indeks Shanon perairan S5: Var H’2 = ? pi ln pi 2 – ? pi ln pi 2 N - s-12N 2 Uji t sebagai berikut: t hit = H’1 – H’2 var H’1 + Var H’2 12 db = var H’1 + var H’2 2 var H’1 2 N1 +var H’2 2 N2 3 Indeks Keseragaman E Indeks keseragaman atau equitabilitas E menggambarkan penyebaran individu antar spesies yang berbeda dan diperoleh dari hubungan antara keanekaragaman H’ dengan keanekaragaman maksimalnya Bengen 2000. Semakin merata penyebaran individu antara spesies maka keseimbangan ekosistem akan semakin meningkat. Rumus yang dipergunakan adalah: E= H’H maks Dimana: E= Indeks keseragaman; H maks = Ln S; dan S = Jumlah ikan yang ditemukan. Nilai indeks berkisar antara 0 – 1 dimana menurut Krebs 1985. 0 E = 0,5 : Komunitas tertekan 0,5 E = 0,75 : Komunitas labil 0,75 E = 1 : Komunitas stabil Semakin kecil indeks keseragaman, semakin kecil keseragaman populasi, hal ini menunjukkan penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak sama sehingga ada kecenderungan satu jenis biota mendominasi. Semakin besar nilai keseragaman, menggambarkan jumlah biota pada masing- masing jenis sama atau tidak jauh berbeda. 4 Indeks dominansi C Indeks dominansi berdasarkan jumlah individu jenis dipergunakan untuk melihat dominansi kelompok biota tertentu. Persamaan yang digunakan adalah indeks dominansi yaitu: C = ? S i=1 Pi 2 , dimana C= indeks dominansi; Pi= perbandingan proporsi ikan ke i; S = jumlah spesies yang ditemukan. Nilai indeks dominansi berkisar antara 0–1. Semakin tinggi nilai indeks maka akan terlihat suatu biota mendominasi kelo mpok. Jika nilai indeks dominasi mendekati nol, maka hal ini menunjukkan pada perairan tersebut tidak ada biota yang mendominasi dan biasanya diikuti nilai keseragaman E yang tinggi. Sebaliknya, jika nilai indeks dominansi C mendekati satu, maka hal ini menggambarkan pada perairan tersebut ada salah satu biota yang mendominasi dan biasanya diikuti oleh nilai keseragaman yang rendah. Nilai indeks dominansi dikelompokkan menjadi 3 kriteria yaitu: 0 C = 0,5 : dominansi rendah 0,5 C = 0,75 : dominansi sedang 0,75 C = 1 : dominansi tinggi 5 Estimasi densitas Untuk memperkirakan densitas ikan, maka hasil tangkapan distandarisasi dengan menggunakan metode swept area Sparre Venema 1992 yaitu: Dij= Xij Aij dimana: Dij= Densitas pada stasiun ke-j di kisaran kedalaman ke- i kgkm 2 Xij= Hasil tangkapan Catch pada stasiun ke-j di kisaran kedalaman ke i kg Aij = Swept area pada stasiun ke-j di kisaran kedalaman ke- i km 2 Aij = Tij WiJ 0.0011.852 dimana Tij= Panjang helaan towing pada stasiun ke-j di kisaran kedalaman ke- i Wij=Bukaan mulut jaring pada stasiun ke-j di kisaran kedalaman ke- i Estimasi densitas ikan demersal didasari dengan asumsi bahwa seluruh ikan yang berada dijalur helaan towing tertangkap oleh jaring trawl dengan kata lain efesiensi alat tangkap adalah 1, pengaruh berkumpulnya ikan akibat pengoperasian alat penangkapan ikan herding diabaikan. 6 Distribusi ikan berdasarkan kisaran kedalaman Untuk mengetahui pengaruh kedalaman terhadap densitas ikan data hasil tangkapan distandarisasi dengan menggunakan formula swept area sehingga menghasilkan data catch per unit area CPUA atau hasil tangkapan kg dalam satuan area km 2 disetiap kisaran kedalaman. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh kedalaman terhadap CPUA dilakukan uji one way ANOVA dan uji tukey posthoc Zar 1996. 7 Peringkat penting jenis ikan Peringkat penting jenis ikan diperoleh dengan menggunakan nilai indeks penting INP. Indeks ini merupakan kumulatif dari nilai Frekuensi Relatif FR + Kelimpahan Relatif KR + Dominasi Relatif DoR = 300 INP maksimum. FR=Frekuensi spesies iFrekuensi total spesies, KR= Kelimpahan spesies iKelimpahan total, DoR= Dominansi spesies iDominansi total spesies Cox 2002, Soerianegara Indrawan 2005. Nilai indeks selanjutnya dipergunakan sebagai acuan peringkat penting jenis ikan di kedua lokasi dan pada setiap kisaran kedalaman. Sepuluh jenis ikan yang dominan dijadikan sebagai acuan analisis lebih lanjut untuk aspek biologi dan pengelolaan. Sepuluh jenis ikan ini diasumsikan paling berperan didalam komunitas. Selanjutnya untuk mengetahui adanya zonasi, ke sepuluh jenis ikan tersebut berdasarkan nilai INP dipetakan sebarannya di setiap kisaran kedalaman. 8 Hubungan ukuran jenis ikan terpilih dengan kedalaman Jenis ikan terpilih akan dianalisis hubungan distribusi panjang ikan dan nilai panjang pertama kali matang gonad lm terhadap kisaran kedalaman.

3.3 Hasil