Dampak Penggunaan Trawl Dasar Laut-dalam Terhadap Lingkungan

29 perusahaan penangkapan ikan laut-dalam. Pada tahun 2006 di Samudera Hindia total hasil tangkap untuk Beryx splendens, Orange roughy dan Etelis coruscans adalah sekitar 5.000-6.000 ton dari 20 – 22 kapal penangkapan ikan laut-dalam Bensch et al. 2008. Alat tangkap yang dipergunakan adalah jenis midwater trawl, bottom trawl dan bottom longline dengan target utama tangkapan adalah Beryx splendens , Orange roughy dan Etelis coruscans Bensch et al. 2008, Trichiurus spp. FAO 2007. Diharapkan dengan terbentuknya rejim pengelolaan perikanan laut-dalam di wilayah ini akan mampu mendapatkan data yang dibutuhkan bagi pengelolaannya.

2.9 Dampak Penggunaan Trawl Dasar Laut-dalam Terhadap Lingkungan

Penggunaan alat tangkap trawl di Indonesia masih dilarang dengan diberlakukannya KEPPRES No.39 tahun 1980, maka tidak dimungkinkan lagi dioperasikannya trawl di seluruh perairan Indonesia, kecuali bagi perusahaan yang telah mendapat ijin investasi dengan konsesi selama 30 tahun. Adapun trawl yang digunakan haruslah dilengkapi dengan alat pereduksi hasil tangkapan samping ikan API atau masyarakat perikanan lebih familiar dengan istilah BED by-catch excluder device . Pelarangan ini terkait dengan terjadinya konflik sosial nelayan yang timbul akibat penggunaan trawl PRPT 2006. Penggunaan trawl dasar bottom trawl dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada ekosistem dasar perairan terutama bagi ekosistem yang rentan dan lambat pertumbuhannya seperti ekosistem di laut-dalam. Satu unit trawler laut-dalam yang dihela dengan kecepatan 3 - 4 knot dalam waktu 4 jam akan berpengaruh langsung pada area seluas 2,5 km 2 Morgan et al. 2005. Pengoperasian trawl laut-dalam menurut Morgan et al. 2005 harus dihentikan dengan 6 alasan antara lain: 1 Kontribusi ekonomi secara global pada tahun 2001 hanya bernilai US 300-400 juta. 2 Merupakan alat tangkap yang paling merusak. 3 Ikan laut-dalam merupakan jenis yang mudah punah. 4 Ekosistem laut-dalam mudah rusak dan sulit untuk pulih kembali akibat 30 pengoperasian trawl dasar. 5 Pengetahuan secara ilmiah belum cukup diperoleh untuk pengelolalan perikanan dengan trawl laut-dalam . 6 Pengelolaan dan kebijakan pemerintah belum cukup untuk pengelolalan perikanan dengan trawl laut-dalam. Sampai saat ini trawl masih merupakan jenis alat tangkap yang memiliki produktifitas tinggi. Menurut Sissenwine dan Mace 2007 perikanan trawl laut- dalam dapat dikelola dengan berkelanjutan bila berpedoman dan mengikuti prinsip kehati-hatian precautionary approach serta pendekatan ekosistem ecosystem approach . Satu hal yang tidak dapat dipastikan adalah apakah eksploitasi perikanan laut-dalam masih dapat menguntungkan bila seluruh biaya riset dan manajemen yang timbul untuk menegakkan prinsip kehati- hatian precautionary approach dan pendekatan ekosistem ecosystem approach tersebut benar-benar dijalankan. 3 SUMBER DAYA IKAN DEMERSAL LAUT-DALAM

3.1 Pendahuluan