23
kandungan oksigen, dan meningkatkan tekanan Thistle 2003. Suhu dan salinitas juga merupakan variabel lingkungan yang berpengaruh terhadap keberadaan fauna
Fujita et al. 1995. Faktor lingkungan tersebut dapat menyebabkan zonasi keberadaan fauna. Menurut Wei 2006 mengutip pendapat Powell et al. 2003
bahwa zonasi komunitas ikan dapat dibagi dalam empat kelompok kedalaman yaitu: outer shelf
188-216 m, upper slope 315-785 m, mid slope 689-1.369 m, dan deep
1.533-3.075 m.
2.6 Keanekaragaman Hayati Biodiversitas
Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada.
Secara umum biodiversitas secara biologi dapat didefenisikan sebagai “variasi dan kelimpahan jenis biota dalam satuan unit tertentu”, untuk menyatakannya digunakan
dua istilah yaitu species richness and species evenness Krebs 1985. Pada penelitian ini keanekaragaman akan difokuskan pada ”Diversitas
ekosistem biogeografik” dimana diversitas spesies ditentukan tidak hanya oleh jumlah spesies di dalam komunitas biologi, misalnya kekayaan spesies species
richness , tetapi juga oleh kelimpahan relatif individu relative abundance dalam
komunitas. Kelimpahan spesies merupakan jumlah individu per spesies dan kelimpahan relatif mengacu pada kemerataan distribusi individu di antara spesies
dalam suatu komunitas. Dua komunitas mungkin sama-sama kaya dalam spesies, tetapi berbeda dalam kelimpahan relatif, misalnya dua komunitas mungkin
masing-masing mengandung 10 spesies dan 500 individu, tetapi pada komunitas yang pertama semua spesies sama-sama umum misal, 50 individual untuk setiap spesies,
sementara pada komunias yang kedua satu spesies secara signifikan jumlahnya lebih banyak daripada empat spesies yang lain. Maka komunitas pertama dikatakan
memiliki kelimpahan relatif yang lebih tinggi daripada komunitas kedua. Komponen diversitas spesies ini merespons berbeda pada kondisi habitat yang berbeda. Suatu
wilayah yang tidak memiliki variasi habitat yang luas biasanya miskin spesies, tetapi
24
beberapa spesies yang mampu menduduki wilayah ini mungkin berlimpah karena kompetisi dengan spesies lain untuk sumberdaya akan berkurang.
2.7 Perairan Samudera Hindia: Topografi Dasar Perairan dan Aliran Massa Air.
Samudera Hindia merupakan wilayah laut terbesar ketiga setelah Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Samudera Hindia memiliki luas sekitar
73.426.000 km
2
atau seperlima dari seluruh luas lautan. Morfologi Samudera Hindia memiliki banyak basin, beberapa mid–ocean ridges, abyssal plains dan sedikit
palung laut-dalam. Dua tipe continental margins yang terdapat di Samudera Hindia adalah: divergen margin dan konvergen margin. Divergen margin adalah yang paling
banyak dijumpai dengan karakteristik wide continental shelves, broad continental rises
dan little seismic activity. Seperti terdapat di Afrika Timur, Arabian peninsula, Indian subkontinen, Western Australia. Hanya satu konvergen margin yang dijumpai
di Samudera Hindia yaitu, Palung Jawa dengan kedalaman sekitar 7.500 m dan bersifat seismic. Disamping Palung Jawa ya ng terletak di luarlepas pantai terdapat
pula Palung Bali yang terletak agak dekat ke pantai dengan kedalaman yang lebih dangkal yaitu sekitar 5.160 m. Kedua palung tersebut sering disebut sebagai Palung
Ganda Sunda Sunda Double Trench dengan liputan mulai dari sebelah selatan Sumbawa, Bali, Jawa dan terus berlanjut sampai barat daya Sumatera.
Samudera Hindia adalah wilayah laut yang ditutup oleh daratan ke arah utara sehingga sangat sedikit berhubungan dengan wilayah laut bagian belahan bumi
selatan. Tiga faktor utama yang menentukan bagi sirkulasi dan hidrologi Samudera Hindia adalah: tertutupnya wilayah Samudera Hindia dari wilayah laut subtropis
utara; perubahan musim moonson; dan efek bloking arus equatorial bagi pergerakan massa air pada wilayah termoklin. Perubahan musim karena pengaruh angin muson
dianggap sangat berpengaruh bagi karakteristik perubahan musiman sirkulasi permukaan massa air. Hal ini selanjutnya akan sangat berpengaruh secara ekologi
Roy 1996. Secara umum di ZEEI Samudera Hindia terdapat variasi dalam tahunan akan tetapi tidak berkaitan dengan peristiwa ENSO sehingga secara umum perairan
25
cenderung homeostasis Roy 1996. Sharp 1996 menyatakan bahwa di perairan barat Samudera Hindia dapat terjadi upwelling yang disebabkan oleh mengalirnya
massa air di permukaan yang lebih hangat dari pantai Afrika Selatan karena peristiwa ENSO. Daerah termoklin sebagian besar terjadi di wilayah barat Samudera Hindia
dan sekitar wilayah Oman, sebagian kecil upwelling terjadi di daerah selatan Jawa pada musim muson barat September-Oktober Demopolous et al. 2003.
Morfologi Samudera Hindia sangat kompleks seperti yang disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Topografi Samudera Hindia Sumber Tyler 2003
26
Secara umum keadaan angin musim di perairan Samudera Hindia dapat diuraikan sebagai berikut:
§ Dalam bulan Januari musim utara terjadi pada puncaknya, dimana tekanan tinggi terdapat diatas benua Asia dan tekanan rendah katulistiwa terletak di
sebelah utara Australia. Di atas Laut Cina, Laut Andaman berembus musim timur laut north east dan bersambung ke arah Samudera Pasifik. Angin
musim utara ini melintasi katulistiwa dan berbelok ke arah timur dan dikenal sebagai musim barat laut. Di sebelah selatan lintang kira-kira 10
L.S. dimana tekanan rendah katulistiwa berada di atas Samudera Hindia, berkembang
angin tenggara. § Dalam bulan Maret angin tenggara di Samudera Hindia melebar ke arah utara
dan ke arah timur dan sementara itu angin barat daya masih bertiup di daerah Timor dan Arafura. Di atas Laut Cina angin timur-laut telah mereda.
§ Dalam bulan April tekanan rendah katulistiwa bergerak dengan cepat ke utara dan berada di atas katulistiwa. Angin tenggara southeast trades mencapai
lintang 5 LS yaitu ke arah sebelah utara dari Nusa Tenggara dan disini
dikenal sebagai musim tenggara. § Dalam bulan Mei keadaannya berubah sama sekali. Angin timur laut di Laut
Cina dan Filipina terhenti, dan musim selatan terjadi di atas seluruh wilayah Asia Tenggara yang melanjutka n ke Samudera Hindia sebagai angin tenggara.
§ Dalam bulan Juni angin menjadi lebih kuat dan dalam bulan-bulan Juli dan Agustus adalah puncak dari musim selatan. Dalam bulan-bulan Juli dan
Agustus tekanan rendah di atas Asia dan tekanan tinggi di atas Australia mencapai maksimum dan sebagai akibatnya sirkulasi menjadi maksimum
pula. § Dalam bulan September tekanan rendah Asia mulai menjadi lemah dan musim
selatan mulai sedikit berkurang. § Dalam bulan Oktober tekanan rendah katulistiwa mulai bergerak dengan cepat
ke selatan, dan pada pertengahan bulan akan berada sepanjang garis mulai dari Teluk Benggala sampai pantai utara Papua.
27
Berdasarkan penyebaran suhu dan kadar oksigen, asal usul dan penyebaran massa air yang ada di basin-basin ternyata berasal dari Samudera Pasifik yang
melanjutkan perjalanannya ke Samudera Hindia. Sirkulasi seperti ini hanya dapat terjadi jika ditunjang oleh adanya arus yang kuat yang mendorong pergerakan massa
air tersebut. Variasi tahunan suhu permukaan laut pada umumnya relatif kecil. Adanya
perubahan musiman tersebut disebabkan oleh posisi matahari dan massa air yang berasal dari perairan lintang tinggi. Temperature permukaan perairan relatif sama
yaitu antara 28 C-29
C, dapat ditemukan suhu 30 C bila terjadi warm pool
Sharp 1996. Pada musim barat terjadi pemanasan dimana suhu air berkisar antara 29
C – 30 C terdapat di pantai barat Sumatera, sedangkan di selatan Jawa-
Nusatenggara relatif lebih dingin dimana suhunya berkisar antara 28 C – 29
C. Hal ini sejalan denga n hasil pengamatan suhu perairan samudera Hindia pada bulan Mei
2005 maksimum suhu permukaan perairan adalah 29,7 C, sedangkan pada kolom air
dengan kedalaman 1.000 m suhu turun menjadi 4,87 C BRKP-OFCF 2006.
Wilayah termoklin umumnya ditemukan pada kedalaman 60-200 m sedangkan distribusi plankton di Samudera Hindia dapat mencapai kedalaman 500 m
BRKP-OFCF 2006. Pergerakan massa air di Samudera India walaupun tidak banyak dipengaruhi
oleh perubahan musiman monsoon, namun pergerakan massa air sampai kedalaman 500-1.000 m pada selatan 10
S dapat dipengaruhi oleh pergerakan massa air dari 3 laut mediteranian yaitu perairan Teluk Persia, Laut Merah dan Laut Australasian
Mediteranian, akibat pengaruh evaporasi, pengendapan dan suhu yang hangat dari wilayah laut tersebut maka massa air bergerak ke arah Samudera Hindia, sehingga
dapat menimbulkan upwelling yang dipercaya akan meningkatkan produktifitas primer di Samudera Hindia Demopolous et al. 2003. Pada kedalaman 1.500 –
3.800 m massa air samudera Hindia di isi massa air dari Atlantik Utara NADW, North Atlantic Deep water
yang di bawa masuk oleh arus upper circumpolar. Massa air tersebut berkadar oksigen moderat 4,7 ml l
-1
, suhu rendah 2 C,
salinitas tinggi 35,85 ‰. Massa air dengan kedalaman lebih dari 3.800 m dibentuk
28
dari massa air dingin yang berasal dari dasar Antartik dengan temperatur 0,3 C
dengan kecepatan sekitar 0,2 ms
-1
kearah utara. Massa air ini dibawa oleh arus circumpolar
mengisi southwest Indian Ridges, Basin Madagaskar kearah barat laut dan Basin Australia–Antartik menuju Ridge Ninety East kearah utara. Adanya arus
akan sangat berpengaruh bagi proses sedimentasi didasar laut dan jenis organisme yang menghuninya. Arus yang terbentuk didekat dasar perairan akan mengontrol
proses sedimentasi, susunan kimia sedimen dan struktur komunitas benthic Nowell Jumars 2003, diacu dalam Demopolus et al. 2003. Arus yang bergerak
dengan cepat akan meminimalkan jumlah sedimentasi dan dapat membersihkan sessile dasar perairan. Pergerakan arus yang aktif juga dapat menjamin ketersedian
oksigen didasar perairan.
2.8 Pengelolaan Perikanan Demersal Laut-dalam di Samudera Hindia