Pendahuluan Karakteristik sumberdaya, peluang dan pola pemanfaatan ikan demersal laut-dalam

3 SUMBER DAYA IKAN DEMERSAL LAUT-DALAM

3.1 Pendahuluan

Survei sumber daya ikan laut-dalam pada tahap awal umumnya ditujukan untuk mengetahui jenis dan komposisi, distribusi dan densitasnya di daerah survei. Biota laut-dalam diketahui akan berkurang biomas dan jumlahnya seiring dengan meningkatnya kedalaman dan jarak dari pantai Demopolous et al. 2003. Kedalaman diketahui mempunyai pengaruh besar terhadap distribusi, kelimpahan dan kanekaragaman jenis ikan Thistle 2003; Bianchi 1996; Fujita et al. 1995. Kedalaman dilaporkan memiliki pengaruh terhadap jumlah individu pada neogastropoda, ophisthobranchia dan mesogastropoda dimana jumlahnya menurun seiring dengan meningkatnya kedalaman perairan, sebaliknya Archagastropoda jumlahnya meningkat seiring dengan meningkatnya kedalaman perairan Rex et al. 1990, diacu dalam Thistle 2003. Ukuran bentik makrofauna dilaporkan semakin kecil seiring dengan meningkatnya kedalaman perairan Shirayama Hirokoshi 1989, diacu dalam Thistle 2003. Secara umum telah dilaporkan bahwa terjadi perubahan komposisi dan jenis fauna pada wilayah continental shelf yaitu pada kedalaman sekitar 200 m dan continental slope yaitu pada kedalaman sekitar 2.000 m sedangkan di bawah kedalaman 2.000 m perubahan jenis dan komposisi fauna diketahui relatif kecil Sanders Hessler 1969, Haedrich et al. 1975, Rex 1977, Carney Carey 1982, diacu dalam Thistle 2003 Beberapa informasi pengaruh kedalaman terhadap sebaran ikan demersal laut-dalam di Samudera Hindia belum secara jelas mengindikasikan adanya pengaruh kedalaman terhadap sebaran, densitas dan ukuran ikan demersal laut-dalam BRKP-OFCF 2006; Badrudin et al. 2006; Suman et al. 2006. Pengaruh kedalaman terhadap distribusi dan densitas sumber daya ikan demersal dire-analisis dengan selang yang lebih rapat setiap 100 m karena evaluasi dan laporan sebelumnya dilakukan dengan menggunakan selang yang lebih besar 250 m. Selang 250 m dirasakan terlalu besar dan dapat di perkecil dengan menggunakan selang 100 m. Penggunaan selang setiap 100 m dapat dilakukan karena operasi penangkapan oleh KR Baruna Jaya IV dilakukan di stasiun penangkapan dengan dasar perairan yang memiliki topografi relatif rata flat, variasi elevasi dasar perairan rata-rata disetiap stasiun adalah 29,9 m +- SD 46,45 m yaitu kurang dari 100 m. Pengelompokan kedalaman dengan selang 100 m dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengaruh kedalaman yang lebih rapat terhadap sumberdaya ikan demersal. Operasi penangkapan ikan oleh KR Baruna Jaya IV dilakukan dengan metode acak terpilih. Berdasarkan hasil survei batimetri dan sumberdaya pada tahun 2004 telah dilakukan analisis similaritas antara stasiun penangkapan dan kedalaman dengan menggunakan metode mountford BRKP-OFCF 2006 mengindikasikan bahwa lokasi barat la ut Simeulue dengan posisi 4 47’ N - 5 30’ N 93 21’ E - 94 37’ E dinamakan S4 dan barat Banda Aceh pada posisi 2 58’ N - 3 53’ N 94 43’ E - 95 3’ E dinamakan S5 membentuk cluster yang berbeda. Pengujian similaritas jenis ikan antara dua lokasi tersebut belum pernah dilakukan. Apabila kedua lokasi diketahui berbeda antara satu dengan yang lainnya maka selanjutnya pada bab ini analisa data akan dipisahkan antara lokasi sebelah barat laut Simeulue S4 dan sebelah barat Banda Aceh S5. Tujuan dari penelitian pada bab ini adalah untuk mengetahui peluang pemanfaatan sumberdaya ikan laut-dalam. Secara rinci penelitian ini akan menjelaskan: 1 Jenis dan komposisi sumberdaya ikan demersal laut-dalam. 2 Pengaruh kedalaman pada distribusi dan densitas serta struktur komunitas ikan demersal laut-dalam. 3 Distribusi densitas ikan demersal laut-dalam pada kisaran kedalaman yang berbeda serta pengaruhnya terhadap ukuran ikan terpilih. 4 Peringkat penting jenis ikan demersal laut–dalam dalam komunitas. 5 Perubahan struktur komunitas dari perairan dengan kedalaman 200 m ke daerah dalam 1.000m untuk melihat adanya zonasi pola distribusi ikan demersal laut-dalam. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Waktu dan lokasi Penelitian