Sejarah Agrowisata Stroberi Petik Sendiri

suhunya sangat cocok sekali untuk budidaya stroberi, dimana suhu yang cocok untuk stroberi adalah 17° C – 22° C. Desa Alam Endah mempunyai wilayah yang luasnya sekitar 505.565 ha. Seluruh wilayah merupakan dataran dengan topografi tanah berbukit. Sebagian lahan yang ada di Desa Alam Endah digunakan untuk lahan pertanian yaitu sawah seluas 287.73 ha. Untuk lebih jelasnya pemanfaatan lahan di Desa Alam Endah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Desa Alam Endah Tahun 2004 No Jenis Penggunaan Lahan Luas Ha Persentase 1 Jalan 7.00 1.38 2 Sawah dan Ladang 448.44 88.71 3 Kolam 5.00 0.99 4 PemukimanPerumahan 35.00 6.92 5 Agrowisata stroberi 1.56 0.30 6 Lain - lain 8.00 1.59 Jumlah 505.56 100 Sumber : Monografi Desa Alam Endah Tahun 2004

5.1.2. Sejarah Agrowisata Stroberi Petik Sendiri

Desa Alam Endah merupakan pelopor dalam mengusahakan stoberi secara komersial di wilayah Kabupaten Bandung. Desa ini terletak 8 Km dari terminal Ciwidey. Pada awalnya daerah ini merupakan sentral sayuran dataran tinggi, yaitu jenis sayuran yang potensial untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor seperti bawang daun, seledri, kubis kol, wortel, dan kentang. Tanaman stroberi sendiri merupakan tanaman baru yang memiliki prospek cerah dan berkembang cepat di Desa Alam Endah. Tanaman stroberi pertama kali ada di Desa Alam Endah sekitar tahun 1992, tetapi hanya dijadikan sebagai tanaman hias di pekarangan rumah. Sekitar tahun 1996, akhirnya penduduk setempat mencoba membudidayakan stroberi secara serius. Budidaya dilakukan di kebun dengan menggunakan polybag sebanyak 400 pohon yang dapat menghasilkan 5-6 kg per panen. Hasil yang diperoleh ini dijual kepada Bandar sayuran dengan harga Rp 8 000kg. Pada akhir tahun 1997, mereka sudah dapat menghasilkan ± 40 kg perhari. Keadaan ini tentu saja membuat pusing pihak bandar karena pada saat itu pasar untuk stroberi masih sangat sulit, sedangkan kondisi buah stroberi yang sifatnya tidak tahan lama dan mudah rusak perishable harus segera dipasarkan. Didukung oleh kondisi keberatan dari pihak bandar serta harga jual yang tidak mengalami kenaikan maka akhirnya terbentuklah Kelompok Petani Stroberi Ciwidey KPSC pada tahun 1998 yang beranggotakan 7 orang. KPSC ini dibentuk dengan tujuan untuk memasarkan stroberi yang telah dihasilkan oleh para anggotanya. Semakin bertambahnya minat petani yang beralih usahatani dari sayuran ke stroberi maka lembaga pemasaran stroberi pun bertambah satu dengan nama Mekar Mukti. Pada tahun 1999 KPSC berubah nama jadi P3SC Pusat Pengembangan dan Pemasaran Stroberi Ciwidey, sedangkan Mekar Mukti berdiri tahun 2001. Bagi petani, keberadaan lembaga pemasaran menjadikan mereka tidak kesulitan dalam memasarkan hasil panennya, karena mereka akan membeli seluruh hasil panen anggotanya. Desa Alam Endah merupakan desa yang dilalui jalur pariwisata menuju Kawah Putih, Cimanggu, Walini dan Danau Patengan. Kondisi demikian pada tahun 2002 melahirkan ide dari salah satu petani stroberi yang mempunyai lahan di pinggir jalan untuk membudidayakan stroberi dengan sistem agrowisata dengan alasan untuk menambah penghasilan serta menjual suasana yang alami. Sistem agrowisata ini memasarkan stroberi secara langsung kepada konsumen dengan teknik konsumen diberi kesempatan memetik sendiri stroberi yang akan dibelinya. Setelah tahun 2003, usaha agrowisata stroberi petik sendiri banyak diminati oleh para pengusaha tani yang mempunyai lahan di pinggir jalan. Keadaan ini membuat jalur pariwisata menjadi bertambah ramai setiap akhir pekan, sehingga desa ini terkenal dengan agrowisata stroberinya. Bagi pengusaha tani yang membuka lahan dipinggir jalan, apabila hasil dari petik sendiri buah stroberinya masih tersisa maka mereka menjual buah stroberinya ke pihak P3SC atau Mekar Mukti. Saat ini petani stroberi yang mengusahakan stroberi secara petik sendiri sekitar 26 petani dengan rata-rata lahan luas yang digarap 600 m 2 dan mempunyai fasilitas yang berbeda sesuai kemampuan masing-masing pengusaha tani. Harga jual stroberi yang ditawarkan pengelola pada musim penghujan mencapai Rp. 35 000,00kg, sedangkan pada musim kemarau mencapai Rp. 30 000,00.

5.2. Karakteristik Responden