Tujuan Penilaian Tari sebagai Kegiatan Pertunjukan
Sumber:
www.tanobatak.iles.wordpress.com
Gambar 1.17
Dewi Shinta pada Sendratari Ramayana. Perhatikan sikap jemari
tangannya. Sikap tangan seperti ini merupakan pengaruh dari India.
Sikap jemari tangan ngruji, nyempurit, dan ngiting pada
Tari Jawa gaya Yogyakarta dan Solo merupakan pengaruh sikap tangan paham India. Ketiganya mengandung arti yang
berbeda pada kitab seni Tari India, yaitu Natya Sastra karya
Baratha Muni. Pengaruh ini sejalan dengan proses perkembangan budaya
menjadi larut dalam kultur masyarakat setempat. Sebagai contoh kecil, pembauran dan larutnya kultur antarbangsa yang
berbeda pada seni tari tradisional Anda, terdapat pada bentuk gerak tari yang satu sama lain menyerupai, tetapi dengan
nama yang berbeda. Pada tari gaya Yogyakarta, gerak seperti
ngruji yang dipakai untuk bentuk gerak tangan yang juga dipakai untuk salah satu gerak tari Bali. Bentuk gerak yang
sama dipakai istilah ngruyung untuk gaya Solo, dan di Sunda
digunakan istilah nanggre.
Istilah mudra pataka atau ngruji, atau ngruyung pada
ajaran India yang bersumber dari Natya Sastra, mengandung
arti sebagai berikut: -
hutan -
sungai atau laut -
kuda -
waktu malam -
bulan purnama -
hari hujan -
sinar matahari -
bulan atau tahun
Kegiatan Seni
Perhatikanlah gerakan sebuah tari, kemudian
tulislah ciri-ciri gerak tari tersebut.
Fungsi dan Peran Tari di Masyarakat
17
Pada umumnya, pemakaian sikap tangan mudra ini meng -
utamakan segi estetisnya dibanding ekspresi secara simbolis. Dengan kata lain, meskipun bentuk gerak sama dengan
simbol ajaran Hindu di India, gerakan yang dilakukan tidak mengandung arti tertentu bagi Anda. Gerakan dipakai dan
ditempatkan dalam koreograi dengan alasan hanya karena bentuknya yang dinilai indah.
Setelah melewati fase feodalisme, kondisi sosial ekonomi di Indonesia membaik, perkembangan seni tari tradisional
mendapat tempat yang ‘membaik’ pula. Masyarakat tidak lagi ragu untuk berkreativitas menuangkan ide dan karya yang
inovatif, setelah selama ini dibelenggu oleh status sosial yang menganggap bahwa pribumi
inlander bodoh. Sebelumnya, tari hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan dan para
pejabat kolonial, sebagai sebuah hiburan yang memuaskan mereka. Pada saat bangsa terlepas dari kolonialisme, dunia seni
tari tradisional merebak bak jamur di musim semi, setiap daerah memiliki sanggar-sanggar tari yang dipenuhi para peminat.
Berpuluh-puluh–bahkan beratus-ratus tarian–di setiap daerah dipelajari, diperkenalkan, dan masuk ke kalangan pejabat sebagai
hiburan atau tari persembahan. Hal ini menimbulkan gairah bagi para koreografer untuk semakin menambah kekayaan seni
tari Indonesia. Mereka menyelenggarakan festival-festival tari daerah, juga kursus tari bagi semua kalangan.
Sumber:
www.tanobatak.iles wordpress.com
Tarian yang berkembang karena efek sosial dan psikologis, menempatkan tari menjadi sebuah media ungkapan jiwa yang
dapat memberikan proit, juga media kritik, media releksitas hidup masyarakat, media ungkap bagi jiwa yang memiliki
kebebasan hidup. Hal ini menciptakan tarian yang pada saat itu dikenal dengan sebutan tari kreasi baru, mengembangkan tari
Gambar 1.18
Tarian berkembang karena efek sosial dan psikologis. Tari Kebyar
Duduk tari tunggal dari Bali salah satu contohnya.
Kegiatan Seni
Carilah informasi mengenai berbagai tari tunggal
Nusantara. Anda dapat mencarinya di buku, majalah,
surat kabar, atau, internet. Temukan keunikan gerak,
kostum, dan iringan tari tunggal tersebut.
Praktis Belajar Seni Tari untuk SMAMA
18