Agency Thinking Deskripsi Data II 1. Riwayat Responden

“gak, datang dengan sendirinya aja itu nanti. Kalo memang merasa kita cocok ya udah kita jalanin, kalo gak ya gak gitu.” W.N.W.110611.2; baris 398-401 “karna udah banyak yang mengenal kita, pribadi kita, sehari-hari kita. Itu yang membuat kita malas mencari, nanti kan kadang-kadang ada yang datang sendiri, yang mau lebih dekat lagi.” W.N.W.110611.2; baris 544-549 Di satu sisi, N berpikir bahwa anaknya mungkin bisa menjadi hambatan untuk pernikahan kelaknya. Sehingga N berpikir bahwa N harus mulai menyimpan tabungan untuk anaknya agar kelak ketika N menikah, anak tidak lagi menjadi hambatan atau masalah dalam rumahtangganya yang baru. “...kepinginnya kalau mau menikah lagi, setidak-tidaknya kakak punya tabungan sendiri jadi kita nanti untuk membiayain anak tidak berat, atau tidak mengharapkan suami kita lagi. Kan lebih enak dia, lebih nyaman kan. Kadang-kadang kan yang namanya rumahtangga mau juga kan, takutnya hari ini dia baik sama kita, besok mempermasalahkan masalah anak kita, kan itu yang dikhawatirkan. Jadi kalo kita punya tabungan sendiri kan kita bebas kasih dia.” W.N.W.110611.2; baris 247-261

3. Agency Thinking

Agency mencerminkan persepsi individu bahwa dia mampu mencapai tujuannya melalui jalur-jalur yang dipikirkannya, agency juga dapat mencerminkan penilaian individu mengenai kemampuannya bertahan ketika menghadapi hambatan dalam mencapai tujuannya. Ketika individu menghadapi hambatan, agency membantu individu menerapkan motivasi pada jalur alternatif terbaik. Universitas Sumatera Utara N memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri bahwa N bisa menikah lagi. Dari karakteristik pribadi dirinya, N berpikir bahwa dia bukanlah orang yang jahat. Selain itu, N juga memiliki banyak teman dan kenalan, termasuk teman laki-laki yang sudah mengenalnya dengan baik, baik di lingkungan kerja maupun di luar lingkungan kerja. Hal ini membuat N yakin bahwa suatu hari dia pasti bisa menemukan seseorang yang cocok dengannya dan bisa menikah lagi. “kita kan bukan orang jahat.. pasti bisa kan, pasti ada yang mau, gak mungkin gak ada yang mau.” W.N.W.110611.2; baris 418-421 N juga berpikiran bahwa mungkin anak bisa menjadi hambatan kelak untuk pernikahannya. N berpikiran untuk menyiapkan tabungan untuk anak dan N juga merasa sebagai orang yang suka bekerja keras sehingga pasti bisa mengusahakan tabungan untuk anaknya. Dengan adanya tabungan yang disimpannya sendiri untuk anaknya kelak maka N merasa yakin bahwa N bisa menikah kelak dan anak tidak akan menjadi suatu hambatan. “itu tadi lah kita harus punya tabungan sendiri, punya tabungan dulu, udah cukupkah, udah mampukah kita menikah lagi, gitulah.” W.N.W.110611.2; baris 469-472 N juga berdoa kepada Tuhan untuk diberikan jodoh yang lebih baik lagi. Hal ini bisa membantu menimbulkan keyakinan N terhadap harapannya untuk menikah lagi. “ada sembahyang, minta supaya jodoh kita lebih baik lagi. Yah seperti biasalah, doa-doa seperti di agama lain kan diajarkan juga.” W.N.W.110611.2; baris 513-516 Universitas Sumatera Utara Selain itu, N memiliki kontrol atas hidupnya sendiri, N yang menentukan bagaimana hidupnya nanti. Orang lain tidak terlalu mempengaruhi hidup N. N juga berpikir bahwa N memiliki kontrol sendiri untuk menikah kelak. “yah mudah-mudahan lah, maksudnya yah kalo memang kita mau menikah lagi yah dua-duanya harus udah ada kesepakatan kan.” W.N.W.110611.2; baris 536-539 Tabel 3. Gambaran Harapan Menikah Lagi Pada Responden 2 No Keterangan Responden 2

1 Goal

- Responden berharap untuk menikah lagi agar anaknya memiliki sosok seorang ayah yang menyayangi anaknya. - Responden memandang pernikahan lagi sebagai hal yang penting agar dia memiliki pendamping hidup yang melindunginya di hari tua. - Responden menentukan target waktu untuk menikah lagi yaitu minimal setelah anaknya lulus SD.

2 Pathway Thinking

- Responden terbuka dengan laki-laki dan mau berhubungan serius jika ada yang berkenan di hatinya. - Responden memiliki pergaulan yang luas baik di lingkungan kerja maupun di luar lingkungan kerja.

3 Agency Thinking

- Responden berpikir bahwa karakteristik dirinya sendiri yang membuat dia yakin bisa menikah lagi. - Responden memiliki kontrol atas hidupnya sendiri.

4. Pembahasan