Pendekatan Mimetik Potret Sejarah Revolusi Indonesia dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Karya Mochtar Lubis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
bangunan dan fungsi sosial. Revolusi membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa,
antusiasme, kegemparan, kegirangan, kegembiraan, optimisme dan harapan; perasaan hebat dan perkasa; keriangan aktivisme dan menggapai kembali
makna kehidupan; melambungkan aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan.
52
Istilah revolusi memang telah muncul di abad ke 14, ketika itu revolusi semata berarti gerakan melingkar circular. Revolusi berarti penggantian
penguasa secara melingkar atau penggantian seluruh elite politik menyertai kemunculan negara nasional.
53
Konsep revolusi modern baru terbentuk sekitar abad ke 18 saat pecahnya revolusi di Prancis tahun 1789. Pada waktu itu
istilah revolusi digunakan untuk melukiskan terobosan zaman serupa, penataan ulang kehidupan masyarakat secara fundamental. Kemudian pada
abad ke 19 perkembangan modernitas yang tak tertandingi industri, urbanisme, kapitalisme juga menjadi “era emas” ide revolusi yang
memengaruhi kehidupan sehari-hari. Masyarakat dipandang mengalami perubahan progresif menuju tatanan masa depan yang ideal. Marx
menggunakan konsep revolusi sebagai alat ampuh untuk menumbangkan kapitalisme dan sebagai landasan untuk membangun masyarakat komunis
sebagai penggantinya.
54
Revolusi atau perubahan secara cepat didahului oleh kondisi yang disebut “revolutionary prodrome”, yang meliputi peningkatan ketakpuasan,
keluhan, kekacauan, dan konflik yang disebabkan krisis ekonomi atau fiskal. Selain itu revolusi juga terjadi karena rezim lama hancur, golongan moderat
yang menang berupaya memelihara kesinambungan dengan masa lalu, kekuatan radikal dan ekstrem mampu mengeksploitasi kekecewaan yang
meluas dan memobilisasi massa serta menggantikan golongan moderat. Tahap “teror” mulai ketika kekuatan radikal mencoba memaksakan ketertiban dan
52
Ibid.
53
Ibid., h. 359.
54
Ibid.
menyapu bersih semua bekas rezim lama, hingga akhirnya keseimbangan dipulihkan di tahap terakhir dalam arti pulih dari demam revolusi.
55
b Teori Utama Revolusi
Dalam Sztompka dijelaskan beberapa aliran utama teori revolusi. Masing-masing adalah:
Pertama, aliran tindakan. Aliran ini menekankan pada revolusi yang ditandai oleh perubahan mendasar ciri prilaku manusia. Perilaku beradab
digantikan oleh perilaku binatang yang hendak saling memangsa. Sorokin mencatat perubahan seperti itu ke dalam enam bidang: a transformasi reaksi
terhadap ucapan; b penyelewengan reaksi terhadap pemilikan; c penyelewengan reaksi seksual; d penyelewengan reaksi terhadap tugas; e
penyelewengan reaksi terhadap kekuasaan dan bawahan; dan f reaksi terhadap agama, moral, estetika, dan berbagai bentuk perilaku lainnya.
Kedua, aliran psikologi. Aliran ini mengabaikan bidang tindakan reflek atau naluriah dasar yang beralih ke bidang orientasi sikap dan motivasi. Teori
ini erat kaitannya dengan pemikiran akal sehat commmon sense. Revolusi disebabkan oleh sindrom mental yang menyakitkan di mana kesengsaraan
mendorong pemberontakan. Ketiga, aliran struktural. Aliran ini memusatkan perhatian pada tingkat
struktur makro. Revolusi adalah hasil hambatan dan ketegangan struktural dan terutama bentuk hubungan khusus antara rakyat dan pemerintah. Penyebab
revolusi dicari di tingkat hubungan sosial khusus, yakni dalam kondisi hubungan antarkelas dan antarkelompok baik nasional maupun internasional.
Keempat, aliran politik. Aliran ini melihat revolusi sebagai sifat fenomena politik yang menganggap bahwa revolusi bukanlah fenomena luar
biasa penyimpangan, tetapi justru kelanjutan proses politik dengan cara lain.
56
55
Ibid., h. 363-364.
56
Ibid., h. 366-372.
c Sejarah Singkat Masa Revolusi Indonesia Pasca Kemerdekaan
Revolusi yang terjadi di Indonesia merupakan suatu momen pembebasan yang memungkinkan rakyat Indonesia untuk menentukan masa depannya
sendiri setelah bertahun-tahun dijajah oleh bangsa asing.
57
Revolusi secara harfiah bukan berarti anti-Belanda, melainkan sebagaimana yang diungkapkan
oleh para pemimpin republik yang mengartikan bahwa revolusi lebih kepada anti-imperialis dan anti kolonialis.
58
Maka tidaklah mengherankan apabila hasilnya bukan sebuah bangsa baru yang harmonis dan serasi, justru muncul
suatu pertarungan sengit antar individu dan kekuatan sosial. Mengenai orang- orang Indonesia yang mendukung revolusi, ditarik perbedaan antara kekuatan
perjuangan bersenjata dan kekuatan diplomasi, antara mereka yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang menentangnya, antara golongan
kiri dan golongan kanan, dan sebagainya. Semua perbedaan itu merupakan gambaran suatu masa ketika perpecahan-perpecahan yang menimpa Indonesia
beraneka ragam dan terus berubah. Bagi kaum revolusioner, segala sesuatu tampak dimungkinkan kecuali kekalahan.
59
Indonesia memulai perubahan setelah Jepang menyerah, ditandai dengan adanya sebuah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.
60
Pemerintahan baru pun segera dijalankan, di antaranya membagi wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi, mengangkat gubernur untuk setiap
provinsi, dan memberikan intruksi mengenai pemerintahan di luar Jakarta melalui para utusan Komisi Nasional Indonesia Pusat KNIP.
61
Setelah mengetahui Jepang menyerah, Belanda segera memanfaatkan momen ini untuk kembali menguasai Indonesia. Hal ini ditandai dengan
datangnya sekutu yang diboncengi oleh Belanda sendiri. Terjadilah
57
Robert Bridson Cribb, Gejolak Revolusi Di Jakarta 1945-1949 Pergulatan antara Otonomi dan Hegemoni, Terj. dari Jakarta in the Indonesian Revolution, 1945-1949 oleh Hasan
Basri
,
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990, h. 9.
58
Ibid.
59
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Terj. dari A History of Modern Indonesia Since c. 1200 oleh Satrio Wahono, dkk,
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005, Cet. Ke-II, h. 428-429.
60
Robert Bridson Cribb, Op. Cit., h. 7.
61
Ibid.