E. Sinopsis Tiga Cerpen dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Karya
Mochtar Lubis
1. Sinopsis “Cerita Mengapa Sebenarnya Haji Jala Menggantung Diri”
CSMHJMD Cerpen ini menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Haji Jala.
Haji Jala adalah orang yang patuh kepada pemerintah, juga sebagai sosok yang berpengaruh di desanya. Ketika zaman Jepang, rakyat diperintahkan
untuk menempati kembali tanah-tanah perkebunan onderneming bekas pendudukan Belanda, Haji Jala pun patuh, dan segera menduduki tanah
onderneming itu. Kemudian ketika revolusi pecah, rakyat diperintahkan untuk menguasai tanah musuh, Haji Jala kembali mematuhi perintah, dan menyeru
kepada rakyat untuk berjuang merebut tanah-tanah itu. Bahkan Haji Jala memperbesar tanahnya, menanam pohon buah-buahan, membuka tempat
untuk ikan, dan menambah ladangnya. Namun setelah undang-undang baru berlaku, di mana tanah-tanah
perkebunan tersebut harus dikembalikan ke Belanda, Haji Jala tetap teguh untuk merebut dan mempertahankan tanah-tanah tersebut. Lama kelamaan
Haji Jala dituduh membuat repot pemerintah, ia pun disuruh mengembalikan tanah-tanah itu. Sebenarnya Haji Jala gelisah, di satu sisi ia tetap ingin
mendukung hak rakyat, tapi di sisi lain ia takut kalau dianggap melawan pemerintah. Rakyat pun merasa dipermainkan oleh pemerintah, mereka mulai
bertanya kepada Haji Jala mengapa dulu ia menyuruh menduduki, sekarang ketika diambil lagi ia tidak membela dan berdiam diri tak berkutik. Ia pun
menyesal dan menjadi sangat malu, memilih untuk tidak keluar rumah, mengurung diri di kamar, hingga akhirnya bunuh diri.
2. Sinopsis “Cerita dari Singapura”
“Cerita dari Singapura” ini mengisahkan tentang seorang dokter asal Singapura bernama Bannerjee. Ia dipertemukan oleh seorang laki-laki dari
Indonesia dalam Konferensi Inter-Asia di New Delhi pada tahun 1947. Suatu ketika laki-laki itu dimintai tolong oleh seseorang bernama Ramli. Ramli
memberikan sepucuk surat yang berisi tentang kabar terbunuhnya pemuda dari Indonesia dalam perjuangan perang membantu Malaya melawan tentara
Inggris, dan meminta agar laki-laki tersebut menyampaikannya kepada keluarga si pemuda di Sumatera. Hal itu mengingatkan dr. Banerjee pada
kejadian di tahun 1946 ketika revolusi di Indonesia sedang memuncaknya. Pada masa revolusi itu hubungan Indonesia dengan Singapura sangat dekat,
banyak pemuda-pemuda Indonesia yang datang untuk memperoleh senjata atau alat kemiliteran lainnya.
Ketika itu, dr. Bannerjee dimintai tolong oleh seorang Melayu untuk mengobati pemuda dari Indonesia yang tengah menyelundupkan senjata ke
Sumatera. Pemuda yang tengah menunggu kapal dari Sumatera itu terluka di bagian dada saat sedang memainkan senjata. Darah terus saja mengucur dari
dada si pemuda, membuat dr. Bannerjee menyerah dan menyarankan agar pemuda tersebut segera di bawa ke rumah sakit. Namun, setelah dipikir-pikir
kalau pemuda itu dibawa ke rumah sakit, maka aparat kepolisian akan menyelidiki penyebabnya, dan sudah pasti polisi akan menyita senjata-senjata
tersebut, terlebih lagi pada waktu itu Singapura dibawah kemiliteran yang ketat, tidak boleh sembarang orang memegang senjata. Hal itu membuat dr.
Bannerjee gelisah, ia dipermainkan oleh hatinya sendiri, karena dr. Banerjee dihadapkan pada dua pilihan. Memilih untuk membiarkan pemuda itu mati
dan menyelamatkan organisasi pembelian senjata Indonesia di Singapura atau menolong pemuda itu namun harus kehilangan ikatan kerjasama tersebut. Dr.
Bannerjee terus berusaha menolong pemuda itu dengan membalut lukanya, namun seperempat jam kemudian pemuda itu mati. Sejak saat itu dr.
Bannerjee menyesal dan selalu merasa bersalah. 3.
Sinopsis “Si Djamal Anak Merdeka” Cerpen ini menceritakan tentang sekelompok pemuda yang tengah
berbincang santai di sore hari, namun topik pembicaraan mereka adalah mengenai hasil perjanjian Konferensi Meja Bundar KMB yang menyatakan
bahwa Belanda telah berdaulat atas kemerdekaan Indonesia, akan tetapi Belanda tetap ingin menguasai daerah Irian Barat dan membentuk Uni