Pertama, membaca secara cermat cerpen “Cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung Diri”, “Cerita dari Singapura”, dan “Si Djamal Anak
Merdeka” karya Mochtar Lubis untuk mencari kata dan kalimat yang mengandung unsur sejarah revolusi Indonesia.
Kedua, penulis menandai kata dan kalimat yang berkaitan dengan sejarah revolusi Indonesia dalam cerpen “Cerita Sebenarnya Mengapa Haji
Jala Menggantung Diri”, “Cerita dari Singapura”, dan “Si Djamal Anak Merdeka” karya Mochtar Lubis. Data-data yang terkumpul digunakan sebagai
data primer dalam penyusunan analisis sesuai tujuan yang akan dicapai.
J. Teknik Analisis Data
Adapun langkah yang digunakan untuk menganalisis data sebagai berikut:
a. Menganalisis cerpen “Cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung
Diri”, “Cerita dari Singapura”, dan “Si Djamal Anak Merdeka” karya Mochtar Lubis dengan menggunakan analisis struktural untuk mengetahui
bagiamana unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen-cerpen tersebut.
b. Melakukan pembahasan terhadap hasil analisis yang berkaitan dengan
sejarah revolusi Indonesia dalam cerpen “Cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung Diri”, “Cerita dari Singapura”, dan “Si Djamal Anak
Merdeka” karya Mochtar Lubis melalui pendekatan mimetik. c.
Mengimplikasikan cerpen “Cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung Diri”, “Cerita dari Singapura”, dan “Si Djamal Anak
Merdeka” karya Mochtar Lubis pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dengan menghubungkan materi pelajaran di sekolah.
d. Menyimpulkan hasil penelitian.
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Cerpen
Semua tekskarya rekaan yang berbentuk narasi tidak dalam bentuk dialog disebut dengan prosa narasi, isinya berupa sederetan peristiwa atau
sejarah yang dibentuk dengan sedemikian rupa melalui percampuran antara kenyataan dengan imajinasi penciptnya. Dalam kelompok ini, cerita pendek
termasuk di dalamnya.
1
Cerita pendek atau disingkat dengan cerpen adalah cerita yang melukiskan sebuah peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut
persoalan jiwa atau kehidupan manusia.
2
Edgar Allan Poe dalam Nurgiyantoro mengatakan bahwa “cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam
sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam”.
3
Sementara Ellery Sedgwick mengatakan dalam Tarigan “Cerita pendek adalah penyajian
suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan
hal-hal yang tidak perlu atau “a short-story must not be cluttered up with irrelevance”.”
4
Ajip Rosidi juga memberikan batasan dan keterangan bahwa “cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu
kebulatan ide.... Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa: pendek, padat, dan lengkap. Tidak ada
bagian-bagian yang boleh dikatakan “lebih” dan bisa dibuang”.
5
1
Melani Budianta, dkk. Membaca Sastra, Magelang: Indonesia Tera, 2006, h. 77.
2
Widjojoko, dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia,Bandung: UPI Press, 2006, h. 37.
3
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2013, Edisi Revisi, h. 12.
4
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, Bandung: ANGKASA, 2011, Edisi Revisi, h. 179.
5
Ibid., h. 180.