Metode Pengolahan Data METODE PENELITIAN

pendukung di Pastel Pizza Rijsttafel. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan responden tersebut mempunyai kompetensi dalam bidangnya. Kemudian mempunyai kontribusi yang besar terhadap perumusan dan pelaksanaan strategi promosi pada perusahaan dan mempengaruhi pengambil kebijakan pada perusahaan. Pemilihan responden tersebut dilakukan dengan alasan dapat mewakili perusahaan serta mempunyai kewenangan dan mengetahui informasi mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.

4.4 Metode Pengolahan Data

Metode AHP Analitycal Hierarchi Process ini digunakan sebagai alat analisis dan diproses dengan menggunakan software Expert Choice 2000 untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai prioritas promosi yang tepat bagi perusahaan. Berdasarkan kerangka kerja AHP, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi melalui wawancara dengan pihak perusahaan. Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dibuat struktur hierarkinya dan menjadi dasar untuk pembuatan kuisioner yang diberikan kepada responden dengan porsi yang sama, tidak diberi pembobotan. Kuisioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat struktur hierarki. Hasil pengolahan data ini diperlukan untuk menganalisis faktor- faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan strategi promosi sesuai dengan tujuan promosi perusahaan dan pemilihan alternatif strategi promosi yang tepat dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar dan tabel. Menurut Saaty 1993, tahapan kerja AHP terdiri dari 8 delapan langkah utama, adapun penjelasan dari setiap langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki. Tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem, seperti tujuan, kriteria dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi bedasarkan kemampuan pada analisis untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem. 2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Hierarki merupakan abstraksi strukur sistem yang mempelajari interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini mempunytai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor- faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku- pelaku yang memberi dorongan, tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario. Penyusunan hierarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada tingkat puncak hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat dibawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya. Gambar 3. Model Struktur Hierarki Proses Hierarki Analitik sumber : Saaty, 1993 3. Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding berpasangan adalah matriks yang mempertimbangkan bobot unsur dalam suatu hierarki dengan F 1 Fn O 2 A 1 S 1 Tingkat 1 : Fokus F 2 G An Sn On O 1 O 3 A 3 S 2 S 3 F 3 A 2 Tingkat 2 : Faktor Tingkat 3 : Pelaku Tingkat 4 : Tujuan Tingkat 5 : Skenario unsur-unsur dalam hierarki di atasnya. Matriks ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian dan struktur hirarki analisa. Matriks ini dimulai dari puncak hirarki yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada di bawahnya. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada dipuncak hierarki. Menurut perjanjian suatu elemen yang ada disebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada disebelah kiri suatu elemen di puncak matriks. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah ketiga. Setelah matrik perbandingan berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan pembandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j. Perbandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan pernyataan ”seberapa kuat elemen baris ke-i di dominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j? ”. Apabila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah ”seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j sehubungan dengan elemen dipuncak hirarki?”. Untuk menganalisis matriks berpasangan, digunakan skala banding. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibanding dengan elemen lainnya sehubungnan dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah. 5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki X dibandingkan dengan Fj, sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan dengan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya. Contoh : bila F24 memiliki nilai 7, maka nilai elemen F42 adalah 17 Tabel 6. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas Pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya 5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggal yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. Sumber : Saaty, 1993 6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5, untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, berkenaan dengan kriteria elemen diatasnya. Matriks pembandingan dalam metode PHA dibedakan menjadi : a. Matriks Pendapat Individu MPI, Matriks MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a ij yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. nilai-nilai dalam MPI dapat diubah-ubah oleh individu yang bersangkutan sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, namun apabila ada MPI yang tidak memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi maka MPI tersebut tidak diikutsertakan dalam analisis. Matriks Pendapat Individu dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks Pendapat Individu MPI G A 1 A 2 A 3 … A n A 1 A 2 A 3 … A n a 11 a 21 a 31 … a 1n a 12 a 22 a 32 … a n2 a 13 a 23 a 33 … a n3 … … … … … a 1n a 2n a 3n … a nn Sumber : Saaty, 1993 b. Matriks Pendapat Gabungan MPG, Matriks MPG adalah susunan matriks baru yang elemen g ij berasal dari rata-rata geometrik pendapat- pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 0.1 atau 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Matriks Pendapat Gabungan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Matriks Pendapat Gabungan MPG G G 1 G 2 G 3 … G n G 1 G 2 G 3 … G n g 11 g 21 g 31 … g 1n g 12 g 22 g 32 … g n2 g 13 g 23 g 33 … g n2 … … … … … G g 2n g 3n … G nn Sumber : Saaty, 1993 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu : 1 Pengolahan Horizontal dan 2 Pengolahan Vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Inkonsistensi tinggi. a. Pengolahan horizontal terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan vektor prioritas vektor eigen, uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi - Perkalian baris Z atau Nektor Eigen VE dengan rumus : Dimana : a ij k = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI atau MPG ke-k = Perkalian dari elemen k=1 sampai k=n n = jumlah elemen pada setiap tingkat - Perhitungan Vektor Prioritas VP atau Rasio Vektor Eigen adalah : - Perhitungan nilai Eigen Maks, λ maks dengan rumus : VA = a ij x VA dengan VA = Va i VB = i VP VA dengan VB = Vb i dan λ maks = n 1 n i i vb 1 untuk I = 1,2,3….n - Perhitungan Indeks Inkonsistensi CI dengan rumus : CI = 1 n n maks - Perhitungan Rasio Inkonsistensi CR adalah : CR = RI CI RI = indeks acak random indeks menurut Saaty, 1993, dari matriks berorde 1 sampai dengan 15 yang menggunakan sampel berukuran 100 Tabel 7. n n k ij k a 1 Zi = i, j = 1, 2, ……,n n n k ij a 1 n n k u a 1 n i 1 VPi = VP = VP i , untuk i = 1, 2, …,n n k 1 Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 0,1 persen merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat Saaty,1993. Tabel 9. Nilai Indeks Acak Orde n Indeks acak RI Orde N Indeks Acak RI 1 0,00 8 1,41 2 0,00 9 1,45 3 0,58 10 1,49 4 0,90 11 1,51 5 1,12 12 1,48 6 1,24 13 1,56 7 1,32 14 1,57 Sumber : Saaty, 1993 b. Pengolahan vertikal merupakan lanjutan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan suatu prioritas pengarauh setiap elemen pada tingkat tertentu dalam suatu tingkat hirarki terhadap fokus atau tujuan utamanya, Prioritas-prioritas yang diperoleh dalam pengolahan horizontal sebelumnya disebut prioritas lokal, karena hanya berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding yang merupakan anggota elemen-elemen tingkat diatasnya. Hasil akhir pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu bobot prioritas setiap elemen pada tingkat dalam suatu hirarki terhadap sasarannya. Apabila CV ij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama maka ; CV ij = 1 1 , i xVMt i t CH j i Untuk ; i = 1, 2, 3, …, n j = 1, 2, 3, …, n t = 1, 2, 3, …, n Dimana : CH ij t, i-I = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat diatasnya i-I, yang diperoleh dari hasil pengolahan horizontal. VWt i-I = prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke i-I terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horizontal. P = jumlah tingkat hirarki keputusan r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i-j 8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks inkonsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesaui dengan dimensi masing-masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen. Rasio inkonsistensi diperoleh setelah matriks diolah secara horizontal dengan menggunakan expert choice version 2000. Jika rasio inkonsistensi mempunyai lebih dari 10 persen, maka informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisisan ulang kuisioner dan mengarahkan responden yang mengisi kuisioner.

4.5 Definisi Operasional