Penelusuran produk Optimasi Traceability

minimum batch dispersion adalah 6, tetapi nilai batch komponennya adalah 8. Hal ini bukanlah suatu masalah, karena ini hanya alternatif dari software LINGO 8.0 dan nilainya tidak lebih minimum dari nilai minimum batch dispersion. Pada kode bahan baku 14 BU, nilai minimum batch dispersionnya adalah 3 dan jumlah batch dispersion awalnya adalah 7. Sedangkan untuk kode bahan baku 16 BU, nilai minimum batch dispersionnya sama dengan kode bahan baku 14 BU, yaitu 3. Hal ini dapat disebabkan karena hasil produk akhir yang diinginkan sama, yaitu 3L SF, 2L SF, dan BLOK. Tetapi kenapa jumlah batch dispersion awalnya berbeda, hal ini disebabkan karena jumlah bahan baku awalnya berbeda, yaitu 141,2 kg pada kode bahan baku 14 BU dan 145,5 kg sehingga pembagian batch komponennya menjadi beragam, karena tergantung size udang tersebut. Dengan menggunakan LINGO 8.0, diberikan alternatif jumlah batch komponen dalam satuan kg pada kode bahan baku 14 BU, yang dapat dilihat dari variabel QCOMP Quantity Componen Lampiran 3, yaitu 66,2 kg, 66,2 kg, 7,8 kg, dan 1 kg yang terdiri dari 4 batch. Sedangkan 16 BU alternatifnya ada 4 batch juga yang jumlahnya 22,7 kg, 60,4 kg, 60,4 kg, dan 2 kg. Secara umum, dari keempat hasil nilai minimum batch dispersion ini dapat mewakili keadaan proses produksi. Hal ini disebabkan, jumlah batch tidak jauh berbeda dan jenis produk akhir yang ingin dihasilkan sama. Hal ini disebabkan, jika perusahaan mendapatkan pemesanan yang sangat banyak dan dibutuhkan dalam waktu tertentu yang telah ditentukan buyer, maka perusahaan akan mengejar target, sehingga terkadang jumlah batch produk akhirnya sama.

4.3.4 Penelusuran produk

Sistem traceability dikembangkan untuk menelusuri downward dispersion produk di seluruh supply chain dan memberi kemungkinan untuk menelusuri balik upward dispersion produk dari manapun dalam rantai. Pada proses produksi, untuk mengevaluasi akurasi dari traceability diperkenalkan cara penelusuran yaitu downward dispersion dan upward dispersion Dupuy et al. 2002. Tabel 14 menunjukkan bahwa semua batch akan lebih baik dilakukan downward dispersion pada penelusuran proses produksi udang. Hal ini disebabkan jumlah D_DISP downward dispersion nilainya lebih besar dari pada U_DISP upward dispersion. Hal ini juga menunjukkan bahwa kemungkinan permasalahan berasal dari bahan baku dan karena hanya jumlah 1 supplier. Tabel 14 Nilai D_DISP danU_DISP Batch bahan baku D_DISP U_DISP 12 AI 4 1 14 AI 6 1 14 BU 3 1 16 BU 3 1 Downward dispersion pada batch bahan baku merupakan jumlah batch produk akhir yang mengandung bagian dari batch bahan baku tersebut. Menurut Dupuy et al. 2002, downward traceability atau biasa disebut tracing, merupakan kapasitas pada supply chain, untuk menemukan asal usul dan karakteristik dari suatu produk dari satu atau beberapa kriteria yang ada. Upward dispersion pada batch produk akhir yaitu jumlah batch bahan baku yang berbeda yang digunakan memproduksi batch ini. Menurut Dupuy et al. 2002, upward traceability atau biasa disebut tracking, merupakan kapasitas pada supply chain , untuk menemukan lokasi dari suatu produk dari satu atau beberapa kriteria yang ada. Downward dispersion dan upward dispersion akan membantu untuk melakukan recall produk. Gambar 22 menunjukkan penelusuran proses produk breaded black tiger berdasarkan pengkodean setiap tahapan proses dari stuffing hingga penerimaan bahan baku. Penelusuran ini merupakan downward dispersion, yang merupakan kemampuan untuk mengenali asal usul dari produk yang digunakan khususnya pada unit trade, sehingga bisa dikatakan downward dispersion merupakan bottom-up, yaitu penelusuran dari bawah ke atas Thakur and Hurburgh 2009. Penelusuran ini dilakukan jika terjadi permasalahan pada bahan baku. Selain itu, supplier yang hanya terdiri dari satu supplier perharinya, mempengaruhi jumlah downward dispersion dan upward dispersion , dimana pada Tabel 14 menunjukkan bahwa lebih baik dilaksanakan downward dispersion jika jumlah supplier hanya 1 perharinya. PROSES PENGKODEAN Gambar 22 Penelusuran proses produk breaded black tiger berdasarkan pengkodean setiap tahapan proses dari stuffing hingga penerimaan bahan baku Stuffing Penyimpanan dalam cold storage Pengemasan dalam master carton 2010.08.19 I . BU . D 2010.08.19 Pengemasan dalam polibag Checking filth, Metal detecting and weight 14 BU 4L SF Pembekuan Final checking Penimbangan 2 Penyusunan dalam tray Breading Battering Predust 14 BU 4L SF 5 14 BU 4L SF 5 Stretching Penggoresan perut Pencucian 4 Pembuangan kotoran Pengupasan Pencucian 3 Penimbangan 1 Sortasi 14 BU 4L SF B Pencucian 1, Penerimaan bahan baku Headless Pencucian 1 Penerimaan bahan baku Headon 14 BU BT HL BT 14 BU Pencucian 2 Pemotongan kepala Headon Sebaliknya, penelusuran produk breaded black tiger berdasarkan pengkodean setiap tahapan proses dari penerimaan bahan baku hingga stuffing, merupakan upward dispersion, yang merupakan kemampuan untuk mengikuti bagian unit hilir pada supply chain, sehingga bisa dikatakan bahwa upward dispersion merupakan top- down , yaitu penelusuran dari atas ke bawah Thakur and Hurburgh 2009. Penelusuran ini dilakukan jika terjadi permasalahan pada bagian hilir. Peran karyawan sangat mempengaruhi baik tidaknya mutu produk akhir. Hal ini karena semua tahapan proses produksi dilakukan oleh karyawan. Pengkodean di dalam tahapan proses produksi tidak hanya kode-kode tentang identitas bahan baku udang, tetapi informasi tentang karyawan yang menangani tahapan proses juga sangat penting. Mutu produk yang kurang baik dapat disebabkan oleh kesalahan karyawan. PT X membagi karyawan berdasarkan kelompoknya, tetapi pengkodean karyawan hanya dilakukan pada tahapan proses di ruang PTO dan ruang breaded. Hal ini disebabkan karena pada ruangan ini, kualitas akhir produk akhir sangat menentukkan. Menurut Dupuy et al. 2002, sistem traceability yang baik harusnya dapat menemukan asal usul dengan cepat terutama pada proses produksi dengan memperhatikan produk. Sistem traceability yang baik tidak hanya memperhatikan keefektifan tracing, tetapi juga mengurangi recall dan jumlah batch pada produk akhir. Menurut Dupuy et al. 2002, SOVIBA merupakan salah satu french firm yang memproduksi hamburger, harus melakukan recall terhadap produknya. Hal ini disebabkan adanya BSE Bovine Spongiform Encephalopathy pada bahan bakunya. Perusahaan ini harus menarik 37 ton produk akhirnya dari supermarket karena 3 ton daging terindikasi. Setelah kasus ini berakhir, SOVIBA tidak hanya memperbaiki kualitasnya, tetapi juga mengurangi jumlah dari batch campuran daging. Pada hasil penelitian ini, jumlah batch bahan baku menjadi batch komponen, dan akhirnya menjadi batch produk akhir, jumlahnya sama dan tidak terdapat pencampuran bahan baku pada setiap suppliernya. Sehingga kemungkinan kontaminasi dapat dicegah dan ditanggulangi. Selain itu, tidak adanya pengurangan jumlah pada pembagian batch atau pun penggabungannya, hal ini disebabkan karena dari awal penerimaan bahan baku, perusahaan meminta udang black tiger yang berkualitas 1 dan 2 kepada supplier, sehingga kemungkinan udang tidak terpakai, dapat dihindari, sehingga jumlahnya jelas. Menurut Dupuy et al. 2002, sistem informasi untuk keefektifan traceability akan sulit ditemukan jika jumlah produksi batchnya terlalu besar ataupun banyaknya campuran. Oleh karena itu perlu diamati sistem traceability. Pada dasarnya sistem traceability berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, membuat informasi yang dapat digunakan sepanjang food supply chain. Dilihat dari keamanan pangannya, informasi ini dapat digunakan untuk traceback sehingga dapat ditemukan sumber dan penyebab permasalahan yang dapat menghentikan permasalahan ataupun mencegah hal ini terjadi lagi. Sistem traceability ini juga memungkinkan digunakan untuk menemukan produk yang siap di kirim yang penting dalam pengambilan ataupun panggilan kembali CIES-The Food Business Forum 2005. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengurangan batch dispersion pada batch 12 AI dari 10 menjadi 4, pengurangan batch dispersion pada batch 14 AI dari 8 menjadi 6, pengurangan batch dispersion pada batch 14 BU dari 7 menjadi 3, dan pengurangan batch dispersion pada batch 16 BU dari 5 menjadi 3. Pengurangan batch dispersion dapat mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi fisik, kimia, dan mikrobiologi serta defect selama proses produksi. Selain itu pengurangan jumlah batch akan mempermudah proses penelusuran, sehingga sistem traceability pun menjadi lebih optimal.

5.2 Saran

Konsep batch dispersion dapat dilakukan dengan menggunakan metode lain seperti metode heuristik atau biasa dikenal dengan metode pendekatan, kemudian dibandingkan dengan metode branch and bound. Sedangkan saran yang dapat saya berikan kepada perusahaan, adalah lebih diperhatikan dispersi batch pada proses produksi dan dapat meminimumkan dispersi batch tersebut sehingga optimasi traceability dapat menjadi lebih efektif. Selain itu, banyaknya supplier tidak hanya difokuskan satu supplier, tetapi dapat lebih dari satu sehingga akan lebih keliatan batch dispersion nya dan juga akan diketahui, lebih baik menggunakan satu atau beberapa supplier.