Penelitian Terdahulu Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Hibrida dan Inbrida (Studi Kasus Desa Suru, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, dan Desa Clumprit, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur)

dibedakan menjadi dua macam yaitu biaya tunai dan biaya non tunai biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh petani. Biaya non tunai merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani seperti contoh biaya sewa traktor dan pajak lahan sawah. Secara umum biaya digolongkan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variabel cost. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Salah satu contoh dari biaya tetap adalah pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayarkan dengan jumlah yang tidak akan berubah walaupun hasil dari usahatani tersebut melimpah ataupun gagal panen. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Produksi yang diperoleh biasanya berkaitan langsung dengan penggunaan faktor produksi yang digunakan. Sebagai contoh biaya untuk sarana produksi. Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Cara menghitung biaya total adalah sebagai berikut: TC = FC + VC , dengan VC = P x . X, sehingga TC = FC + P x . X ……………………………………………………………… 2 Keterangan : TC = Biaya total FC = Biaya tetap VC = Biaya tidak tetap P x = Harga input X = Jumlah input yang digunakan Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: π = TR – TC………………………………………………………………….... 3 Keterangan: π = Pendapatan usahatani atau laba TR = Penerimaan usahatani TC = Pengeluaran usahatani

3.1.2.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Ratio

Analisis imbangan penerimaan dan biaya RC Ratio merupakan perbandingan ratio atau nisbah antara penerimaan revenue dan biaya cost. RC ratio diguanakan untuk mengukur tingkat kelayakan dari suatu usahatani yang didasarkan pada perhitungan secara finansial. Semakin besar nilai RC ratio maka menunjukan semakin besar penerimaan usahatani yang diterima dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Pengukuran RC ratio memiliki tiga kategori dalam menentukan layak atau tidaknya suatu kegiatan usahatani, antara lain: - RC ratio 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya dan kegiatan usahatani tersebut termasuk kategori layak secara finansial. - RC ratio 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil daripada tambahan biaya dan kegiatan usahatani tersebut termasuk kategori tidak layak secara finansial. - RC ratio =1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang sama besar atau perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran seimbang dan kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. 3.1.3 Fungsi Produksi Menurut Soekartawi 2003, fungsi produksi adalah hubungan antara variabel yang dijelaskan Y dan variabel yang menjelaskan X. Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis, hubungan ini dapat ditulis sebagai berikut: Y = f X 1 , X 2 , X 3 ,…,X n …………………………………………………………. 4 Persamaan diatas menyatakan bahwa output Y dipengaruhi oleh sejumlah n input. Variabel Y merupakan output produksi dan variabel X merupakan input produksi, sehingga semua variabel X input akan mempengaruhi variabel Y output seperti luas lahan, tenaga kerja, dan benih. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi yang dikenalkan oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P. H. pada 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A Theory of Production”. Fungsi produksi Cobb-Douglas banyak dikembangkan oleh peneliti menjadi berbagai modifikasi fungsi yang tidak terbatas fungsi produksi saja seperti fungsi biaya Cobb-Douglas dan fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas banyak digunakan karena dianggap penting untuk menjelaskan problematik yang muncul dalam peristiwa ekonomi. Selain itu, penggunaan fungsi Cobb-Douglas dalam menduga fungsi produksi antara lain Soekartawi 2002: a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain, misalnya pada fungsi kuadratik. b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi sekaligus menunjukan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas tersebut juga menunjukan tingkat besaran Return to Scale. Fungsi Cobb-Douglas memiliki definisi sebagai fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel-variabel tersebut antara lain variabel dependen atau varibel yang dijelaskan Y dan variabel independen atau variabel yang menjelaskan X. Secara matematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut: Y = β X 1 β1 X 2 β2 β … X i βi … X n βn e u …………………………………………….. 5 Menurut Soekartawi 2002, fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah menjadi fungsi linear sehingga persamaan tersebut ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural. Bentuk logaritma ini berfungsi untuk menaksir parameter-parameter dalam persamaan sehingga persamaan tersebut menjadi fungsi persamaan linear berganda multiple linear yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil ordinary least square. Bentuk transformasi dapat dituliskan sebagai berikut: Ln Y = Ln β + β 1 Ln X 1 + β 2 Ln X 2 + … + β n Ln X n + e ……………………… 6 Keterangan: Y = Variabel dependen output X 1 , X 2 , Xn = Variabel independen input β , β 1 , β 2 , β n = Koefisien variabel independen u = Gangguan stokhastik disturbance term e = Logaritma natural, e = 2,718 Fungsi Cobb-Douglas yang telah dilogaritmakan dan menjadi fungsi linear ini harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena nilai nol pada suatu bilangan logaritma akan menghasilkan nilai yang besarnya tidak diketahui infinite