Pupuk Penggunaan Input .1 Lahan

6.1.2.5 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penggerak dalam usahatani padi. Tenaga kerja yang digunakan petani dibedakan menjadi dua macam yaitu tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK. TKDK dan TKLK memiliki jumlah jam kerja yang sama per harinya yaitu delapan jam. Pemberian upah TKLK bagi laki-laki sebesar Rp 50 000 dan bagi wanita sebesar Rp 40 000. Penggunaan tenaga kerja padi hibrida dan inbrida yaitu dimulai dari proses.persiapan lahan sampai proses pemanenan. Penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida Kegiatan TKDK TKLK Rata-rata HOKhektar Rata-rata HOKhektar Hibrida Inbrida Hibrida Inbrida 1. Persiapan Lahan 3.52 4.57 4.47 4.70 2. Penyemaian 1.38 1.39 0.18 0.19 3. Penanaman 2.51 2.67 1.05 1.31 4. Penyulaman 0.26 0.56 0.00 0.00 5. Pemupukan 4.63 5.64 5.82 4.36 6. Penyiangan 4.27 4.71 5.82 4.36 7. Penyemprotan 3.60 5.07 1.34 0.91 8. Pemanenan 6.48 6.96 0.80 3.62 Total 26.66 31.56 19.48 19.44 Sumber: Olahan Data Primer 2013 Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan TKDK padi inbrida lebih besar dibandingkan penggunaa TKDK padi hibrida sedangkan penggunaan TKLK padi hibrida lebih besar dibandingkan penggunaan TKLK padi inbrida. Hal ini menunjukan bahwa padi hibrida lebih mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida dapat dibedakan berdasarkan luas lahan. Penggunaan tenaga kerja secara keseluruhan padi inbrida lahan luas dan lahan sempit lebih besar dibandingkan penggunaan tenaga kerja padi inbrida lahan luas dan lahan sempit. Penggunaan tenaga kerja secara keseluruhan padi inbrida lahan sempit lebih besar dibandingkan penggunaan tenaga kerja padi inbrida lahan luas, padi hibrida lahan sempit, dan padi inbrida lahan luas. Penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida Kegiatan TKDK TKLK Rata-rata HOKhektar Rata-rata HOKhektar Hibrida Inbrida Hibrida Inbrida Lahan Luas Lahan Sempit Lahan Luas Lahan Sempit Lahan Luas Lahan Sempit Lahan Luas Lahan Sempit 1. Persiapan Lahan 3.40 3.67 4.39 4.52 4.51 4.62 4.72 4.77 2. Penyemaian 1.34 1.44 1.42 1.41 0.22 0.23 0.16 0.18 3. Penanaman 2.42 2.45 2.77 2.84 1.07 1.20 1.24 1.33 4. Penyulaman 0.25 0.25 0.53 0.50 0.00 0.00 0.00 0.00 5. Pemupukan 4.48 4.71 5.74 5.83 5.94 6.02 4.21 4.28 6. Penyiangan 4.31 4.31 4.92 4.92 5.92 5.99 4.61 4.52 7. Penyemprotan 3.72 3.51 4.85 4.90 1.24 1.14 0.72 0.64 8. Pemanenan 6.55 6.67 6.99 7.01 0.72 0.89 3.49 3.61 Total 26.47 27.01 31.61 31.93 19.62 20.09 19.15 19.33 Sumber: Olahan Data Primer 2013 Perbedaan penggunaan tenaga kerja terletak pada kearifan lokal daerah tempat usahatani berasal. Kearifan lokal penggunaan TKLK di Desa Suru mengenal istilah borongan dan kedokan. Borongan merupakan penggunaan tenaga kerja pada saat kegiatan pemanenan. Biaya yang dikeluarkan dengan borongan adalah Rp 35 000 untuk setiap kuintal hasil panen yang dihasilkan suatu lahan. Kedokan merupakan penggunaan tenaga kerja pada saat proses penanaman benih dan kegiatan pemanenan. Petani pemilik lahan yang menggunakan kedokan melakukan pembayaran tenaga kerja dengan pembagian hasil panen yaitu seperdelapan dari hasil panen yang didapat. Kearifan lokal penggunaan TKLK di Desa Clumprit mengenal istilah upah panen. Penggunaan tenaga kerja upah panen merupakan bantuan dari tetangga pada saat proses pemanenan. Petani pemilik lahan yang upah panen melakukan pembayaran dengan pembagian hasil panen yaitu seperenambelas dari hasil panen. Secara keseluruhan, petani di Desa Clumprit melakukan bantuan tetangga atas dasar kekeluargaan. Kearifan lokal penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Kearifan lokal penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida Jumlah padi kghektar Biaya Rp Hibrida Inbrida Hibrida Inbrida 1. Borongan 10.66 11.47 373 100 401 450 2. Kedok 156.33 140.00 547 155 489 988 3. Upah panen 135.67 114.84 474 845 401 940 Sumber: Olahan Data Primer 2013 Berdasarkan Tabel 18, pemakaian sistem kedokan dan dibantu keluarga petani hibrida lebih memakan banyak biaya dibandingkan petani inbrida karena pembagian hasil padi hibrida yang lebih banyak. Kearifan lokal penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida dapat dibedakan berdasarkan luas lahan. Kearifan lokal penggunaan tenaga kerja padi hibrida pada lahan luas dan lahan sempit lebih banyak dibandingkan penggunaan tenaga kerja padi inbrida pada lahan luas dan lahan sempit. Kearifan lokal penggunaan tenaga kerja padi hibrida pada lahan luas lebih banyak dibandingkan penggunaan tenaga kerja padi hibrida pada lahan sempit, padi inbrida pada lahan luas, dan padi inbrida pada lahan sempit. Hal ini disebabkan karena lahan luas menghasilkan lebih banyak padi dibandingkan lahan sempit sehingga pembayaran menggunakan hasil panen menjadi lebih banyak. Kearifan lokal penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Kearifan lokal penggunaan tenaga kerja pada padi hibrida dan inbrida berdasarkan luas lahan Jumlah padi kghektar Biaya borongan Rp Hibrida Inbrida Hibrida Inbrida Lahan Luas Lahan Sempit Lahan Luas Lahan Sempit Lahan Luas Lahan Sempit Lahan Luas Lahan Sempit 1. Borongan 11.01 10.41 11.72 11.64 385 350 364 350 410 200 407 400 2. Kedok 157.10 156.22 139.68 139.11 549 850 546 770 488 880 486 885 3. Upah panen 136.21 135.82 114.63 113.90 476 735 475 370 401 205 398 650 Sumber: Olahan Data Primer 2013

6.2 Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Hibrida dan Inbrida

Analisis pendapatan usahatani merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur hasil yang didapatkan oleh petani dalam bentuk rupiah selama melakukan kegiatan usahatani. Hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan analisis pendapatan usahatani adalah mencari penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah padi hibrida inbrida dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Pengeluaran usahatani merupakan penjumlahan dari biaya tetap tunai, biaya tetap non tunai, biaya variabel tunai, dan biaya variabel non tunai. Biaya tetap tunai merupakan biaya yang dikeluarkan langsung oleh petani dan jumlah yang dikeluarkan relatif tetap tidak dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Komponen biaya tetap tunai dalam usahatani padi hibrida dan inbrida adalah pajak atas kepemilikan lahan sawah, sewa traktor, dan biaya pengairan. Pajak merupakan pungutan yang dibebankan oleh petani terhadap lahan yang dimilikinya. Pajak lahan sawah dibayarkan oleh petani kepada petugas pajak setiap tahunnya. Besarnya pajak yang dibebankan petani tergantung oleh besarnya luas lahan yang dimiliki. Sewa traktor merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani ketika kegiatan persiapan lahan. Traktor ini digunakan petani untuk membantu membajak sawah karena menghemat waktu dan tenaga. Biaya pengairan merupakan biaya yang dikeluarkan atas jasa pihak yang mengatur pasokan air pada lahan pertanian milik petani. Biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengairan adalah 100 kg gabah basahhektar. Biaya tetap non tunai merupakan biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung oleh petani dan jumlah yang dikeluarkan relatif tetap tidak dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya tetap non tunai dalam usahtani padi hibrida dan inbrida ini adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan dan biaya sewa lahan. Biaya penyusutan dihitung berdasarkan jumlah barang yang digunakan terhadap umur ekonomis dari barang tersebut. Biaya variabel tunai merupakan biaya yang dikeluarkan langsung oleh petani dan jumlah yang dikeluarkan dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Komponen biaya variabel tunai dalam usahatani padi hibrida dan inbrida adalah biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya kearifan lokal tenaga kerja. Biaya pupuk dan biaya pestisida juga dikeluarkan oleh petani sesuai dengan lahan dan jumlah benih yang mereka tanam. Pupuk yang digunakan oleh petani dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat yang digunakan petani yaitu pupuk organik, pupuk TSP, pupuk Urea, pupuk Phonska, dan pupuk ZA sedangkan