subsidi yang diterima petani. Disimpulkan bahwa preferensi risiko petani dipengaruhi oleh status kesejahteraan, tingkat pendidikan, umur petani, subsidi yang diterima
petani dan jumlah keluarga petani yang terlibat dalam usahatani. Diantara studi yang menganalisis nilai preferensi risiko petani, Serra et al.
2009 menyatakan bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan antara preferensi risiko petani COP organik dan konvensional, karena kedua kelompok petani tersebut
sama-sama bersifat risk averse. Dengan menggunakan nilai absolute risk aversion yang dikembangkan Arrow-Pratt, Kumbhakar 2002 juga menyimpulkan bahwa
semua petani salmon bersifat risk averse. Tingkat risk averse petani dapat disusun berdasarkan nilai AR yang dimiliki, sehingga semakin tinggi nilai AR petani berarti
semakin tinggi sifat risk averse yang dimiliki petani tersebut dibandingkan dengan petani yang memiliki nilai AR yang rendah. Kumbhakar 2002 juga menyatakan
bahwa hasil analisis Love dan Buccola menunjukkan bahwa preferensi risiko produser dalam hal ini petani sangat penting dalam pengambilan keputusan dalam alokasi
input yang digunakan dan juga output yang dihasilkan, karena input dan output merupakan variabel yang dapat ditentukan atau dipilih oleh petani.
2.3. Penelitian Mengenai Usahatani Organik
Banyak penelitian atau studi yang telah dilakukan terkait dengan pertanian organik. Ada yang melakukan studi kelayakan ekonomi terhadap usaha pertanian organik,
seperti Pazek dan Rozman 2007 dan Medina 2008. Sedangkan Rubinos et al. 2007, Serra et al. 2009 dan Madau 2005 melakukan studi komparatif antara usaha pertanian
organik dan non organik. Edera et al. 2009 dan Ruka et al. 2006 menganalisis dari sisi perilaku petani terhadap usahatani organik.
Pazek dan Rozman 2007 menganalisis kelayakan usahatani organik pada petani apel, plum dan domba di Slovenia menggunakan model simulasi Cost Benefit Analysis
CBA. Usahatani organik layak untuk diusahakan, dengan asumsi bahwa harga hasil pertanian sesuai dengan harga yang diharapkan oleh petani. Studi yang dikaukan Medina
2008 adalah melakukan analisis kelayakan ekonomi dan strategi manajemen risiko pada usaha cereal, sayuran dan buah organik di Spanyol. Disimpulkan bahwa produksi yang
dicapai pada usahatani organik cenderung lebih rendah dibandingkan usaha non organik. Tetapi usaha organik dan non organik mempunyai keberlangsungan ekonomi economic
viability yang setara karena produk organik mempunyai harga yang lebih tinggi dari pada non organik.
Studi komparatif yang dilakukan Rubinos et al. 2007 terhadap usaha padi organik dan non organik di Philipina menyatakan bahwa produksi usaha padi non organik
23 lebih besar dari usaha padi organik, tetapi usaha padi non organik mempunyai biaya input yang tinggi. Karena harga jual padi organik lebih tinggi maka penerimaan return
usaha padi non organik lebih rendah bila dibandingkan dengan penerimaan usaha padi organik. Sedangkan Mandau 2005 melakukan komparasi estimasi efisiensi teknik antara
pertanian cereal organik dan non organik di Italia, menyimpulkan bahwa efisiensi teknik pada pertanian cereal organik sedikit berada di bawah usaha cereal konvensional relatif
terhadap masing-masing frontier-nya. Tetapi bukan berarti usahatani cereal konvensional
lebih efisien dari pada usahatani cereal organik, karena kedua usahatani tersebut berada pada kondisi teknologi frontier yang berbeda. Studi yang dilakukan Serra et al. 2009
adalah membandingkan perbedaan risiko dan preferensi risiko petani . Dari hasil analisisnya diketahui bahwa usahatani organik mempunyai hasil per hektar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan usahatani konvensional dan usahatani organik mempunyai keuntungan yang lebih tinggi, walaupun biaya yang dikeluarkan pada usahatani organik
lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani konvensional. Usahatani organik mempunyai nilai koefisien variasi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani
konvensional.
Edera et al. 2009 meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik petani padi dalam melakukan usaha padi organik, menunjukkan bahwa daya tarik melakukan
usaha padi organik dipengaruhi oleh luas lahan garapan, harga jual gabah organik, harga jual gabah non organik dan faktor kesuburan tanah. Disimpulkan bahwa usaha padi
organik menguntungkan dari segi ekonomi. Sedangkan Rukka et al. 2006 meneliti hubungan antara karakteristik petani dengan respon petani dalam menggunakan pupuk
organik pada usaha padi sawah menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk organik adalah luas lahan garapan dan pengalaman usahatani.
Pendidikan formal tidak berpengaruh pada respon petani dalam penggunaan pupuk organik.
Berbeda dengan dari penelitian diatas, Lien et al. 2002 melakukan analisis perbandingan risiko produksi, risiko harga dan risiko kebijakan antara usahatani organik
dan konvensional di Norwegia. Disimpulkan bahwa risiko pendapatan yang paling tinggi terdapat pada usahatani organik. Sejalan dengan hasil penelitian Medina 2008,
Lien et al. 2002 juga menyatakan bahwa usahatani organik merupakan usaha yang memiliki viabilitas atau keberlanjutan yang paling tinggi secara ekonomi dibanding
dengan usahatani konvensional. Guan dan Wu 2009 melakukan analisis preferensi risiko menyatakan bahwa tingkat AR petani tidak dipengaruhi oleh umur dan pendidikan,
tetapi dipengaruhi oleh jumah anggota keluarga yang berpartisipasi dalam proses produksi dan subsidi dari pemerintah yang diterima oleh petani.
2.4. Tinjauan Studi Menggunakan Model Fungsi Just Pope