4. Diversifikasi Merupakan strategi yang digunakan petani dalam menghadapi ketidakpastian harga
dan ketidakpastian hasil yang dicapai. Agar lebih efektif, dalam menghadapi fluktuasi harga dan income, maka usaha diversifikasi yang dilakukan harus
mempunyai harga dan hasil yang saling berlawanan antara usaha yang satu dengan yang lainnya.
5. Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah pada umumnya bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian
harga pasar dibanding dengan ketidakpastian hasil yang dicapai. Kebijakan harga dasar dari pemerintah terhadap komoditi tertentu biasanya mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pendapatan petani. Kebijakan dari pemerintah yang lain misalnya adanya subsidi yang diberikan kepada petani.
3.3. Faktor Penentu Penerapan Usahatani Padi Organik
Pada Sub Bab terdahulu telah dijelaskan mengenai teori produksi, risiko produksi dan preferensi risiko petani. Hubungan antara input yang digunakan, risiko
produksi yang dihadapi petani serta preferensi risiko petani dalam penerapan usahatani padi organik, dijelaskan dalam Sub Bab ini.
Tingkat produktivitas yang dicapai petani dalam berusahatani tidak terlepas dengan risiko produksi yang dihadapi oleh petani. Input yang digunakan akan
mempengaruhi tingkat risiko produksi, karena input yang digunakan dalam melakukan usahatani bisa bersifat risk decreasing yang mampu menurunkan tingkat
risiko produksi atau input bersifat risk increasing yang menyebabkan meningkatnya risiko produksi. Penggunaan berbagai input ditentukan oleh petani sebagai pengelola
usahatani. Kumbhakar 2002 menyebutkan bahwa petani memutuskan untuk memilih
jenis dan jumlah input yang dipakai, dipengaruhi oleh preferensi risiko. Petani padi di Kabupaten Sragen dihadapkan pada dua pilihan usahatani padi
dengan teknologi yang berbeda. Pilihan pertama adalah usahatani padi non organik yang bersifat capital intensive, dan mempunyai kemungkinan rata-rata hasil lebih
rendah dan tingkat risiko yang lebih rendah. Sedang pilihan kedua adalah usahatani padi organik, yang bersifat labour intensive dengan input luar yang rendah dan
mempunyai kemungkinan rata-rata hasil lebih tinggi dan diikuti dengan risiko lebih tinggi seperti yang telah ditunjukkan pada data Tabel 3.
Banyak faktor yang diduga mempengaruhi petani dalam memilih melakukan usahatani padi organik yang di dalamnya terdapat risiko lebih besar dibandingkan
dengan usahatani padi non organik. Faktor tersebut di antaranya adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani padi, luas lahan, status lahan, pengalaman
berusahatani padi dan preferensi risiko petani. Umur petani mencerminkan kekuatan fisik petani, dan kekuatan fisik petani akan berhubungan dengan usahatani padi
organik yang bersifat labour intensive. Sehingga umur petani diduga merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan usahatani organik.
Tingkat pendidikan formal dan non formal petani akan mempengaruhi pengetahuan dan penguasaan teknologi. Pengalaman berusahatani pada umumnya akan
berpengaruh pada tingkat penguasaan usahatani yang lebih baik dan akan mempunyai keinginan untuk mencoba melakukan cara usahatani yang baru. Adanya pendapatan
lain yang diperoleh di luar usahatani padi juga mempengaruhi keputusan melakukan usahatani padi organik karena apabila petani mempunyai penghasilan di luar
usahatani padi, diperkirakan petani akan lebih berani menghadapi risiko kegagalan produksi. Sedangkan preferensi risiko petani berpengaruh pada keberanian petani
dalam mengambil keputusan berisiko. Untuk lebih memperjelas, maka ditampilkan Gambar 5 mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian. Preferensi risiko mempengaruhi petani dalam menentukan jumlah dan jenis
input usahatani Kumbhakar, 2002. Keputusan petani melakukan usahatani padi organik yang bersifat padat tenaga kerja dan berisiko lebih tinggi atau memilih
melakukan usahatani padi non organik yang bersifat padat modal yang didalamnya mempunyai risiko produksi lebih rendah, dipengaruhi oleh preferensi risiko petani.
Sedangkan preferensi risiko petani dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi yang melekat pada diri petani. Sebagaimana dikemukakan dalam hasil penelitian
Guan dan Wu 2009, bahwa preferensi risiko petani dipengaruhi oleh status kesejahteraan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam proses
produksi dalam usahatani, umur dan subsidi yang diterima oleh petani. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang berpengaruh pada preferensi risiko petani adalah aset
petani, pendapatan di luar usahatani, pengalaman usahatani dan status lahan garapan. Keempat faktor tersebut merupakan hal yang diduga berpengaruh terhadap preferensi
risiko petani di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini data aset yang dimiliki petani tidak dapat diperoleh, maka untuk mendekati data aset petani digunakan proxy luas
lahan yang dimiliki petani. Lahan yang dimiliki petani meliputi luas lahan rumah, pekarangan, kebun, sawah dan tegalan. Tingkat kesejahteraan petani tidak diukur dari
pendapatan usahatani, karena pendapatan dari usahatani padi yang diterima petani berfluktuasi di setiap musim panen. Faktor pendapatan di luar usahatani akan
berpengaruh pada penerapan usahatani padi organik. Petani yang mempunyai pendapatan di luar usahatani padi akan cenderung lebih berani menghadapi risiko
gagal panen. Faktor pengalaman usahatani padi akan berpengaruh pada penerapan usahatani padi organik, karena petani dengan pengalaman lebih lama akan cenderung
lebih cakap dalam mengatasi permasalahan dalam proses produksi. Petani pada awalnya akan melihat, lalu mencoba melakukan usahatani padi dengan menggunakan
pupuk organik yang masih ditambah dengan pupuk kimia, kemudian akan menerapkan usahatani organik secara murni. Sehingga pengalaman usahatani
mempengaruhi penerapan usahatani padi organik. Faktor status lahan garapan kemungkinan besar berpengaruh pada penerapan usahatani organik karena petani
dengan lahan sewa atau bagi hasil ada kecenderungan tidak akan berani menghadapi risiko produksi gagal panen.
3.4. Kerangka Pemikiran Operasional