Risiko Produksi dan Preferensi Risiko Petani

pemasaran hasil pertanian yang diproduksi secara organik, diharapkan mampu melindungi konsumen produk pertanian organik. Hal ini terkait dengan label sertifikasi organik yang memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang mereka beli adalah benar-benar merupakan hasil dari proses produksi secara organik. Definisi luas dari pertanian organik mencerminkan sebuah pendekatan praktis terhadap isu pertanian yang berkelanjutan sustainability agriculture.

2.2. Risiko Produksi dan Preferensi Risiko Petani

Robison dan Barry 1987 menyatakan bahwa penggunaan input usahatani juga berpengaruh pada risiko produksi yang dihadapi oleh petani. Input-input yang bersifat risk reducing atau yang bersifat mengurangi risiko, diantaranya adalah input pupuk, pestisida, penggunaan tenaga kerja dan sarana irigasi. Penggunaan jenis dan jumlah input yang digunakan dalam usahatani, berada di bawah keputusan petani. Petani akan menentukan jumlah penggunaan input pupuk, pestisida dan tenaga kerja sesuai dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi yang dimiliki petani. Menurut Villano et al. 2005 keberadaan risiko produksi akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan dalam alokasi input usahatani. Beberapa studi yang melakukan analisis estimasi fungsi produksi, fungsi risiko dan juga melakukan estimasi sikap petani terhadap risiko yang dihadapi, antara lain Kumbhakar 2002, Villano et al. 2005, Fariyanti et al. 2007, Guan dan Wu 2009, dan Serra et al, 2009. Kumbhakar 2002 melakukan analisis fungsi produksi dengan memasukkan unsur risiko dan inefisiensi teknis terhadap petani salmon. Input yang diduga berpengaruh terhadap produksi dan risiko yang dihadapi petani adalah curahan tenaga kerja, jumlah pakan dan besarnya modal. Sedangkan Villano et al. 2005 melakukan studi mengenai risiko produksi, preferensi risiko dan efisiensi teknis terhadap petani dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Kumbhakar 2002. Fungsi produksi rata-rata dan fungsi risiko yang dibangun Villano et al. 2005 dipengaruhi oleh faktor produksi luas lahan, pupuk, tenaga kerja, herbisida dan tahun dimana observasi dilakukan. Data yang digunakan adalah data panel dari 46 petani padi dari tahun 1990 sampai tahun 1997. Nilai preferensi risiko petani diestimasi dengan menggunakan Arrow Pratt absolute risk aversion AR. Fungsi AR dalam analisisnya, dimodelkan mempunyai hubunagn linier dengan kesejahteraan petani dan keuntungan yang diperoleh petani dalam melakukan usahatani. Dalam mengukur kesejahteraan petani, Villano et al. 2005 menggunakan proxy income di luar usahatani padi dan aset yang dimiliki petani. Fariyanti et al. 2007 meneliti mengenai pengaruh risiko produksi dan risiko harga terhadap perilaku ekonomi rumah tangga petani. Dalam menganalisis risiko produksi pada usahatani kentang dan kubis, digunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity GARCH. Dimodelkan bahwa risiko produksi pada usahatani kentang dan kubis dipengaruhi oleh penggunaan input lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Serra et al. 2009 mengkaji mengenai perbedaan risiko dan preferensi risiko yang dihadapi oleh petani COP Cereal, Oilsheed and Protein. Input yang digunakan dalam menganalisis fungsi produksi dan fungsi risiko adalah benih, pupuk, pestisida, air dan tenaga kerja. Guan dan Wu 2009 melakukan estimasi risiko produksi dan preferensi risiko petani dengan menggunakan model fungsi produksi Just Pope. Dimodelkan bahwa fungsi produksi dan fungsi risiko dibangun oleh faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida dan benih. Nilai AR petani oleh Guan dan Wu 2009 diasumsikan mempunyai hubungan linier dengan tingkat kesejahteraan petani didekati dengan nilai kekayaan petani, umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam proses produksi dan jumlah subsidi yang diterima petani. Disimpulkan bahwa preferensi risiko petani dipengaruhi oleh status kesejahteraan, tingkat pendidikan, umur petani, subsidi yang diterima petani dan jumlah keluarga petani yang terlibat dalam usahatani. Diantara studi yang menganalisis nilai preferensi risiko petani, Serra et al. 2009 menyatakan bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan antara preferensi risiko petani COP organik dan konvensional, karena kedua kelompok petani tersebut sama-sama bersifat risk averse. Dengan menggunakan nilai absolute risk aversion yang dikembangkan Arrow-Pratt, Kumbhakar 2002 juga menyimpulkan bahwa semua petani salmon bersifat risk averse. Tingkat risk averse petani dapat disusun berdasarkan nilai AR yang dimiliki, sehingga semakin tinggi nilai AR petani berarti semakin tinggi sifat risk averse yang dimiliki petani tersebut dibandingkan dengan petani yang memiliki nilai AR yang rendah. Kumbhakar 2002 juga menyatakan bahwa hasil analisis Love dan Buccola menunjukkan bahwa preferensi risiko produser dalam hal ini petani sangat penting dalam pengambilan keputusan dalam alokasi input yang digunakan dan juga output yang dihasilkan, karena input dan output merupakan variabel yang dapat ditentukan atau dipilih oleh petani.

2.3. Penelitian Mengenai Usahatani Organik