hasil estimasi preferensi risiko masing-masing petani dan faktor-faktor sosial ekonomi petani yang mempengaruhi sikap petani dalam menghadapi suatu risiko
tersebut. Setelah diketahui preferensi risiko petani dan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya, selanjutnya dibahas mengenai pengaruh preferensi risiko petani
terhadap penerapan usahatani padi organik berdasar hasil estimasi fungsi probabilitas.
6.1. Pengaruh Penggunaan Input terhadap Produktivitas dan Risiko Produksi
Ada perbedaan teknologi yang digunakan antara usahatani padi organik dan usahatani padi non organik. Teknologi tersebut merupakan jenis input yang
digunakan. Ciri utama yang membedakan antara usahatani organik dan non organik adalah pada penggunaan input pupuk dan pestisida. Pupuk yang digunakan usahatani
padi organik adalah pupuk organik berupa pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk organik yang diproduksi pabrik pupuk. Petani organik di Kabupaten Sragen
pada umumnya memanfaatkan kotoran ternak yang dimiliki atau memanfaatkan limbah tanaman pertanian untuk diolah menjadi pupuk organik. Input pestisida yang
digunakan pada usahatani padi organik adalah pestisida alami, dibuat dengan bahan dasar hewani atau nabati. Dua input tersebut yang mencirikan perbedaan antara
usahatani organik dan non organik. Hasil estimasi fungsi produksi dan fungsi risiko usahatani padi organik disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas dan Fungsi Risiko Produksi Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 14 diketahui nilai R
2
yang rendah, hal ini tidak menjadi masalah karena dari hasil analisis data menunjukkan nilai standard error yang kecil.
Koutsoyiannis 1977 menyebutkan bahwa nilai standard error merupakan kriteria yang lebih diutamakan apabila suatu penelitian mempunyai tujuan untuk menjelaskan
suatu fenomena ekonomi. Input benih yang digunakan dalam usahatani padi organik berpengaruh positif terhadap produktivitas walaupun tidak signifikan. Jumlah benih
rata-rata yang digunakan petani organik adalah 46.3 kg per hektar, sudah melebihi jumlah anjuran yang diberikan oleh Dinas Pertanian melalui BPP yaitu 30 kg per
hektar. Kebutuhan benih per hektar ini berdasar pada penghitungan jarak tanam yang digunakan petani. Dengan asumsi jarak tanam rata-rata 25 cm x 25 cm, setiap hektar
sawah terdapat 160 000 rumpun bibit padi. Apabila setiap rumpun rata-rata terdapat 4 bibit padi, maka dalam satu hektar diperlukan 640 000 butir gabah atau setara dengan
20 kg sampai 25 kg gabah bernas. Dengan asumsi daya tumbuh benih tersebut 90, maka jumlah benih yang dibutuhkan petani maksimal hanya 30 kg per hektar
Andoko, 2007. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemakaian input benih usahatani padi organik sudah melebihi tingkat optimumnya. Pemakaian input benih yang
berlebih disebabkan karena petani organik pada umumnya melakukan pembenihan Variabel
Koefisien Std. Error
T Hitung Prob |t|
Fungsi Produktivitas Konstanta
1.6115 0.784
2.060 0.050
Benih 0.0701
0.222 0.320
0.754 Pupuk
-0.0006 0.148
0.000 0.997
Pestisida 0.0578
0.047 1.220
0.234 Tenaga Kerja
0.4149 0.184
2.250 0.033
R² = 0.3090
Fungsi Risiko Konstanta
18.9455 1.164
16.272 0.001
Benih 0.9481
0.200 4.732
0.003 Pupuk
0.6278 0.130
4.843 0.003
Pestisida -0.2311
0.015 -15.733
0.001 Tenaga Kerja
-2.3687 0.166
-14.270 0.001
R² = 0.9329
sendiri. Memiliki input benih yang berasal dari hasil panen sebelumnya membuat petani mengaplikasikan benih berlebih.
Input pupuk pada fungsi produktivitas usahatani padi organik berpengaruh negatif terhadap produktivitas walaupun pada nilai yang sangat kecil yaitu -0.0006,
tetapi tidak signifikan. Dapat dijelaskan juga berdasar Tabel 6, bahwa penggunaan pupuk organik rata-rata adalah 6.79 ton per hektar, hingga melewati batas
rekomendasi yang seharusnya diaplikasikan yaitu sebesar 5 ton pupuk organik kandang atau kompos per hektar lahan sawah. Terkait juga dengan sikap petani yang
bersifat risk averse, yaitu menghindari risiko gagal panen, sehingga petani melakukan pemupukan secara berlebihan. Respon kesuburan tanaman padi terhadap pemupukan
dengan pupuk kandang atau kompos bersifat lebih lambat dibandingkan apabila dilakukan pemupukan dengan pupuk kimia, tetapi pupuk organik mempunyai efek
menyuburkan dalam jangka waktu lebih lama. Kondisi ini mendorong petani melakukan pemupukan secara berlebihan dengan harapan akan mencapai tingkat
kesuburan tanaman yang cepat dan setara dengan pemupukan menggunakan pupuk kimia. Karena pupuk organik adalah pupuk yang mempunyai sifat efek menyuburkan
dalam jangka waktu lama, seharusnya penggunaan pupuk organik kompos atau kandang semakin lama semakin dikurangi dosisnya, karena struktur tanah yang
semakin membaik. Andoko 2007 menyatakan pada tahap awal penanaman dengan menggunakan pupuk organik dibutuhkan sekitar 5 ton per hektar, untuk masa tiga
tahun berikutnya dosis yang dibutuhkan menurun sebesar 3 ton per hektar. Input pestisida organik pada usahatani padi organik mempunyai elasisitas
yang relatif rendah, yaitu 0.059. Penambahan input pestisida organik masih mampu menambah produktivitas usahatani padi organik, walaupun dalam jumlah yang
rendah. Kondisi ini dapat dijelaskan karena pada pelaksanaannya, pengendalian hama
dan penyakit dilakukan dengan beberapa cara. Selain menggunakan pestisida organik, petani juga melakukan pengendalian hama dengan cara-cara biologi dan fisik yaitu
dengan perangkap atau menggunakan umpan. Efek yang ditimbulkan dalam pemakaian pestisida organik relatif lebih lambat dibandingkan dengan pestisida kimia.
Apabila hama belum bisa dikendalikan, petani akan melakukan penyemprotan ulang sampai hama dan penyakit bisa dikendalikan. Ini dapat menjelaskan mengapa
pestisida organik mempunyai elastisitas rendah dibandingkan dengan input lain. Hampir sama dengan hasil penelitian Rubinos et al. 2007, bahwa input pestisida
pada usahatani padi organik di Filipina mempunyai elastisitas sangat kecil yaitu 0.015.
Input tenaga kerja yang digunakan pada usahatani padi organik berpengaruh positif terhadap produktivitas padi dengan elastisitas 0.415. Ini berarti petani padi
organik masih bisa meningkatkan produktivitasnya melalui penambahan penggunaan input tenaga kerja. Elasitistas input tenaga kerja mempunyai nilai paling besar
dibandingkan dengan elastisitas input lain. Berarti pada usahatani padi organik, produktivitas yang dicapai sangat responsif terhadap penggunaan input tenaga kerja.
Besar kecilnya tenaga kerja yang digunakan, akan sangat mempengaruhi produktivitas usahatani organik. Hal ini terkait juga dengan usahatani padi organik yang bersifat
labour intensive. Semakin intensif pengelolaan yang dilakukan pada usahatani padi organik, akan berpengaruh pada semakin menigkatnya hasil yang diperoleh. Apabila
curahan tenaga kerja ditingkatkan 1 akan meningkatkan produktivitas sebesar 0.415. Sama dengan hasil analisis Villano et al.2005 dan Ogada et al. 2010 yang
menyatakan bahwa input tenaga kerja berpengaruh positif pada produktivitas. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Rubinos et al. 2007 menyatakan bahwa tenaga
kerja pada usahatani padi organik mempunyai elastisitas negatif, yang
mengindikasikan bahwa pemakaian input tenaga kerja pada usahatani padi organik di Magsaysay Filipina sudah melebihi tingkat optimumnya.
Pada fungsi risiko, input benih risk increasing yang berarti apabila input tersebut ditambah atau dinaikkan penggunaanya akan memperbesar risiko produksi
atau sebaliknya jika dikurangi, akan memperkecil variasi terhadap produksi. Data petani didapatkan bahwa 73.3 petani menggunakan benih berasal dari pembibitan
yang dilakukan sendiri dan 26.7 petani menggunakan benih dari koperasi atau toko sarana produksi pertanian. Dimungkinkan hal ini yang menyebabkan mengapa benih
merupakan salah satu input bersifat penambah risiko prouduksi. Benih yang bermutu akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Sebaliknya, apabila kualitas benih tidak
diketahui dengan baik, maka berakibat pada produktivitas yang lebih rendah. Penggunaan pupuk organik juga bersifat risk increasing, artinya pupuk
organik berperan dalam meningkatkan risiko produksi yang dialami oleh petani. Pupuk organik merupakan salah satu sumber risiko dari usahatani padi organik. Pupuk
organik yang umumnya digunakan petani yaitu pupuk kandang atau pupuk kompos, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki oleh pupuk organik,
menurut Andoko 2007 adalah : 1 memperbaiki struktur tanah, 2 memperbaiki daya ikat air pada tanah, 3 memperbaiki daya ikat tanah terhadap zat hara 4
mengandung unsur hara lengkap, tetapi dalam jumlah sedikit, tergantung bahan penyusunnya. Pupuk organik juga mempunyai kelemahan. Menurut Sutanto 2002,
kelemahan yang dimiliki pupuk organik adalah : 1 kandungan unsur hara yang rendah, 2 menyediakan unsur hara dalam jumlah yang terbatas, 3 penyediaan hara
terjadi sangat lambat. kandungan unsur hara yang lengkap tetapi dalam jumlah sedikit. Beberapa kekurangankelemahan yang dimiliki oleh pupuk organik
merupakan penyebab timbulnya risiko produksi. Unsur hara tanah merupakan unsur
yang diperlukan dalam kesuburan dan pertumbuhan tanaman. Variasi hasil akan terjadi karena kandungan unsur hara antara pupuk organik yang satu dengan yang
lainnya juga bervariasi, tergantung dari bahan penyusunnya. Input pestisida organik juga bersifat risk decreasing atau bersifat pengurang
risiko. Penggunaan pestisida organik mampu menekan risiko produksi yang disebabkan karena serangan hama dan penyakit. Jika pemakaian pestisida ditambah,
akan berdampak pada penurunan risiko produksi. Robison dan Barry 1987 menerangkan bahwa input pestisida merupakan salah satu input yang bersifat risk
reducing atau input yang bersifat pengurang risiko. Risiko gagal panen yang dihadapi petani organik pada umumnya disebabkan karena serangan hama dan penyakit.
Sebagai contoh, hama tikus menyerang tanaman padi baik pada masa vegetatif maupun generatif. Hama tikus biasanya diatasi dengan cara fisik, yaitu dengan
memasang perangkap, membongkar sarang, atau menggunakan pestisida organik misalnya dengan memberi umpan dengan bahan dasar gadung racun. Cara ini perlu
ditingkatkan atau perlu dicari cara lain yang lebih efektif, karena selama ini penanggulangan hama tikus dengan menggunakan cara-cara tersebut belum mampu
memperkecil risiko gagal panen yang dihadapi oleh petani. Kemampuan petani dalam usaha untuk mengontrol serangan hama dan penyakit sangat mempengaruhi tingkat
produktivitas yang dicapai. Input tenaga kerja bersifat risk decreasing atau risk reducing, artinya
penggunaan input tenaga kerja mampu menurunkan risiko atau variasi hasil yang dicapai. Jika petani menambah curahan tenaga kerja, berarti penanganan usahatani
akan semakin intensif mulai dari proses pembibitan, pemupukan, penanggulangan hama penyakit sampai masa panen. Variasi produksi yang dicapai bisa berkurang
apabila dilakukan pembenihan dilakukan dengan baik, melakukan penyulaman
terhadap bibit padi yang tidak tumbuh, melakukan pengolahan tanah ringan pada saat bibit berumur 20 hari untuk memperlancar pertukaran oksigen dalam tanah,
melakukan penyiangan gulma dan tanaman pengganggu. Penanggulangan hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani organik pada umumnya bersifat preventif dan
terpadu. Pada umumnya petani melakukan penyemprotan pestisida organik, walaupun belum terjadi serangan. Petani melakukan pengendalian hama secara fisik dan
organik. Secara fisik yaitu dengan melakukan penangkapan atau dengan umpan. Secara organik yaitu dengan menggunakan pestisida hewani atau nabati yang dibuat
sendiri atau dibuat secara kelompok. Sehingga curahan tenaga kerja merupakan salah satu faktor pengurang risiko. Sejalan dengan hasil penelitian Koundouri 2005 juga
menyebutkan bahwa tenaga kerja bersifat menurunkan risiko produksi pada tingkat signifikansi yang tinggi.
Hasil estimasi fungsi produktivitas dan fungsi risiko usahatani padi non organik disajikan dalam Tabel 15. Pada fungsi produktivitas usahatani padi non
organik menunjukkan bahwa input pupuk organik mempunyai elastisitas sebesar 0.0263. Penambahan pupuk organik akan mengakibatkan penurunan produktivitas.
Hal ini terkait dengan jumlah pemakaian input pupuk kimia yang dipakai oleh petani padi non organik telah berlebih atau melebihi dosis pemakaian, sebagaimana telah
ditampilkan dalam Tabel 11 pada Bab V. Akibat dari pemakaian pupuk kimia Urea, SP36, NPKPhonska serta pupuk kimia lain yang berlebih tersebut, maka penambahan
pupuk organik tidak mampu lagi meningkatkan produktivitas. Hal lain yang bisa menjelaskan hubungan negatif antara produktivitas dengan pupuk organik adalah
petani padi non organik tidak menggunakan pupuk organik secara terus menerus pada setiap musim tanam, sehingga efek menyuburkan terhadap tanaman belum
berpengaruh karena terkait dengan sifat pupuk organik, dimana pengaruh terhadap
kesuburan tanah terjadi dalam kurun waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pupuk kimia dan diperlukan dalam jumlah besar.
Tabel 15. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas dan Fungsi Risiko Produksi pada Usahatani Padi Non Organik di Kabupaten Sragen Tahun 2010
Input pestisida berpengaruh positif terhadap produktivitas usahatani padi non organik. Penggunaan pestisida masih mampu menekan serangan hama dan penyakit,
sehingga peningkatan penggunaan pestisida pada petani non organik di Kabupaten Sragen akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Hasil analisis ini
sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Rubinos et al. 2007, menyatakan bahwa input pestisida berpengaruh positif terhadap produktivitas padi
non organik, sehingga untuk meningkatkan produktivitas, bisa dilakukan dengan menambahkan penggunaan pestisida. Villano et al. 2005 yang menyatakan bahwa
peningkatan pemakaian pestisida pada usahatani padi di Filippina akan meningkatkan produksi. Berbeda dengan hasil analisis Hartoyo et al. 2004 yang menyatakan
bahwa input pestisida yang digunakan petani di Cisarua mempunyai pengaruh negatif
Variabel Koefisien
Std. Error T Hitung
Prob |t|
Fungsi Produktivitas Konstanta
4.9787 1.004
4.960 0.001
Benih 0.1325
0.127 1.040
0.309 Pupuk Urea
0.0255 0.138
0.180 0.856
Pupuk Kimia lain -0.0508
0.060 -0.850
0.404 Pupuk NPK
0.0445 0.049
0.910 0.371
Pupuk Organik -0.0263
0.023 -1.160
0.257 Pestisida
0.0907 0.057
1.590 0.127
Tenaga Kerja -0.3286
0.138 -2.370
0.027
R² = 0.3848
Fungsi Risiko Konstanta
1.4364 1.646
0.950 0.352
Benih 0.0204
0.112 0.140
0.887 Pupuk Urea
0.0218 0.104
0.170 0.869
Pupuk Kimia lain 0.0153
0.026 0.460
0.648 Pupuk NPK
0.0019 0.018
0.080 0.934
Pupuk Organik 0.0114
0.012 0.770
0.450 Pestisida
-0.0182 0.059
-0.240 0.811
Tenaga Kerja -0.0296
0.098 -0.240
0.815
R² = 0.1181
terhadap produksi padi. Hartoyo et al. 2004 menjelaskan bahwa koefisien bertanda negatif bukan berarti pemakaian pestisida sudah berlebihan, tetapi hal tersebut
disebabkan karena pola pemberantasan hama yang dilakukan petani bersifat kuratif, yaitu petani melakukan tindakan penanggulangan hama setelah terjadi serangan.
Kondisi ini berlawanan dengan pola penanggulangan hama penyakit yang dilakukan oleh petani padi non organik di Kabupaten Sragen yang bersifat preventif atau
melakukan pencegahan sebelum terjadi serangan hama dan penyakit. Input tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap produktivitas sekaligus
mempunyai elastisitas yang paling tinggi dibanding dengan input yang lain. Tanda negatif dari parameter input tenaga kerja tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Penambahan tenaga kerja pada usahatani non organik akan menurunkan produktivitas. Ini terjadi karena tingkat pemakaian tenaga kerja pada usahatani non organik di
Kabupaten Sragen sudah berlebih. Data penggunaan input usahatani pada Tabel 11 diketahui bahwa penggunaan input tenaga kerja rata-rata petani non organik 126.7
HKP per hektar, lebih rendah jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang dipakai pada petani organik, yaitu 171.5 HKP per hektar. Batas optimum penggunaan tenaga
kerja usahatani padi non organik lebih kecil dibandingkan dengan usahatani organik. Usahatani non organik yang bersifat padat modal, lebih sedikit memerlukan curahan
tenaga kerja dibandingkan dengan usahatani organik. Pada usahatani padi non organik, sebagian besar tenaga kerja dicurahkan pada saat olah tanah dan panen.
Hasil analisis ini berlawanan analisis yang dilakukan Rubinos et al. 2007 dan Hartoyo et al. 2004. Dalam hasil penelitiannya, Rubinos et al. 2007 menyatakan
bahwa penggunaan input tenaga kerja pada usahatani padi di Magsaysay berpengaruh positif terhadap produksi. Penambahan tenaga kerja akan diikuti dengan
meningkatnya output. Hartoyo et al. 2004 menyatakan bahwa input tenaga kerja
mempunyai pengaruh positif terhadap produksi padi dan mempunyai elastisitas yang paling tinggi. Hal ini menurutnya terjadi karena upah buruh yang relatif tinggi
terutama pada saat terjadinya kesulitan dalam mencari tenaga buruh tani di desa. Disamping itu kesulitan dalam mencari tenaga buruh tani menurutnya disebabkan
karena para pemuda di desa lebih tertarik bekerja sebagai buruh di sektor non pertanian.
Pada fungsi risiko, secara keseluruhan input yang digunakan pada usahatani non organik tidak berpengaruh nyata terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh
petani non organik. Ini berarti input yang digunakan dalam usahatani padi non organik tidak lebih berisiko dari usahatani padi organik. Pada usahatani non organik
semua input yang digunakan tidak berpengaruh pada risiko produksi. Sebagai bahan perbandingan, dari hasil estimasi fungsi risiko antara usahatani
padi organik di Tabel 13 dan usahatani padi non organik di Tabel 14, dapat dikatakan bahwa usahatani padi organik mempunyai risiko lebih besar bila dibandingkan dengan
usahatani padi non organik. Pada usahatani padi organik ada dua input penyebab timbulnya risiko produksi yaitu input benih dan pupuk organik, sedangkan pada
usahatani padi non organik input yang digunakan tidak ada berpengaruh nyata pada risiko produksi. Hal ini dapat dijelaskan karena pada usahatani padi non organik,
input pupuk Urea, NPKPhonska, KCl, SP36, ZA dan pestisida kimia mempunyai jenis dan kandungan mineral yang dapat ditentukan jumlahnya dengan tepat sesuai
dengan yang dibutuhkan tanaman. Berbeda dengan input pupuk organik yang mempunyai kandungan mineral berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung
dari bahan penyusun utamanya. Apupuk organik merupakan salah satu ciri dari teknologi usahatani padi organik merupakan input yang menyebabkan timbulnya
risiko produksi. Tetapi input pestisida organik dan tenaga kerja merupakan input yang bersifat memperkecil adanya risiko produksi yang dihadapi petani padi organik.
6.2. Hubungan Preferensi Risiko Petani Dengan Faktor-Faktor Sosial