15 pentingnya meninjau ulang dan menimbang keefektifan solusi pada
tahap sebelumnya. 8. Fase 7: Menyajikan solusi
Perwakilan siswa memaparkan hasil kerjanya, kemudian dilakukan diskusi kelas yang difasilitasi guru. Selain itu, guru melakukan
penilaian atas penampilan dan produk yang dihasilkan siswa. 9. Pasca pembelajaran
Guru membahas kembali masalah dan solusi alternatif yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah. Guru membandingkan
beberapa solusi yang ada. Penelitian ini menggunakan model PBL dengan lima tahap yaitu, 1
mengorientasi siswa pada masalah, 2 mengorganisasi siswa untuk belajar, 3 melakukan penyelidikan individual atau kelompok, 4 mengembangkan dan
menyajikan hasil karya, 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Peneliti menggunakan lima langkah dikarenakan inti pada kelima
langkah tersebut telah mewakili dan berisi rangkuman dari langkah lain.
2.1.1.4 Berpikir Kritis 1. Pengertian Berpikir Kritis
Dharma dalam Tawil Liliasari, 2013: 1 menyatakan bahwa berpikir adalah kegiatan memanipulasi data, fakta, dan informasi yang mempengaruhi
perilaku seseorang dalam mengambil keputusan. Berpikir digunakan untuk mengambil keputusan dari data dan informasi yang telah didapat. Berpikir kritis
adalah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis
asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah Johnson, 2007: 183. Hal ini memungkinkan untuk mendapat pemahaman yang mendalam dan menemukan
kebenaran atas suatu persoalan. Sejalan dengan itu, Silverman dan Smith dalam Tawil Liliasari, 2013: 8 mengungkapkan bahwa berpikir kritis sebagai
kegiatan berpikir yang memiliki maksud, masuk akal, dan berorientasi tujuan serta kecakapan untuk menganalisis suatu informasi dan ide-ide secara hati-hati dan
logis dari berbagai macam perspektif.
16 Facione 1990 membagi pemikiran kritis menjadi dua dimensi, yaitu
dimensi kognitif dan dimensi afektif. Dimensi kognitif dibagi menjadi enam keterampilan berpikir kritis, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi,
eksplanasi, dan regulasi diri. Setiap keterampilan memiliki indikator tersendiri. Interpretasi terdiri dari memahami, mengekspresikan, menyampaikan signifikansi,
dan mengklasifikasi makna. Analisis terdiri dari mengidentifikasi dan menganalisis. Evaluasi yaitu menaksir pernyataan dan representasi. Inferensi
terdiri atas menyimpulkan, merumuskan hipotesis dan mempertimbangkan. eksplanasi memuat cara menjustifikasi penalaran dan mempresentasikan
penalaran. Sedangkan regulasi diri terdiri dari menganalisis dan mengevaluasi. a. Interpretasi
Interpretasi adalah
kemampuan untuk
memahami dan
mengekspresikan makna dari berbagai pengalaman Facione, 1990. b. Analisis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan yang
logis dari pernyataan, pertanyaan konsep, uraian, atau bentuk ungkapan lain untuk mengemukakan kepercayaan, penilaian,
pengalaman, penalaran, informasi atau opini Facione, 1990. c. Evaluasi adalah kemampuan untuk menilai kebenaran pernyataan atau
opini yang mencerminkan persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan, atau opini seseorang Facione, 1990. Kecakapan
evaluasi dibagi dalam dua sub-kecakapan, yaitu menilai klaim dan menilai argumen.
d. Inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memastikan elemen yang diperlukan untuk menarik alasan yang masuk akal
Facione, 1990. Pada kecakapan ini merumuskan hipotesis, mempertimbangkan informasi, dan memperkirakan konsekuensi yang
dapat timbul. Kecakapan inferensi dibagi menjadi tiga sub kecakapan, yaitu menguji bukti, merumuskan alternatif, dan menarik kesimpulan.
e. Eksplanasi adalah kemampuan untuk menjelaskan dan memberikan alasan dari bukti, konsep, metode, kriteria, dan konteks yang
digunakan untuk menarik kesimpulan dan untuk mengemukakan argumen yang kuat Facione, 1990. Kemampuan eksplanasi dibagi