Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

74 rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum dilakukan analsis, dilakukan uji asumsi untuk memeriksa homogenitas varians dengan Levene’s test. Jika harga sig. 0,05 maka ada homogenitas varians pada kedua data yang dibandingkan. Sedangkan jika harga sig. 0,05 maka tidak ada homogentitas varians pada kedua data yang dibandingkan Field, 2009: 150. Berikut ini adalah hasil uji asumsi homogenitas varians lihat Lampiran 4.4.2. Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Keputusan Levenes Test for Equality of Variances 0,06 0,79 Homogen Levene ’s test dengan tingkat kepercayaan 95 menunjukkan harga F = 0,06 dan harga Sig. = 0,79, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas data. Apabila varians homogen, maka data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data baris pertama pada output SPSS Field, 2009: 340. Tingkat kepercayaan untuk melakukan uji perbedaan kemampuan awal adalah 95. Kriteria yang digunakan adalah jika harga Sig. 2-tailed 0,05 berarti ada perbedaan kemampuan awal. Sedangkan jika harga Sig, 2-tailed 0,05 tidak ada perbedaan kemampuan awal. Berikut adalah hasil uji perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen lihat Lampiran 4.4.2. Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Uji Statistik Sig. 2-tailed Keterangan Independent samples t-test 0,593 Tidak ada perbedaan Rerata kemampuan inferensi pada kelompok kontrol M = 2,60, SE = 0,11 lebih tinggi daripada rerata kelompok eksperimen M = 2,58, SE = 0,10. Perbedaan skor tersebut tidak signifikan dengan t54 = 0,106, p = 0,593 p 0,05. Maka H null diterima dan H i ditolak, ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest kemampuan inferensi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan inferensi yang sama sehingga dapat dibandingkan. 75

4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk untuk mengetahui pengaruh penerapan PBL terhadap kemampuan inferensi. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rerata selisih skor pretestdan prosttest I pada kedua kelompok. Pengaruh perlakuan dapat dihitung menggunakan rumus O 2 -O 1 – O 4 -O 3 , yaitu dengan mengurangkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen dengan selisih posttest I – pretest pada kelompok kontrol Cohen, 2007: 277. Jika hasil perhitungan bernilai lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil perhitungan kemampuan inferensi menunjukkan selisih skor rerata pretest dan posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 0,76, sedangkan selisih pretest dan posttest I pada kelompok kontrol sebesar 0,32. Hasil perhitungan selisih dari 0,76 dan 0,32 diperoleh hasil 0,44 atau positif, maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi. Berdasarkan uji normalitas data, rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kedua kelompok terdistribusi normal, maka analisis statistik selanjutnya yaitu statistik parametrik dengan Indipendent samples t-test Field, 2009: 326. Hal ini dikarenakan data yang dimasukkan berasal dari kelompok yang berbeda. Sebelum melakukan uji statistik, dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’e test. Jika harga Sig. 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians pada kedua data yang dibandingkan Field, 2009: 340. Jika harga Sig. 0,05 maka terdapat homogenitas pada kedua data yang dibandingkan. Berikut ini adalah tabel hasil uji asumsi homogenitas varians lihat Lampiran 4.5.2. Tabel 4.19 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Keputusan Levenes Test for Equality of Variances 0,50 0,48 Homogen Hasil Levene’s test menununjukkan harga F = 0,50 dan harga Sig.= 0,48, ini menunjukkan harga Sig. 0,05, sehingga terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, maka data uji statistik Independent samples t- 76 test yang digunakan yaitu data baris pertama pada output SPSS Field, 2009: 340. Analisis selanjutnya menggunakan Independent samples t-test dengan tingkat kepercayaan 95. Kriteria yang digunakan untuk menolak H null adalah jika Sig. 2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Berikut ini adalah hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi lihat Lampiran 4.5.2. Tabel 4.20 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji Statistik Sig. 2-tailed Keterangan Independent samples t-test 0,002 Ada perbedaan Skor rerata selisih kelompok eksperimen M = 0,76, SE = 0,09 lebih tinggi daripada rerata selisih kelompok kontrol yaitu M = 0,32, SE = 0,09. Perbedaan skor tersebut signifikan t54 = -3,28, p = 0,002 p 0,05. Maka H null ditolak dan H i diterima, ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest - posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen, dengan kata lain penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuang inferensi. Berikut ini adalah diagaram hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan inferensi pada kelompok kontrol dan eksperimen. 77 Gambar 4. 4 Grafik Perbandingam Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I

4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Uji besar pengaruh perlakuan effect size bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan inferensi. Data terdistribusi dengan normal, sehingga menggunakan rumus koefisien korelasi Pearson Field, 2009: 57. Independent samples t-test digunakan untuk mengambil r dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi R 2 dengan cara mengkuadratkan harga r harga koefisien korelasi Pearson yang didapat kemudian dikalikan 100 Field, 2009: 179. Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi adalah r = 0,41 atau 17. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek, maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut adalah hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan inferensi lihat Lampiran 4.6. Tabel 4.21 Hasil Uji Effect Size Variabel t t 2 df reffect size R 2 Kategori Efek Inferensi -3,28 10,75 54 0,41 0,17 17 Menengah 78

4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Perhitungan persentase peningkatan rerata prestet ke posttest bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada uji normalitas data menggunakan rerata One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung dengan membagi selisih rerata pretest - posttest I dengan rerata pretest, kemudian dikali 100. Berikut adalah hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I lihat Lampiran 4.7.2. Tabel 4.22 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I No Kelompok Rerata Peningkatan Sig. 2- tailed Signifikansi Pretest Posttest I 1 Kontrol 2,34 2,66 13 0,001 Signifikan 2 Eksperimen 2,43 3,20 32 0,000 Signifikan Data tersebut menunjukkan rerata pretest kelompok kontrol sebesar 2,34 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,43. Sedangkan hasil skor posttest I kelompok kontrol sebesar 2,66 dan rerata skor posttest I kelompok eksperimen sebesar 3,20. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest pada kelompok kontrol sebesar 13, sedangkan hasil perhitungan persentase rerata pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 32. Berdasarkan perhitungan tersebut, terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan inferensi. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 32, sedangkan kelompok kontrol sebesar 13. Berikut adalah grafik yang menunjukkan frekuensi selisish pretest - posttest I gain scorepada kedua kelompok. 79 Gambar 4.5 Grafik Gain Score Gambar 4.5 menunjukkan bahwa gain terendah pada kelompok kontrol adalah -0,67, sedangkan gain terendah pada kelompok eksperimen adalah 0,00. Gain tertinggi kelompok kontrol adalah 1,33, sedangkan gain tertinggi kelompok eksperimen adalah 1,67. Namun frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 0,33 pada kelompok kontrol berjumlah 19 anak, sedangkan kelompok eksperimen berjumlah 18 anak. Nilai 0,33 merupakan nilai tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50 dari nilai tertinggi. Persentase gain score ≥ 0,52 pada kelompok kontrol sebesar 63,33, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 69,30. Ini berarti 63,33 siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 69,30 siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan model PBL. Berdasarkan perhitungan tersebut, penerapan model PBL memiliki persentase lebih besar daripada metode ceramah.

2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Menggunakan uji statistik parametrik Paired samples t-test karena data yang diuji data normal dan berasal 2 4 6 8 10 12 -1 -0.5 0.5 1 1.5 2 Fr e ku e n si Gain Score Kontrol Eksperimen 80 dari kelompok yang sama Field, 2009: 325. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk menolak H null adalah jika harga Sig. 2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Berikut adalah hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I lihat Lampiran 4.8.2. Tabel 4.23 Hasil Uji Besar Pengaruh Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I No Kelompok t t 2 df r R 2 Kategori Efek 1 Kontrol 3,53 12,46 29 0,54 0,29 29 Besar 2 Eksperimen 7,78 60,52 25 0,83 0,71 71 Besar Skor rerata kelompok eksperimen M = 0,32, SE = 0,09 lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol yaitu M = 0,76, SE = 0,10. Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,001 p 0,05. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor rerata pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen menunjukkan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,000 p 0,05. Kedua kelompok memiliki harga Sig. 2-tailed 0,05, maka H null ditolak dan H i diterima , ini berarti ada perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen lebih besar daripada pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan model pembelajaran pada kelompok eksperimen sebesar 0,84 atau 71 yang setara dengan efek besar. Sedangkan besar pengaruh pada kelompok kontrol adalah 0,54 atau 29 yang setara dengan efek besar.

3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif atau negatif. Hasil positif berarti semakin tinggi skor pretest maka semakin tinggi pula skor posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasikan pada populasi. Selain itu, uji korelasi untuk memastikan kontrol terhadap anacaman validitas internal penelitian regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika siswa yang mendapat skor pretest tinggi juga mendapat skor posttest yang lebih rendah, sedangkan siswa yang mendapat skor 81 pretest rendah akan mendapat skor posttest lebih tinggi. Data yang digunakan adalah skor rerata pretest dan skor rerata posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data yang digunakan terdistribusi normal, sehingga menggunakan rumus Pearson Correlation. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk menolak H null adalah jika harga Sig. 2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Berikut adalah hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen lihat Lampiran 4.9.2. Tabel 4.24 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I No Kelompok Pearson Correlation Sig. 2- tailed Keterangan 1 Kontrol 0,57 0,001 Positif dan Signifikan 2 Eksperimen 0,62 0,001 Positif dan Signifikan Berdasarkan hasil uji korelasi antara pretest dan posttest I, harga Sig. 2- tailed pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebesar 0,001 0,05, ini berarti H null ditolak dan H i diterima, maka ada korelasi yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kedua kelompok. Hasil Pearson Correlation pada kelompok kontrol sebesar 0,57, sedangkan Pearson Correlation kelompok eksperimen sebesar 0,62. Harga Pearson Correlation menunjukkan nilai positif, ini berarti siswa yang mendapat rerata skor pretest rendah, pada posttest I mendapat rerata skor rendah. Sedangkan siswa yang mendapat rerata skor pretest tinggi, pada posttest I mendapat rerata skor tinggi. Kondisi ini ideal sehingga ancaman pada regresi statistik tidak terjadi.

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan untuk mengetahui efek perlakuan yang diberikan setelah beberapa waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan hasil pekerjaan siswa pada soal posttest II. Jarak waktu mengerjakan posttest I dan posttest II selama 10 hari. Data yang diuji berasal dari kelompok yang sama dan normal, sehingga diuji menggunakan statistik parametrik Paired samples t-test Field, 2009: 325. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk menolak H null adalah Sig. 82 2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Jika harga Sig. 2-tailed 0,000 maka H null ditolak dan H i diterima, atau dapat dikatakan ada perbedaan skor yang signifikan. Berikut adalah hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan eksperimen lihat Lampiran 4.10.2. Tabel 4.25 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan No Kelompok Rerata Peningkatan Sig. 2- tailed Keterangan Posttest I Posttest II 1 Kontrol 2,66 2,39 -10 0,03 Ada Perbedaan 2 Eksperimen 3,20 3,01 -5 0,07 Tidak ada Perbedaan Berdasarkan data di atas, kelompok kontrol menunjukkan harga Sig. 2- tailed sebesar 0,03 p 0,05, maka H null ditolak dan H i diterima. Ini berarti ada perbedaan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol. Sedangkan harga Sig. 2-tailed pada kelompok eksperimen sebesar 0,07 p 0,05, maka H null diterima dan H i ditolak. Ini berarti tidak penurunan skor yang signifikan pada hasil posttest I ke hasil posttest II kelompok eksperimen. Jadi pengaruh perlakuan model PBL lebih kuat dibandingkan dengan model konvensional. Persentase peningkatan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan persentase penurunan kelompok kontrol sebesar 10, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 5. Berikut adalah grafik skor pretest, posttest I, dan posttest II kemampuan inferensi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 83 Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Inferensi Untuk memastikan pencapain skor pada posttest II berbeda dengan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor posttest II dan pretest. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk menolak H null adalah Sig. 2-tailed 0,05, atau dapat dikatakan ada perbedaan skor yang signifikan. Berikut tabel hasil uji perbandingkan skor pretest dan posttest II lihat Lampiran 4.11.2. Tabel 4.26 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan No Kelompok Rerata Sig. 2- tailed Keterangan Pretest Posttest II 1 Kontrol 2,34 2,39 0,63 Tidak ada Perbedaan 2 Eksperimen 2,43 3,01 0,00 Ada Perbedaan Berdasarkan data di atas menunjukkan harga Sig. 2-tailed kelompok kontrolsebesar 0,63 p 0,05, maka H null diterima dan H i ditolak. Ini berarti tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest II. Sedangkan harga Sig. 2-tailed pada kelompok eksperimen sebesar 0,00 p 0,05, maka H null ditolak dan H i diterima. Ini berarti ada perbedaan yang signifikan pada hasil pretest ke posttest II. 2.34 2.66 2.39 2.43 3.2 3.01 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Pretest Posttest 1 Posttest 2 Kontrol Eksperimen

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN I Sajira Pada Mata Pelajaran IPA Konsep Ekosistem,

0 7 171

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN IPA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Pengaruh Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran Ipa Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Ta’mirul Islam Surakarta Semester

0 1 14

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN IPA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Pengaruh Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran Ipa Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Ta’mirul Islam Surakarta Semester

0 2 16

Pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN Perumnas Condongcatur Yogyakarta.

0 1 204

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN JARAKAN.

0 8 211

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN ENERGI ALTERNATIF MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI PERUMNAS CONDONGCATUR.

0 1 144

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN INTELEKTUAL SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV SD N MARGOYASAN YOGYAKARTA.

1 5 151

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD TARAKANITA BUMIJO YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 190

Pengaruh penggunaan metode Mind Map terhadap kemampuan evaluasi dan inferensi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository

0 1 164

PENGARUH PENGGUNAAN METODE MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN EVALUASI DAN INFERENSI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

0 0 191