Permasalahan keefektifan pelaksanaan pendidikan inklusif

210 ANALISIS DATA Di bawah ini adalah hasil data condensation, data display, dan drawing and verifying conclusion dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi Permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di SDN Piyaman III Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul:

A. Permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif

1. Permasalahan keefektifan pelaksanaan pendidikan inklusif

a. Hasil Wawancara EI “Belum efektif karena keterbatasan dari guru guru kami. Guru belum begitu maksimal dalam memberikan pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus, hanya sebatas kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki oleh guru saat mereka mengikuti pelatihan atau workshop. Selain itu di sekolah kami belum mempunyai alat pembelajaran untuk anak berekebutuhan khusus lambat belajar dan tunagrahita, dan guru di sini pun belum mengetahui benar tentang alat pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus lambat belajar itu apa sehingga pihak sekolah belum bisa mengajukan alat pembelajaran ke dinas” BS “ya belum efektif, anak inklusif di dalam penyelenggaraannya disamakan dalam arti pembelajaran disamakan hanya saja kriteria ketuntasan minimal sesuai dengan kemampuan mereka tapi belum detail, untuk ujian sekolah kepala sekolah menawarkan untuk mengikuti ujian sekolah tanpa mengikuti ujian nasional tapi dari beberapa wali murid menghendaki untuk mengikuti ujian nasional, awalnya setuju akan tetapi mereka mencabut pernyataannya tertulisnya untuk di ikut sertakan ujian nasional meskipun hasilnya jauh dari anak normal dan jika diikut sertakan ujian nasional dan hasilnya minim maka tetap mendapatkan tanda tamat belajar. Selain itu disekolah kami belum ada guru khusus untuk anak berkebutuhan khusus, sehingga kami dalam menangani anak berkebutuahan khusus masih kesulitan. Sarana dan prasana untuk anak berkebutuhan khusus pun belum ada, hanya ada untuk anak tunanetra” AC “Belum efektif mbak, di SD Piyaman III ini belum memiliki guru pendamping khusus yang menangani anak berkebutuhan khusus. penanganan anak berkebuthan khusus hanya dilakukan oleh guru kelas, itupun hanya sebisa guru tersebut. Untuk mata 211 pelajaran olahraga pun juga belum efektif, untuk anak berkebutuhan khusus tunadaksa hanya mengikuti pelajaran olahraga dengan melihatnya saja karena belum adanya alat alat olahraga yang khusus untuk anak berkebutuhan khusus” AW “Belum, karena belum ada guru pendamping yang datang ke sekolah, jadi anak berkebutuhan khusus hanya di tangani oleh guru kelas masing-masing sehingga pembelajarannya masih kurang efektif. Kami sudah sempat mengajukan guru pembimbing khusus ke Dinas, akan tetapi pada kenyataannya belum ada guru pembimbing yang datang ke sekolah. Selain itu alat pembelajaran yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus belum ada”. BD “Untuk penyelenggaraannya belum begitu efektif karena tenaga tenaga khususnya belum ada dan kemampuan guru yang pernah mendapatkan pelatihan masih kurang dalam menangani anak berkebutuhan khusus, hanya sebatas kemampuan yang dasar. Misalnya, guru belum bisa membaca anak mana yang di kategorikan anak berkebutuhan khusus atau normal, mereka hanya mengira ngira saja. Selain itu sarana prasarana belum sesuai dengan kebutuhan peserta didik”. HS “Belum, sarana prasana belum mendukung dan guru guru walaupun terlatih tapi mengenai ilmu nya belum mumpuni, secara umum guru bisa menangai akan tetapi kalau secara khusus guru belum bisa menangani secara maksimal hanya sebatas kemampuan yang dimiliki guru saja pada saat mengikuti pelatihan”. Kesimpulan Penyelenggaraan pendidikan inklusif di SDN Piyaman III masih belum efektif karena belum adanya guru pembimbing khusus, selain itu masih kurang dan tidak sesuianya sarana dan prasarana. Selain itu kemampuan guru yang mengangani anak berkebutuhan khusus masih kurang.

2. Manajemen Sekolah