221
dari dinas. Sedangkan kerja sama dengan orang tua murid yaitu dengan mengundang orang tua murid dan
di berikan pemahaman mengenai perkembangan anak mereka”
BS “kerja sama yang dilakukan sekolah yaitu diskusi
dengan orang tua anak berkebutuhan khusus, misalnya saja kemarin diskusi mengenai anak
berkebutuhan khusus tidak diikut sertakan dalam ujian nasional, ada beberapa orang tua murid yang
tidak setuju, mereka menginginkan anaknya tetap mengikuti ujian nasional meskipun nilainya minim.
Sedangkan untuk kerja sama dengan SLB Wonosari yaitu mengenai assesmen anak. Kerjasama dengan
dinas yaitu kerjasama pasif dengan mengundang guru untuk mengikuti pelatihan”
HS “Kerjasama
yang terjalin
belum maksimal.
Pengelolaan kerja sama dengan orang tua yaitu dengan
mengundang orang
tua mengenai
perkembangan anak. Sedangkan kerja sama dengan Dinas yaitu adanya pelatihan yang diberikan setiap
setahun sekali, dan pengadaan alat untuk anak berkebutuhan khusus serta pengajuan GPK yang
sampai saat ini belum pernah datang ke sekolah, guru kelas yang ditugasi menangani ank berkebutuhan
khusus jika mengalami kesulitan hanya disuruh datang ke SLB dan guru SLB hanya memberikan
penjelasan. selain itu kerja sama dengan SLB dan UPTD yaitu berupa assesmen anak”
Kesimpulan Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa di SDN Piyaman III mengalami permasalahan terkait kerjasama. Permasalahan yang dimaksud yaitu
belum maksimalnya kerjasama yang terjalin misalnya kerjasama penugasan guru SLB dari dinas untuk
dijadikan GPK ke sekolah penyelenggara inklusif akan tetapi hal tersebut belum terlaksana. Selain itu
pengiriman alat pembelajaran dari Dinas yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
B. Upaya sekolah dalam mengatasi permasalahan
1. Manajemen Sekolah
a. Hasil
Wawancara EI
upaya yang dilakukan sekolah, manajemen sekolah selalu berusaha untuk ideal sehingga salah satu upaya
yang dilakukan yaitu pembagian tugas kepada masing-masing tenaga kependidikan agar lebih
disiplin dan penilaian yang dilakukan semakin mudah
2. Tenaga Kependidikan
a. Hasil
HS masalah belum adanya guru pembimbing khusus, kita
222
Wawancara mandiri yaitu dengan memanfaatkan guru yang sudah
pernah mengikuti pelatihan untuk menangani anak berkebutuhan khusus”
BD “Untuk tidak adanya guru pembimbing khusus
sementara ini kita hanya mengandalkan guru kelas saja, kita hanya menunggu dari dinas. Dari dinas
hanya memberikan pelatihan yang mendasar kepada guru-guru yang mengikuti pelatihan”
AW “Upaya untuk mengatasi tidak adanya
guru pembimbing khusus yaitu hanya mengandalkan guru
kelas yang sudah mengikuti pelatihan dari dinas. Guru semaksimal mungkin menangani anak berkebutuhan
khusus sesuai dengan tingkat pengetahuan guru”
AC “...mengenai belum adanya guru pembimbing khusus
yaitu dengan mengikutsertakan guru ke pelatihan yang diadakan oleh dinas atau lembaga yang lainnya
dan memberdayakan guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan untuk melayani anak berkebuthan
khusus dengan kemampuan sebisanya”
BS “Upaya dari sekolah hanya melaporkan ke dinas
pendidikan pemuda dan olahraga mengenai semua permaslahan tersebut. Sekolah belum merektrut guru
pembimbing khusus, belum ada kebijakan dari dinas , karena di sekolah ada banyak anak berkebutuhan
khusus dan berbeda-beda jenis sehingga jika kita merekrut anak berkebutuhan khsus maka harus berapa
gpk yang di rekrut...”
EI “
Untuk masalah belum adanya guru pembimbing khusus, kita hanya memberdayakan guru yang sudah
ada dan yang sudah pernah mengikuti pelatihan jika untuk merekrut guru pembimbing khusus kita belum
bisa karena terkendala oleh dana”
Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
upaya sekolah untuk mengatasi permasalahan mengenai tenaga kependidikan khususnya guru
pembimbing khusus dan guru kelas yaitu untuk mengatasi tidak adanya guru pembimbing khusus
sekolah mengandalkan guru kelas yang sudah pernah mengikuti
pelatihan untuk
menangani anak
berkebutuhan khusus sedangkan untuk megatasi guru kelas dalam menanagani anak berkebutuhan khusus,
sekolah menunjuk beberapa guru untuk mengikuti pelatihan, workshop tentang pendidikan inklusif.
2. Kurikulum