Permasalahan Kerjasama PERMASALAHANDALAMPENGELOLAANPENDIDIKANINKLUSIF DISEKOLAHDASARNEGERIPIYAMANIII KECAMATANWONOSARIKABUPATENGUNUNGKIDUL.

220

7. Permasalahan Kerjasama

a. Hasil Wawancara EI “ Pengelolaan kerja sama dengan orang tua peserta didik sebatas mengundang orang tua peserta didik dan memberitaukan mengenai perkembangan anak mereka. Sedangkan pengelolaan kerja sama dengan dinas yaitu berupa pengajuan alat serta pemberian pelatihan pelatihan yang diadakan setahun sekali kepada guru. Akan tetapi kerjasamanya belum begitu maksimal, kita sudah mengajukan terkait GPK akan tetapi belum ada juga GPK yang datang ke sekolah. Padahal adanya GPK sangat diharapkan di sekolah ini” EI “Pengelolaan kerja sama dengan SLB Wonosari yaitu berupa asemen anak,dari pihak SLB membiayainya, selain itu dari sekolah juga pernah melakukan asesmen sendiri dengan biaya dari sekolah. Sedangkan kerja sama dengan Dinas yaitu kerja sama pasif dengan kita diundang untuk mengkikuti workshop ataupun pelatihan. Selain itu kerja sama dengan UPTD berupa melaporkan anak berkebutuhan khusus, itu baru dilakukan satu kali dan kerja sama dengan orang tua berupa mengundang orang tua dan guru menyampaikan perekembangan anak mereka, misalnya masalah mengikutsertakan atau tidak mengikutsertakan ujian nasional untuk anak berkebutuhan khusus. kerjasama yang terjadi belum begitu maksimal” BD “...kerja sama dengan Dinas berupa memberikan bantuan berupa alat alat pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus misalnya jam, catur dll untuk anak tunanetra dan kursi roda untuk anak tunadaksa, akan tetapi dalam pengiriman alat tidak sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus di sekolah, selain itu kerja sama terkait GPK yang katanya sudah disiapkan untuk semua sekolah penyelenggara pendidikan inklusif akan tetapi sampai sekarang belum ada GPK yang datang ke sekolah. sebenarnya Dinas belum begitu matang dalam menangani sekolah penyelenggara pendidikan inklusif ini..” AC “Kerja sama dengan SLB Wonosari berupa asesmen anak dengan sekolah membiayai sendiri selain itu kerja sama dengan dinas berupa pelatiha yang di berikan kepada guru guru dan pengajuan GPK akan tetapi belum ada GPK yang ditugasi datang ke sekolah. selain itu juga terkait dengan alat pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan 221 dari dinas. Sedangkan kerja sama dengan orang tua murid yaitu dengan mengundang orang tua murid dan di berikan pemahaman mengenai perkembangan anak mereka” BS “kerja sama yang dilakukan sekolah yaitu diskusi dengan orang tua anak berkebutuhan khusus, misalnya saja kemarin diskusi mengenai anak berkebutuhan khusus tidak diikut sertakan dalam ujian nasional, ada beberapa orang tua murid yang tidak setuju, mereka menginginkan anaknya tetap mengikuti ujian nasional meskipun nilainya minim. Sedangkan untuk kerja sama dengan SLB Wonosari yaitu mengenai assesmen anak. Kerjasama dengan dinas yaitu kerjasama pasif dengan mengundang guru untuk mengikuti pelatihan” HS “Kerjasama yang terjalin belum maksimal. Pengelolaan kerja sama dengan orang tua yaitu dengan mengundang orang tua mengenai perkembangan anak. Sedangkan kerja sama dengan Dinas yaitu adanya pelatihan yang diberikan setiap setahun sekali, dan pengadaan alat untuk anak berkebutuhan khusus serta pengajuan GPK yang sampai saat ini belum pernah datang ke sekolah, guru kelas yang ditugasi menangani ank berkebutuhan khusus jika mengalami kesulitan hanya disuruh datang ke SLB dan guru SLB hanya memberikan penjelasan. selain itu kerja sama dengan SLB dan UPTD yaitu berupa assesmen anak” Kesimpulan Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa di SDN Piyaman III mengalami permasalahan terkait kerjasama. Permasalahan yang dimaksud yaitu belum maksimalnya kerjasama yang terjalin misalnya kerjasama penugasan guru SLB dari dinas untuk dijadikan GPK ke sekolah penyelenggara inklusif akan tetapi hal tersebut belum terlaksana. Selain itu pengiriman alat pembelajaran dari Dinas yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

B. Upaya sekolah dalam mengatasi permasalahan

1. Manajemen Sekolah