Permasalahan proses pembelajaran PERMASALAHANDALAMPENGELOLAANPENDIDIKANINKLUSIF DISEKOLAHDASARNEGERIPIYAMANIII KECAMATANWONOSARIKABUPATENGUNUNGKIDUL.

217 khusus” b. Data dokumentasi Data kurikulum Data dari SDN Piyamna III menyebutkan bahwa SDN Piyaman III menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP. Kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus menggunakan KTSP yang diturunkan tingkat kesulitannya. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan masih terdapat permasalahan. Permasalahannya antara lain yaitu: kurikulum yang digunakan di SDN Piyaman III yaitu KTSP sedangkan kurikulum yang di pakai untuk anak berkebutuhan khusus belum menggaunkan kurikulum fleksibel. Sekolah menggunakan kurikulum KTSP yang disesuaikan dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus. hal tersebut dikarenakan guru masih kesulitan untuk membuat kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus.

5. Permasalahan proses pembelajaran

a. Hasil Wawancara EI “Proses pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan mencampur anak berkebutuhan khusus dengan anak normal di dalam satu ruangan. Sehingga terjadi keributan selain itu guru dalam memberikan pejaran juga mengalami kesulitan. Sebenarnya kami memperlakukan anak itu secara sama. BS “Pembelajaran yang dilakukan sekolah yaitu dengan anak berkebutuhan khusus digabung bersama anak umum , 6 anak berkebutuhan khusus dalam satu ruangan dengan 16 anak normal tapi tingkat kesuliatan kkm kedalamannya disesuaikan dengan masing masing adnak karena kita sudah memiliki assesmennya, akan tetapi kami masih kesulitan untuk menagani anak berkebutuhan khusus karena latar belakang kemi bukan dari pendidikan luar biasa” HS “Proses pembelajaran yang terjadi yaitu anak berkebutuhan khusus dicampur dengan anak normal, biasanya dalam proses pebelajaran guru smengalami kesulitan karena alat pembelajaran yang tidak ada selain itu guru juga masih kesulitan untuk menangani anak berkebutuhan khusus, karena dari pelatihan yang pernah diikuti hanya mengajarkan hal-hal dasar mengenai pendidan inklusif tanpa ada prakteknya” AW “Proses pembelajran di sekolah ini yaitu anak berkebutuhan khsusus di campur dengan anak normal, dengan di campurnya anak berkebutuhan 218 khusus dengan anak normal pasti terjadi keributan atau anak berkebuthan khusus mengganggu anak normal. Sehingga pembelajaran tidak terjadi secara maksimal akan tetapi guru tetap beruasaha dengan setiap selesai pembelajaran dan anak belum bisa menguasai maka anak di suruh tinggal di kelas dan diberikan arahan dari guru” BD “Proses pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus di campur dengan anak normal, anak berkebutuhan khusus di berikan pelajaran yang sama di kelas dengan anak normal lainnya. Biasanya terjadi keributan antar anak berkebuthan khusus dengan anak normal. Hal tersebut mengakibatkan kurang efektfnya proses pembelajaran yang terjadi selain itu guru juga harus membagi fokus untuk ank berkebutuhan khusus dengan anak normal ditambah lagi alat pembelajaran untuk anak berkebutuhan belum ada meskipun sudah mengajukan ke Dinas” AC “Proses pembelajaran di campur dengan anak normal lainnya. Untuk mata pelajataran olahraga, anak berkebutuhan khusus mengikuti bersama sama dengan anak normal lainnya , hanya saja anak berkebutuhan khusus mengikuti olahraga hanya waktu pemanasan dia ikut, sedangakan waktu permainan anak berkebutuhan khusus hanya mengamati dari jauh”

b. Hasil

Observasi Proses pembelajaran Dari observasi yang dilakukan proses pembelajaran yang terjadi memang belum efektif, peserta didik masih ribut dalam mengikuti pembelajaran dan guru masih kebingungan dalam menanaganinya. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu antara lain: proses pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus masih belum maksimal, pembelajaran masih dicampur dengan anak normal lainnya, hal tersebut menyebabkan keributan antara anak berkebutuhan khusus dan anak normal. Selain itu kemampuan anak berkebutuhan khusus dan anak normal berbeda sehingga guru harus mengikuti kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya.

6. Permasalahan Sarana dan Prasarana