Suku Pendidikan Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Tipe 2

mempertahankan kesehatannya, begitu juga dalam melakukan manajemen diri diabetesnya. Sedangkan pasien perempuan lebih memperhatikan kondisi kesehatan keluarga dibandingkan dengan kesehatan dirinya, meskipun demikian, pasien perempuan juga memiliki keterampilan yang baik tentang bagaimana mereka harus merawat diri mereka sendiri, begitu juga dalam melakukan manajemen diri diabetesnya.

5.4.3. Suku

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara suku dengan manajemen diri F=0,141, p0,05. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Bean, Cundy Petrie 2007, yang menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tiga kelompok etnis dalam hal diet dan pemeriksaan glukosa darah. Responden Kepulauan Pasifik memiliki perilaku penggunaan obat-obatan yang lebih buruk dibandingkan dengan orang Eropa dan Asia Selatan, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal penggunaan obat-obatan antara Eropa dan Asia Selatan. Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan oleh Skarbek 2006, yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dari etnis pada salah satu komponen subskala dari manajemen diri termasuk diet, latihan fisik, dan pemeriksaan gula darah. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari Sarkar, Fisher Schillinger 2006, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri dan manajemen diri yang konsisten di seluruh rasetnis. Adanya persamaan dan perbedaan pada hasil penelitian di atas disebabkan karena setiap negara memiliki beragam suku dan ras. Masing-masing suku Universitas Sumatera Utara memiliki adat istiadat dan kebiasaan hidup yang berbeda, baik dari bahasa, makanan, upacara adat, ataupun tradisi lainnya. Secara genetik masyarakat Indonesia termasuk yang rentan terkena diabetes Tarigan, 2012. Secara keseluruhan, suku Batak adalah suku terbanyak pada responden yang mengalami diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan karena suku Batak juga merupakan responden terbanyak dalam penelitian ini dan suku terbanyak yang bermukim di Provinsi Sumatera Utara.

5.4.4. Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan manajemen diri F=2,173, p0,05. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Skarbek 2006, yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan pada salah satu komponen subskala dari manajemen diri termasuk diet, latihan fisik, dan pemeriksaan gula darah. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari Wu et al. 2007, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan pasien dengan perilaku perawatan diri. Begitu juga hasil penelitian dari Xu, Pan Liu 2010, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan manajemen diri diabetes. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat manajemen diri yang lebih tinggi terhadap diet, olahraga, dan pemeriksaan gula darah mandiri, dan lebih mudah untuk memahami informasi kesehatan yang berhubungan dengan diet, aktivitas fisik, dan pemeriksaan gula darah mandiri. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian lainnya yang berbeda yaitu hasil penelitian dari Bai, Chiou Chang 2009, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dalam skor perilaku perawatan diri berdasarkan tingkat pendidikan. Pasien yang memiliki tingkat pendidikan SMA, tingkat perguruan tinggi, atau universitas memiliki perawatan diri perilaku skor lebih tinggi daripada pasien yang buta huruf. Selain itu, lulusan perguruan tinggi dan universitas memiliki skor perilaku perawatan diri skor lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan sekolah dasar saja. Pada umumnya seseorang dengan pendidikan tinggi memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan memiliki keterampilan manajemen diri yang lebih baik untuk menggunakan informasi diabetes yang diperoleh melalui berbagai media dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah, akan tetapi dengan adanya persamaan dan perbedaan pada hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pasien diabetes baik dengan tingkat pendidikan yang tinggi maupun rendah, mereka tetap memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan manajemen diri diabetes yang lebih baik.

5.4.5. Pekerjaan