dapat mengurangi dan mencegah komplikasi. Semakin rendah tingkat efikasi diri pasien, maka akan menurunkan kepatuhan terhadap pengelolaan penyakit mereka,
sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi diabetes, serta memperburuk kondisi kesehatannya dan menurunkan kualitas hidupnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan persamaan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini semakin
memperkuat adanya hubungan antara efikasi diri dengan manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2.
5.4. Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Tipe 2
5.4.1. Umur
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan manajemen diri t=-0,369, p0,05. Hasil penelitian ini
didukung oleh hasil penelitian dari Kusniawati 2011, yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan self-care
diabetes. Begitu juga dengan hasil penelitian dari Wu et al. 2007, yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dan
perilaku self-care. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh Xu, Pan Liu 2010, yang menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara umur dengan manajemen diri diabetes. Penderita diabetes yang lebih tua memiliki tingkat manajemen diri yang lebih tinggi pada diet, olahraga,
dan perawatan kaki daripada individu yang lebih muda.
Universitas Sumatera Utara
Adanya persamaan dan perbedaan pada hasil penelitian di atas menjelaskan bahwa apabila seseorang telah terdiagnosis diabetes tipe 2 baik yang
berumur lebih muda ataupun lebih tua, mereka sama-sama memiliki tanggung jawab untuk melakukan aktivitas manajemen diri diabetes, sehingga kadar
glikemik tetap terkontrol dan mencegah terjadinya komplikasi akibat diabetes.
5.4.2. Jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan manajemen diri t=0,158, p0,05. Hasil penelitian
ini didukung oleh hasil penelitian dari Kusniawati 2011, yang menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam melakukan aktifitas self-care
diabetes antara laki-laki dan perempuan. Begitu juga dengan hasil penelitian dari Skarbek 2006, yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan salah satu komponen manajemen diri baik dari segi diet, latihan fisik, dan pemeriksaan gula darah. Akan tetapi hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh Bai, Chiou Chang 2009, yang menyimpulkan bahwa skor perilaku self-care secara signifikan
dipengaruhi oleh jenis kelamin yang berbeda, laki-laki memiliki skor perilaku self-care
lebih tinggi daripada perempuan. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa penyakit
diabetes tipe 2 dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, sehingga tugas manajemen diri tetap menjadi prioritas dalam mengelola penyakit diabetes.
Umumnya, pasien laki-laki memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri dan keluarganya, yang mengharuskan mereka lebih mandiri dalam menjaga dan
Universitas Sumatera Utara
mempertahankan kesehatannya, begitu juga dalam melakukan manajemen diri diabetesnya. Sedangkan pasien perempuan lebih memperhatikan kondisi
kesehatan keluarga dibandingkan dengan kesehatan dirinya, meskipun demikian, pasien perempuan juga memiliki keterampilan yang baik tentang bagaimana
mereka harus merawat diri mereka sendiri, begitu juga dalam melakukan manajemen diri diabetesnya.
5.4.3. Suku