2.3. Manajemen Diri 2.3.1. Definisi Manajemen Diri
Di dalam literatur, manajemen diri self-management juga disebut dengan perawatan diri self-care telah didefinisikan dalam beberapa cara tergantung pada
fokus disiplin yaitu, sosiologi, fisiologi, ekologi, medis, atau terkait dengan perawatan atau promosi kesehatan Weiler Crist, 2007. Manajemen diri
mengacu pada pelaksanaan tugas-tugas dimana seseorang harus berusaha untuk hidup dengan baik dengan satu atau lebih kondisi kronis. Tugas ini juga ternasuk
dalam mendapatkan kepercayaan untuk menangani manajemen medis, manajemen peran, dan manajemen emosional Adams, Greiner Corrigan, 2004.
2.3.2. Manajemen Diri pada Diabetes
Manajemen diri pada diabetes merupakan seperangkat perilaku yang dilakukan oleh individu dengan diabetes untuk mengelola kondisi mereka,
termasuk minum obat, mengatur diet, melakukan latihan fisik, pemantauan glukosa darah mandiri, dan mempertahankan perawatan kaki Xu et al., 2010.
Manajemen diri pada diabetes juga didefinisikan sebagai perilaku manajemen diri yang mencakup pengaturan pola makan, olahraga, pemantauan glukosa darah
secara mandiri, dan minum obat, yang secara keseluruhan berhubungan dengan perbaikan yang signifikan dalam mengontrol status metabolik Jones et al., 2003;
Sousa et al., 2005; Hunt et al., 2012. Seseorang dengan diabetes perlu mengetahui pemahaman dalam
pengelolaan penyakitnya. Tugas-tugas dalam manajemen diri yang diperlukan untuk mengontrol diabetes, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Pengaturan pola makan diet Diet merupakan faktor utama dalam mengontrol diabetes, yang melibatkan
pengendalian berat badan dan perencanaan makan yang sehat Harris et al., 2012. Pasien dengan diabetes tipe 2 harus dimotivasi untuk menerapkan perubahan pola
hidup yang lebih sehat Amod et al., 2012. Rekomendasi diet bagi penderita diabetes mirip dengan rekomendasi untuk masyarakat umum, misalnya
mengurangi gula, lemak jenuh, dan asupan garam Dyson, 2002; Nair, 2007. Meskipun setiap orang memiliki kebutuhan yang sama untuk nutrisi dasar, pasien
diabetes akan membutuhkan diet yang lebih terstruktur untuk mencegah hiperglikemia Lemone Burke, 2004; Nair, 2007. Diet yang direkomendasikan
untuk pasien diabetes tipe 2 sebagai berikut Amod et al., 2012: a Mengikuti perencanaan makan yang sehat dan seimbang, yaitu;
mengkonsumsi berbagai buah dan sayuran segar setiap hari, hindari jus buah, mengkonsumsi produk susu rendah lemak dan minuman kedelai yang
diperkaya dengan kalsium, mengkonsumsi ikan setidaknya dua kali per minggu, gunakan alternatif pengganti daging seperti kacang-kacangan,
kedelai dan tahu, dan batasi mengkonsumsi produk olahan. b Karbohidrat harus mencukupi 45-60 dari total asupan energi. Pemantauan
asupan karbohidrat dapat dilakukan dengan menghitung karbohidrat, atau melakukan pertukaran atau memperkirakan jumlah karbohidrat bagi yang
berpengalaman, batasi gula alkohol maltitol, manitol, sorbitol, laktitol, isomalt, xylitol 10 gr per hari, batasi total asupan fruktosa sekitar 60 gr per
hari; meningkatkan asupan serat larut dan tidak larut 25-50 gr per hari, asupan
Universitas Sumatera Utara
sukrosa hingga 10 per hari dapat diterima, dan penggunaan pemanis buatan dikonsumsi dalam batas harian yang ditetapkan oleh FDA.
c Protein harus mencukupi 15-20 dari total asupan energi. d Asupan lemak harus dibatasi 35 dari total asupan energi. Asupan lemak
jenuh harus dibatasi 7 dari total asupan energi, asupan lemak polysaturated
harus dibatasi 10 dari total asupan energi, meminimalkan asupan lemak trans, dan mengkonsumsi lemak tidak jenuh tunggal dan asam
lemak omega-3 yang berasal dari tumbuhan dan ikan. e Garam. Sumber utama natrium dalam makanan adalah garam yang
terkandung dalam makanan kemasan dan makanan olahan. Kurangi diet natrium hingga 2300 mg per hari dapat membantu mengontrol tekanan
darah. f Vitamin dan mineral. Suplemen vitamin dan mineral mungkin diperlukan
pada kelompok-kelompok tertentu seperti; lansia, wanita hamil dan menyusui, suplemen antioksidan seperti vitamin E, vitamin C, dan beta
karoten, tidak dianjurkan, karena tidak cukup bukti keberhasilan dan keamanan jangka panjang, akan tetapi suplemen dapat dipertimbangkan pada
penderita diabetes yang merokok. 2 Latihan fisik
Latihan fisik merupakan faktor penting dalam mengelola diabetes dan mengontrol kadar glukosa darah yang lebih baik. Sebelum meningkatkan pola
aktivitas fisik dari yang biasanya, pasien diabetes harus melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu, untuk menyesuaikan kebutuhan individu dan
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan adaptasi latihan terhadap adanya komplikasi diabetes. Aktifitas fisik dapat menurunkan resistensi insulin, dan memungkinkan untuk
penggunaan insulin yang lebih baik DeCoste Scott, 2004. Aktifitas latihan fisik yang direkomendasikan pada pasien diabetes tipe 2 yaitu melakukan latihan
fisik selama 30 menit setiap hari. Jenis latihan yang dapat dilakukan seperti berjalan, jogging, berenang, atau membersihkan taman DCD, 1999; DeCoste
Scott, 2004. Latihan fisik dapat membantu meningkatkan sirkulasi, tonus otot, dan mengurangi berat badan Caterson, 2005; Nair, 2007, serta meningkatkan
penyerapan glukosa dalam sel otot Pullen, 2000; Nair, 2007, sehingga membantu menurunkan kadar glukosa darah Nair, 2007.
3 Medikasi Bagi penderita diabetes tipe 2, kontrol glikemik dapat dipertahankan
dengan intervensi non-farmakologis seperti diet, latihan fisik, dan monitoring gula darah mandiri. Namun, sebagian besar penderita diabetes tipe 2 memerlukan
pengobatan dengan farmakologi DeCoste Scott, 2004. Diabetes tipe 2 dapat diobati dengan obat tunggal atau kombinasi obat oral dan insulin. Setiap obat
diberikan untuk salah satu ketidaknormalan kadar gula darah dan kombinasi dengan perawatan medis yang dapat menormalkan kadar gula darah. Jika terapi
oral tidak bekerja, maka terapi insulin satu-satunya cara untuk mengontrol kondisi hiperglikemia. Insulin hanya akan digunakan jika nilai HbA1c lebih dari 6,5
setelah terapi oral maksimal. Insulin harus dikombinasi dengan terapi oral untuk mengurangi risiko hipoglikemia dan peningkatan berat badan Garber et al., 2002;
Svartholm Nylander, 2010.
Universitas Sumatera Utara
4 Monitoring gula darah mandiri Monitoring gula darah mandiri merupakan bagian penting dalam
manajemen diri pasien dengan diabetes, dan disarankan pada pasien diabetes yang menggunakan terapi obat oral. Monitoring gula darah mandiri bertujuan untuk
mencapai penurunan HbA1c dengan tujuan utama mengurangi risiko komplikasi, mengidentifikasi adanya hipoglikemia IDF, 2012, mempertahankan kadar
glukosa darah pada 4-6 mmolL sebelum makan preprandial dan tidak di atas 10 mmolL dua jam setelah makan postprandial Diabetes UK, 2006; Nair, 2007.
Monitoring gula darah mandiri didasarkan pada kebutuhan individu, jadwal, dan penggunaan data yang direncanakan. Monitoring gula darah mandiri efektif dalam
meningkatkan kontrol glikemik pada individu dengan diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan insulin Welschen et al, 2005; Hirsch et al, 2008.
Pasien dengan diabetes tipe 2 non-insulin direkomendasikan untuk memonitoring kadar gula darah mandiri setidaknya sekali dalam sehari Hirsch et
al., 2008. Pada pasien diabetes tipe 2 yang menggunakan insulin, dapat melakukan monitoring gula darah pre dan post prandial untuk membantu
menentukan penyesuaian insulin yang digunakan. Pada pasien diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan insulin, dapat melakukan monitoring gula darah post
prandial untuk mengevaluasi status glikemik yang disebabkan oleh diet atau aktivitas fisik DeCoste Scott, 2004. Pedoman International Diabetes
Federation tentang monitoring gula darah mandiri untuk diabetes tipe 2 non-
insulin diobati tipe 2 merekomendasikan bahwa monitoring gula darah mandiri harus dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan manajemen diri diabetes
Universitas Sumatera Utara
berkelanjutan untuk membantu pasien untuk lebih memahami kondisi mereka, berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan pengobatan, dan
memodifikasi perilaku perawatan dan obat-obatan yang diperlukan IDF, 2012. Monitoring glukosa darah mandiri memberikan informasi mengenai efek
terapi, diet dan aktivitas fisik. Pernyataan dari ADA 2009, dalam CPG on Management
T2DM, 2009 merekomendasikan bahwa monitoring glukosa darah mandiri harus dilakukan 3 atau 4 kali sehari untuk pasien menggunakan suntikan
insulin atau terapi pompa insulin. Untuk pasien yang menggunakan suntikan insulin tidak sering, terapi non-insulin atau terapi nutrisi medis saja, monitoring
glukosa darah mandiri mungkin berguna dalam mencapai kontrol glikemik.
Sumber: ADA, 2009; CPG on Management T2DM, 2009 5 Perawatan kaki
Kaki diabetes dianggap sebagai komplikasi umum dari diabetes. Pasien dengan risiko ulkus kaki, harus memahami dasar-dasar perawatan kaki. Beberapa
studi menunjukkan bahwa intervensi pendidikan bagi pasien tentang perawatan kaki sangat efektif dalam pencegahan ulkus kaki diabetik Spollett, 1998;
Culleton, 1999; Viswanathan et al., 2005; Aalaa et al., 2012. Perawat dapat mengajarkan pasien bagaimana melakukan pemeriksaan fisik dan merawat kaki
Universitas Sumatera Utara
setiap hari Clapham, 1997; Aalaa et al., 2012. Misalnya, perawat dapat menganjurkan pasien untuk melaksanakan serangkaian aturan sederhana untuk
membantu mencegah kekambuhan ulkus kaki atau, seperti memeriksa sepatu sebelum memakainya, menjaga kaki bersih dan perawatan kulit dan kuku
berkelanjutan. Pelatihan tentang memilih sepatu yang tepat juga sangat penting Ramachandran, 2004; Aalaa et al., 2012.
2.3.3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Manajemen Diri pada Diabetes Tipe 2