Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Tipe 2

5.2. Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Tipe 2

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden melakukan manajemen diri rata-rata 3,9 hari dalam seminggu. Responden melakukan manajemen diri yang paling tinggi pada medikasi dengan rata-rata 5,8 hari dalam seminggu, dan diet rata-rata 5,5 hari dalam seminggu. Manajemen diri responden yang paling rendah adalah melakukan pemeriksaan glukosa darah mandiri dengan rata-rata 1,3 hari dalam seminggu, juga lebih rendah dalam melakukan latihan fisik dengan rata-rata 1,7 hari dalam seminggu, dan melakukan perawatan kaki dengan rata-rata 3,3 hari dalam seminggu. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Al-Khawaldeh, Al- Hassan Froelicher 2012, yang menyimpulkan bahwa perilaku manajemen diri diabetes yang paling banyak dilakukan adalah minum obat dengan rata-rata 6,1 hari dalam seminggu, diikuti dengan perilaku manajemen diri pada diet dengan rata-rata 4,4 hari dalam seminggu. Perilaku manajemen diri diabetes yang paling sedikit dilakukan adalah monitoring glukosa darah mandiri dengan rata-rata 1,7 hari dalam seminggu dan latihan fisik dengan rata-rata 1,8 hari dalam seminggu. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari Kusniawati 2011, yang menunjukkan bahwa aktivitas self-care diabetes lebih tinggi dalam minum obat secara teratur dengan rata-rata 6,7 hari dalam seminggu, pengaturan diet dengan rata-rata 5,9 hari dalam seminggu, latihan fisik juga tinggi dengan rata-rata 5,1 hari dalam seminggu, dan perawatan kaki dengan rata-rata 4,9 hari dalam seminggu. Sedangkan aktivitas self-care diabetes lebih rendah yaitu melakukan monitoring glukosa darah dengan rata-rata 1,0 hari dalam seminggu. Universitas Sumatera Utara Begitu juga dengan hasil penelitian dari Xu et al. 2008, yang menyimpulkan bahwa manajemen diri diabetes responden mayoritas adalah mengkonsumsi obat diabetes yang diresepkan setiap hari yaitu 89,1 dan mengatur dietnya setiap hari yaitu 71,6, dan minoritas responden melakukan pemeriksaan glukosa darah mandiri setiap hari yaitu 4,5 dan perawatan kaki setiap hari yaitu 18,9. Sama halnya dengan hasil penelitian dari Xu, Pan Liu 2010, yang menyimpulkan bahwa lebih dari 80 responden mengkonsumsi obat yang diresepkan setiap hari, 42 melakukan perawatan kaki setiap hari, dan 40 responden melakukan latihan jasmani ≥5 hari per minggu, hanya 36,8 yang mengikuti rekomendasi diet, dan hanya 26,8 yang melakukan monitoring glukosa darah mandiri setiap hari. Diabetes tipe 2 merupakan penyakit yang mengutamakan manajemen diri, yang berarti bahwa penatalaksanaannya sebagian besar merupakan kombinasi dari perilaku sehari-hari seperti diet, latihan fisik, medikasi, monitoring glukosa darah, dan perawatan kaki ADA, 2014. Tidak ada satu hari pun kegiatan manajemen diri diabetes dapat diabaikan, aktivitas tersebut harus dilaksanakan 24 jam sehari, dan 365 hari dalam setahun. Manajemen diri diabetes adalah proses seumur hidup yang harus dilakukan setiap hari dan membutuhkan kedisiplinan diri serta motivasi untuk mendapatkan kontrol metabolik dan mencegah komplikasi jangka panjang. Dan telah terbukti bahwa peningkatan manajemen diri diabetes akan mampu meningkatkan kontrol metabolik dan mencegah komplikasi diabetes jangka panjang IDF, 2012. Universitas Sumatera Utara Walaupun terdapat persamaan dan perbedaan dalam menginterpretasikan manajemen diri diabetes, secara keseluruhan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa manajemen diri pada pasien diabetes tipe 2 belum dilakukan secara maksimal. Sama halnya dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden melakukan manajemen diri rata-rata 3,9 hari dalam seminggu, yang berarti bahwa manajemen diri diabetes belum dilakukan secara maksimal selama 7 hari dalam seminggu. Hal ini disebabkan karena tingkat efikasi diri pasien yang mayoritas adalah tingkat sedang, efikasi diri dengan tingkat sedang dinilai belum dapat menumbuhkan kepercayaan diri yang tinggi, sehingga responden belum mampu berpartisipasi dalam perilaku manajemen diri diabetes secara maksimal. Selain itu, pasien belum memahami pentingnya setiap perilaku manajemen diri diabetes baik dari aspek diet, latihan fisik, penggunaan obat-obatan, monitoring gula darah mandiri, dan perawatan kaki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden melakukan diet dengan rata-rata 5,5 hari dalam seminggu, yang berarti bahwa pasien belum melakukan diet secara maksimal. Hal ini disebabkan karena pasien tidak sepenuhnya memahami bagaimana diet yang tepat untuk diabetes, pasien hanya menganggap bahwa untuk menjalankan diet hanya melakukan pengurangan pada porsi makanan, sehingga pasien tidak memahami cara pengaturan jumlah dan jenis makanan, dan akhirnya pasien tidak mengikuti diet yang dianjurkan. Dalam panduan PERKENI 2011, menjelaskan bahwa pada pasien diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadual makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa Universitas Sumatera Utara darah atau insulin. Jika pasien menunda makanan atau tidak makan dalam satu waktu, maka akan menyebabkan terjadinya pemecahan lemak tubuh sehingga dapat terjadi hipoglikemia Nair, 2007. Sehingga perawat harus mempertimbangkan kemauan pasien untuk berubah dan harus mengatasi keinginan pribadi, mempertimbangkan aspek budaya dan agama, serta menerapkan pola makan yang sehat setiap harinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden melakukan latihan fisik dengan rata-rata 1,7 hari dalam seminggu, yang berarti bahwa pasien belum melakukan latihan fisik secara maksimal. Hal ini disebabkan karena pasien tidak memahami manfaat dari latihan fisik, sehingga pasien kurang termotivasi untuk melakukan latihan fisik secara rutin. Pasien diabetes tipe 2 disarankan melakukan latihan fisik setidaknya 5 kali dalam seminggu atau setara 150 menit per minggu. Hasil percobaan terkontrol telah menunjukkan bahwa latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan kontrol glukosa darah, mengurangi faktor risiko kardiovaskular, menurunkan gejala depresi dan meningkatkan kualitas kesehatan Amod et al., 2012. Perawat harus menjelaskan pentingnya latihan fisik bagi pasien sehingga pasien termotivasi untuk meningkatkan latihan fisik secara teratur sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden melakukan manajemen diri pada medikasi dengan rata-rata 5,8 hari dalam seminggu. Nilai manajemen diri pada medikasi lebih tinggi dibandingkan dengan manajemen diri lainnya disebabkan karena pasien memiliki pemahaman bahwa penyakit diabetes hanya cukup dikendalikan dengan menggunakan obat diabetes, Universitas Sumatera Utara sehingga pasien kurang memperhatikan peran penting dari aktivitas manajemen diri secara menyeluruh. Meskipun demikian nilai tersebut masih belum cukup maksimal. Hal ini disebabkan karena masih terdapat beberapa pasien tidak mematuhi rejimen pengobatan, menggunakan dosis yang salah, dan tidak melakukan kontrol penyakit secara rutin. Rejimen pengobatan merupakan masalah penting dalam manajemen diri diabetes. Keteraturan minum obat merupakan sebuah keharusan bagi penderita diabetes, pasien harus mengkonsumsi obat secara tepat sesuai dengan waktu dan dosis yang diresepkan oleh dokter, sehingga dapat meningkatkan pengendalian diabetes dan menurunkan tingkat kejadian komplikasi akut dan kronis Wu, 2007. Perawat harus memberikan bimbingan dan pendidikan pada pasien diabetes untuk membantu pasien untuk menggunakan obat-obat lebih hati-hati dan mengajarkan cara minum obat dengan benar untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden melakukan monitoring glukosa darah mandiri dengan rata-rata 1,3 hari dalam seminggu, yang berarti bahwa pasien belum melakukan monitoring glukosa darah mandiri secara maksimal. Hal ini disebabkan karena pasien hanya melakukan monitoring glukosa darah hanya pada saat kontrol ke rumah sakit, misalnya 1-2 kali dalam sebulan. Selain itu, banyak pasien yang tidak memiliki alat glukometer dengan alasan keterbatasan biaya, dan tidak punya keberanian melakukan pemeriksaan glukosa darah sendiri sehingga pasien lebih nyaman jika diperiksa oleh petugas kesehatan. Monitoring glukosa darah mandiri bertujuan untuk mengidentifikasi kadar glukosa darah tinggi atau rendah dan meningkatkan Universitas Sumatera Utara kontrol glikemik pada pasien diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan insulin Nair, 2007. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dalam risiko hipoglikemia terjadi pada pasien diabetes yang menggunakan jenis obat sulfonylurea yang tidak memonitor glukosa darah mereka sendiri Lowe, 2010. Pasien dengan kadar glukosa darah kurang terkontrol lebih cenderung memiliki komplikasi, seperti penyakit jantung iskemik dan nefropati. Dengan demikian, perawat berperan penting dalam mendidik pasien dalam memonitoring glukosa darah sendiri dan dalam pencegahan komplikasi jangka panjang dari diabetes Nair, 2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden melakukan perawatan kaki dengan rata-rata 3,3 hari dalam seminggu, yang berarti bahwa pasien belum melakukan perawatan kaki secara maksimal. Hal ini disebabkan karena pasien kurang memperhatikan kondisi kaki apabila tidak terdapat masalah pada kaki mereka. Banyak pasien diabetes yang tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan yang cukup untuk mengelola kondisi mereka, termasuk perawatan kaki Mason et al., 1999; Wu, 2007. Ulserasi dan amputasi kaki akibat neuropati diabetes danatau penyakit arteri perifer, merupakan penyebab utama morbiditas dan kecacatan pada pasien dengan diabetes ADA, 2014. Sehingga perawat memiliki peran untuk memberikan pengenalan dini dan manajemen faktor risiko pada masalah kaki yang dapat mencegah atau menunda komplikasi yang merugikan. Universitas Sumatera Utara

5.3. Hubungan antara Efikasi Diri dengan Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Tipe 2